Coretan Basayev: 2021
Tingkatkan Komentar Instagram Bersama Mediakomen

Tingkatkan Komentar Instagram Bersama Mediakomen


Bisa dibilang, Instagram adalah media sosial primadona bagi banyak pengguna internet. Platform berbagi foto dan pengalaman dengan konsep cepat, ringkas, dan praktis ini memiliki citarasa sensasi tersendiri bagi penggunanya. Like dan komentar Instagram meningkatkan popularitas pengguna, sehingga bermunculan jasa komentar seperti Mediakomen.com.
 
Pada postingan kali ini, kita akan sedikit mengulik layanan terbaik dari situs web Mediakomen.com untuk memaksimalkan media sosial kita, sehingga tak hanya untuk sekadar berbagi foto tapi bisa menunjang personal branding.
 

Komentar Instagram Tingkatkan Engagement Rate

 
Dalam menentukan Engagement Rate, Instagram menempatkan like, share, commet, view, dan repost sebagai faktor penting. Popularitas postingan karena semakin tingginya Engagement Rate akan memancing followers ikut berkomentar. Ketika Instagram kita jadikan sarana berjualan barang atau jasa, maka potensi closing-nya tentu lebih tinggi.
 

Instagram telah banyak berinovasi, di antaranya adalah dengan merilis fitur Top Comment. Melalui fitur ini, komentar Instagram dengan like terbanyak akan jadi urutan teratas, bukan berdasar komentar terbaru. Sebegitu penting komentar dalam menaikkan Engagement Rate sehingga pengguna pun berlomba memikirkan isi komentar sekreatif mungkin.


Komentar merupakan interaksi yang dilakukan oleh followers sehingga akun Instagram kita akan jauh lebih aktif. Komentar positif membuat brand yang kita bangun lebih terpercaya dan popular. Lebih menarik minat orang untuk membeli jasa atau produk yang kita tawarkan.
 

Layanan Terbaik Mediakomen


Mediakomen.com adalah web penyedia jasa komentar media sosial terutama komentar Instagram yang memberikan pelayanan terbaiknya untuk memastikan advertiser mendapatkan komentar positif dari netizen sesuai pesanan dan permintaan.

Bahkan Mediakomen melakukan pengecekan layanan satu persatu secara manual sebagai bentuk komitmen menyukseskan bisnis klien pemakai jasa. Mediakomen dengan layanan komentar Instagram terbaik berharap order berkelanjutan dari klien yang sukses dalam bisnisnya.

Mediakomen memiliki komentator yang sudah terverifikasi. Mereka adalah pengguna Instagram dan sudah dipastikan bukan akun palsu. Ini menjadi hal penting yang perlu diperhatikan dalam memilih layanan jasa komentar Instagram, dan Mediakomen memenuhi syarat itu.

Komentar Instagram yang diberikan menyesuaikan isi konten advertiser, tak ada typo atau salah ketik, dan tidak kurang dari 20 kata.

Mediakomen juga memastikan komentar Instagram layanannya bukan hasil copy paste dari web atau media lain. Tak ada komentar bersifat negatif, berbau sara, apalagi perjudian dan porn*grafi.
Harga Jasa Komen Mediakomen.com

Kita bisa mendapatkan layanan jasa komentar Instagram terbaik dari Mediakomen dengan tarif yang bersahabat dengan kantong. Meski murah tapi tentu saja bukan murahan karena berfungsi meningkatkan Engagement Rate media sosial kita.
 


Adapun biaya layanan yang dipasang oleh Mediakomen adalah Rp1.500 per komen untuk Instagram. Paket yang disediakan adalah 10 komentar, 25 komentar, 50 komentar, 100 komentar, 250 komentar, 500 komentar, dan 1000 komentar.
 

Apa Saja Layanan Mediakomen.com?


Sebenarnya Mediakomen tak hanya melayani jasa komentar Instagram saja. Kita bisa mengunjungi web-nya untuk mendapatkan layanan lain yang selaras juga untuk meningkatkan branding dalam dunia internet terutama media sosial.

Mediakomen sejauh ini bisa diandalkan dalam 3 jenis layanan jasa , yakni : Komentar di Postingan Instagram, Komentar di Video Youtube, Rating dan Review Google Maps/Google My Business, juga Download, Rating dan Review di Playstore. Kita bisa menghubungi Mediakomen melalui Telegram: 085280550113.

Demikian review web Mediakomen.com yang memberikan layanan terbaiknya terutama bagi kita yang ingin meningkatkan branding dengan komentar Instagram. Semoga kita bisa sukses bersama dalam membangun bisnis apapun. Diberikan kemudahan dalam menjual produk maupun jasa. Semua itu bisa diraih dengan ikhtiar. Mengenal Mediakomen.com merupakan sebuah keberuntungan tersendiri bagi kita.
Cerita Lucu Ah Tenane Solopos: Pak RT Sakit

Cerita Lucu Ah Tenane Solopos: Pak RT Sakit

Cerita lucu berjudul Pak RT Sakit ini dimuat di koran Solopos pada rubrik Ah Tenane pada hari Sabtu, 24 Juli 2021. Saya mengirimkan cerita ini melalui email pada tanggal 14 Juli 2021. Alhamdulillah, menunggu 10 hari sudah tayang di koran.

 
 
Cerita selengkapnya bisa dibaca di bawah ini. Tentu saja sudah melalui tahap penyuntingan dari Redaksi Solopos. Lumayan, ya, buat hiburan ringan. Selamat membaca!
 

Cerita Lucu Ah Tenane Solopos: Pak RT Sakit

 
Judul cerita: Pak RT Sakit
Pengirim: Wakhid Syamsudin. Weru, Sukoharjo
 
Belakangan ini banyak sekali kabar duka tersiar. Begitu pula di kampung Jon Koplo di Weru. Nyaris setiap hari ada kematian warga, baik karena Covid-19 maupun sebab lainnya.

Koplo yang juga seorang ketua RT sudah lebih dari sepekan menderita sakit. Awalnya demam dan sekujur tubuh sakit tanpa disertai batuk. Sayangnya, Koplo enggan ke dokter karena takut disuruh swab. Dia khawatir ketahuan positif Covid-19 dan harus isolasi.

Suatu kali, istrinya, Lady Cempluk, menulis pesan di grup Whatsapp RT. Cempluk meneruskan imbauan dari puskesmas agar warga tetap taat prokes. Beberapa warga membalas pesan itu dan saling mendoakan agar selalu sehat.

Tiba-tiba, muncul chat dari Genduk Nicole yang mengejutkan. “Apa Pak RT durung mati, Bu?”

Grup mendadak sepi. Tak ada warga yang berani menanggapi. Usut punya usut, sebenarnya Nicole hendak bertanya, “Apa Pak RT durung mari [belum sembuh], Bu?”. Tetapi dia salah ketik.

Niatnya hendak mengetik “mari”, yang tertulis malah jadi “mati”. Memang dasarnya huruf R dan T berdekatan. Apalagi Nicole yang sedang buru-buru tak sempat mengecek lagi chat-nya.

Baru satu jam kemudian Nicole baru membuka gawainya. Ada japri dari Tom Gembus, salah satu tetangganya. “Nic, kamu kok doain Pak RT mati sih?” tulis Gembus.
 
Penampakan Pak RT Sakit di Solopos

Nicole bergegas mengecek pesan di grup RT. Kagetlah dia bukan main. Mau hapus pesan sudah tidak bisa, pasti anggota grup dan Bu RT juga sudah membacanya.

“Mohon maaf salah ketik, maksud saya ‘mari’, bukan ‘mati’. Nyuwun pangapunten saestu, Bu RT dan Pak RT,” tulis Nicole serba salah.

Bergegas dia menelepon Cempluk dan meminta maaf. “Enggak apa-apa, kok, saya ngerti pasti salah ketik,” jawab Bu RT Cempluk membuat Nicole agak tenang.

“Kamu tahu enggak, semalam Pak RT aku tangisi lho, soalnya sakitnya sudah lebih sepekan dan belum juga sembuh. Mana tiap hari ada berita duka. Eh malah kamu tadi salah ketik begitu.”

Mendengar itu, Nicole kembali tak enak hati dan berulang kali meminta maaf pada Bu RT. Ia juga berjanji, lain kali akan lebih hati-hati menulis pesan.
 

Ide Cerita Ah Tenane Solopos: Pak RT Sakit

 
Ini sebenarnya memang merupakan kisah nyata yang saya alami sendiri. Bulan Juni-Juli 2021 seperti menjadi puncak penyebaran virus Covid-19. Banyak sekali warga yang sakit. Gejalanya sama: badan sakit semua, kehilangan kemampuan mencium bau (anosmia), panas tinggi, dan rata-rata sakitnya lebih dari 2 minggu. Saya juga mengalami sakit massal ini.

Soal salah menulis chat dari kata mari menjadi mati, adalah kejadian nyata. Pelakunya ponakan saya, Bu Nurul yang mengajar di MIM Sidowayah. Ruang obrolannya sebenarnya bukan di grup RT melainkan di grup pengajar TPQ yang memang kami satu grup di sana. Menyesuaikan saja untuk dikirim ke Solopos.

Itulah asal mula ide cerita Ah Tenane Solopos berjudul Pak RT Sakit. Dari sakit saya, alhamdulillah dapat berkah rezeki dimuat di koran, meski cerita ringan saja. Semoga saya bisa konsisten menulis untuk Ah Tenane paling tidak sebulan sekali, aamiin.

Pasarview Solusi Tembus 4000 Jam Tayang Youtuber Pemula



Ngiler rasanya kalau baca berita Youtuber berpenghasilan besar. Wajar akhirnya banyak Youtuber baru menjajal peruntungan di situs web berbagi video buatan tiga mantan karyawan PayPal pada Februari 2005 itu. Segala cara dilakukan Youtuber pemula agar bisa tembus 4000 jam tayang, selain juga mengejar jumlah subscriber agar mencapai 1000.

Kita mengenal nama Ria Ricis sebagai Youtuber berpenghasilan USD195.000 - USD312.300 atau setara Rp2,7 miliar - Rp44,5 miliar perbulan. Juga ada Atta Halilintar yang perbulan menghasilkan USD131.000 - USD209.800 atau sebesar Rp1,8 miliar - Rp2,9 miliar (Sindonews.com). Tentu mereka memulai dengan perjuangan panjang tak kenal lelah hingga sampai pada pencapaian luar biasa itu.

Syarat Monetisasi Youtube


Semakin banyak pengguna Youtube baik sebagai sekadar penonton ataupun yang menjajal peruntungan membuat konten di kanal masing-masing meningkatkan potensi penghasilan dari video hasil kreativitas.



Persyaratan kelayakan minimum agar bisa monetisasi Youtube, sebagaimana dilansir di laman support Google Adsense adalah sebagai berikut:

  1. Mematuhi semua kebijakan monetisasi Youtube.
  2. Tinggal di negara/wilayah tempat Program Partner YouTube tersedia.
  3. Memiliki lebih dari 4000 jam waktu tonton publik yang valid dalam 12 bulan terakhir.
  4. Memiliki lebih dari 1000 subscriber.
  5. Memiliki akun AdSense yang ditautkan.

Kelima syarat wajib itu harus dipenuhi Youtuber agar bisa ikut mendulang untung dari karyanya yang tayang di Youtube. Salah satu syarat yang terbilang sulit adalah poin ketiga: Memiliki lebih dari 4000 jam tayang atau waktu tonton publik yang valid dalam 12 bulan terakhir.

Solusi Mudah dari Pasarview


Jika kita sudah mendapat 1000 subscriber dan masih jauh dari 4000 jam tayang dalam rentang 12 bulan, ada solusi yang ditawarkan oleh Pasarview.

Kita kenalan dulu ya, Pasarview.com adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang digital advertising agency yang bertugas mempromosikan akun Youtube kita. Pasarview menyediakan layanan dan jasa view Youtube dan menyediakan jasa tambah jam tayang Youtube hingga 4000 jam.

Intinya, Pasarview ini mempertemukan antara pemilik kanal Youtube yang bertindak sebagai pengiklan (advertiser) di Pasarview dan penonton yang melihat tayangan Youtube (viewer) sehingga terjadi sinergi saling menguntungkan.
 


Pasarview sudah memiliki banyak member yang siap membantu meningkatkan view ataupun menambah jam tayang kanal Youtube kita hingga terpenuhi 4000 jam tayang. Amankah jasa ini?

Pasarview menjamin bahwa view dan traffic yang diberikan bukanlah melalui BOT melainkan real human karena yang menonton adalah member, jadi semua akan aman-aman saja.

Itulah solusi praktis dari layanan Pasarview yang bisa kita manfaatkan. Kita tak perlu lagi pusing memikirkan jam tayang, tapi bisa fokus membuat konten yang bermutu. Konten berkualitaslah yang paling penting sebagai modal utama Youtuber.

Cara Mudah Gabung Pasarview


Untuk mendapatkan layanan terbaik dari Pasarview, target 4000 jam tayang bisa terpenuhi, kita bisa bergabung menjadi Advertisers, berikut caranya:
 


  1. Mendaftar melalui link https://www.pasarview.com/register/
  2. Isi formulir berupa nama lengkap, alamat email, password yang diinginkan, dan nomor telepon genggam.
  3. Buka inbox email, akan ada link konfirmasi dari Pasarview yang harus kita klik.
  4. Kita sudah bisa login di link https://www.pasarview.com/login/ menggunakan email dan password yang kita buat saat mendaftar.
  5. Setelah masuk member area, kita bisa memilih menu deposit dana dan memasukkan nominal yang ingin diisikan. Rekening tujuan transfer akan muncul dengan nominal ditambah kode unik.
  6. Setelah deposit masuk, kita sudah bisa memasang iklan melalui klik menu buat iklan. Semudah itu.

Dengan deposit minimal Rp100 ribu, kita bisa mendapat keuntungan di antaranya view Youtube bertambah cepat hingga tak lagi sulit mencapai 4000 jam tayang.

Harga view pun bisa pilih sesuka kita. Berikut harga dan durasi yang bisa kita sesuaikan dengan kebutuhan:

  • View 5 detik seharga Rp10
  • View 15 detik seharga Rp20
  • View 30 detik seharga Rp25
  • View 60 detik seharga Rp35
  • View 120 detik seharga Rp40
  • View 240 detik seharga Rp50
  • View 300 detik seharga Rp65
  • View 360 detik seharga Rp80
  • View 600 detik seharga Rp150

Sangat menarik dan harga bersahabat. Sudah saatnya menjadi Youtuber profesional dengan bantuan layanan Pasarview. Tak lagi bingung mencari solusi 4000 jam tayang sebagai syarat monetisasi Youtube. Tunggu apa lagi, yuk segera registrasi!
Tamu Jauh

Tamu Jauh

Sepekan setelah Idulfitri, Jon Koplo kedatangan Lady Cempluk dan suaminya, Tom Gembus. Cempluk dulu adalah guru mengaji privat Nicole, anak Koplo. Setelah menikah, Cempluk tinggal di Wonogiri dan jarang pulang kampung ke Weru, Sukoharjo.

"Mumpung ini pulang kampung saya sempatkan mampir kemari, Pak Koplo," kata Cempluk.

Nicole segera mencium tangan guru mengajinya itu. "Sudah besar sekarang, Nic."

Mereka kemudian mengobrol di ruang tamu. Setelah lama mengobrol, Cempluk dan Gembus berpamitan. "Tunggu sebentar, Ustazah," kata Koplo lalu masuk ke ruang belakang.

Koplo mengambil gula, teh, dan sekaleng wafer, lalu memasukkannya dalam kantong kresek. "Tamu jauh masak pulang dibiarkan menganggur," batin Koplo.

Koplo kembali ke ruang tamu dan menyerahkan bingkisan itu kepada tamunya. "Kok malah repot-repot, Pak Koplo," kata Cempluk sungkan.

"Bukan apa-apa, mohon diterima, cuma gula sama teh," kata Koplo.

"Terima kasih. Kami pamit, Pak. Semoga kapan-kapan bisa dolan lagi," kata Cempluk berpamitan lagi untuk bergegas kembali ke Wonogiri.

Setelah mereka pulang, Nicole bertanya, "Selain gula dan teh, Bapak ngasih apa ke Ustazah Cempluk?"

"Wafer kalengan di meja dekat gula. Tinggal itu kan sisa Lebaran yang utuh," jawab Koplo.

"Ya Allah, Pak, kaleng wafer itu sudah enggak utuh. Kemarin Nicole buka dan sudah memakannya beberapa potong!"

Blaik! "Ya Allah, Ndhuk, tiwas Bapak kasihkan Bu Cempluk. Gimana dong ini?!"

Nicole ikut panik. "Malu sama Ustazah kalau nanti sampai rumah dibuka isinya tidak utuh."

Serba tidak enak, Koplo pergi ke rumah keluarga Cempluk di Weru untuk minta nomor Whatsapp guru mengaji anaknya itu. Tak lama kemudian, dia mengirim pesan permohonan maaf.

"Oh, enggak apa-apa, Pak. Toh, nanti juga dibuka buat dimakan," balas Cempluk melalui pesan Whatsapp. Koplo lega meski rasa malunya belum hilang.

Pengirim: Wakhid Syamsudin, Weru, Sukoharjo

Dimuat di koran Solopos edisi 23 Juni 2021



Membaca Ajakan Membaca

Membaca Ajakan Membaca



Judul : Silih Berganti
Penulis : Bandung Mawardi
Penerbit : Yayasan Basis & Boekoe Tjap Petroek
Isi : xxiii + 279 halaman
ISBN : 978-623-91329-6-5

Menengok jejak kisah para tokoh ternama baik dalam negeri maupun luar negeri kita akan menemukan fakta serupa yang menjadi kebiasaan mereka yakni membaca buku. Sejak muda para tokoh besar banyak menghabiskan waktu menyelami lembaran buku, hingga bertambah usia kebiasaan itu tak bisa lepas dari keseharian.

Bandung Mawardi menulis esai-esai tenger yang cukup ampuh memantik bara api semangat membaca buku. Penulis yang setiap hari bergumul dengan kertas koran ini tak pernah lelah menuliskan kliping penanda baca baik di status media sosialnya maupun di media massa. Ia selalu menuruti rangsang mendokumentasikan lembaran berita dengan menangkap kaitan dari peristiwa satu dan lainnya.

Pada esai pembuka berjudul Pemangku Buku, penulis menampar orang-orang yang mengaku sebagai penerus ideologi hasil pemikiran Presiden Soekarno dengan mengajak mengenangnya sebagai pembaca buku. Bahwa Sang Singa Podium adalah pembaca teliti, serius, dan kritis. Pesan di patung Bung Karno “Kutitipkan bangsa dan negara ini kepadamu”, lebih tenar daripada pesan sejarah “Kutitipkan buku ini kepadamu”.

Sampul Majalah Utusan Mei 2021

Kumpulan esai ini sungguh menggelitik kita dengan berbagai isu yang disorot. Bandung bebas menyampaikan kritik pada hal-hal yang dianggapnya tak esensial. Ia tunjukkan kepeduliannya pada lingkungan dan pemahaman kehidupan. Penyampaiannya yang santai tapi penuh gizi mengalir begitu saja. Sesekali kita akan tersentil, terharu pada kenangan-kenangan, dan kesal sendiri dengan fenomena kehidupan di sekitar kita.

Secara utuh, kita memang diajak membaca. Membuka mata pada realita dan meningkatkan kualitas pemahaman mendalam terhadap apa saja yang bisa kita jadikan titik tetenger. Buku yang layak kita baca, sebagai pengingat agar kita tak bosan membaca. Seperti kata Rm. Sindhunata dalam kata pengantar. “Untuk menangkal banal yang telanjur dialami kebanyakan kita di sini,” tandasnya.

Peresensi: Wakhid Syamsudin
Dimuat di Majalah Utusan edisi Mei 2021

Cernak: Lebaran Tanpa Bapak

Cernak: Lebaran Tanpa Bapak

 
Oleh: Wakhid Syamsudin 

Andi sedih ketika Bapak mengatakan tidak bisa mudik Lebaran tahun ini. Melalui panggilan telpon itu pun Bapak sudah menjelaskan alasannya. Pemerintah melarang mudik karena pandemi virus Korona belum berakhir, yang dikhawatirkan terus menyebar jika banyak orang berkerumun dalam perjalanan. 
 
Ibu sebenarnya juga sedih, tapi berusaha menghibur Andi. “Nanti kalau suasana sudah membaik, Bapak pasti pulang. Kan di sini ada Ibu dan adik-adikmu. Lebaran pasti tetap bermakna,” kata Ibu. 
 
Namun Andi tetap merasa bahwa Lebaran tanpa kehadiran Bapak tidak menyenangkan sama sekali. Biasanya sekeluarga mereka bersilaturahim ke rumah saudara, atau pergi ke pasar malam dadakan di lapangan desa. Tapi tahun ini tidak mungkin menikmati suasana itu karena Bapak tidak mudik. 
 
Saat ada kurir datang mengantar kiriman yang Bapak janjikan, Andi sama sekali tak berminat berebut membuka paket itu dengan adik-adiknya. Begitu juga saat Ibu memilah dan menunjukkan mana barang kiriman Bapak yang ditujukan padanya, ia sama sekali tak berminat untuk sekadar menyentuh. 
 
“Lihatlah, ini ada dua setelan baju koko bagus, pas banget ukuranmu, Kak,” kata Ibu. Dengan segan Andi mengangguk saja, membiarkan Ibu menyimpankannya dalam lemari pakaian. 

Andi memilih keluar, pergi main. Ibu berpesan mainnya jangan terlalu capai agar tidak terganggu puasanya. Andi melihat Budi dan Dodo bermain lego di teras rumah Budi, ia segera gabung dengan mereka. 
 
“Kupikir kamu tidur, Ndi. Biasanya siang kamu enggak keluar main,” sambut Andi. 
 
“Jenuh di rumah, Bud,” kata Andi. 
 
“Ayo gabung sini, legoku banyak yang baru.” 
 
“Terima kasih,” sahut Andi senang. 
 
Ketiganya asyik menyusun lego. Budi berkata, “Kemarin sepi banget, kalian sih enggak ada yang main ke sini.” 
 
“Apa kemarin Dodo juga enggak main?” tanya Andi sambil memasang legonya. 
 
“Kemarin aku diajak Emak ziarah ke makam Bapak, Ndi. Jadi enggak bisa pergi main,” jawab Dodo. 
 
Jawaban Dodo membuat Andi terdiam. Selama ini ia memang sudah tahu kalau Dodo adalah anak yatim. Namun, ucapan temannya itu membuat Andi seperti baru menyadarinya. 
 
“Sedih, ya, Do, kamu sudah enggak punya Bapak?” celetuk Andi begitu saja. 
 
“Sudah terbiasa, kok, Ndi. Kata Emak sih dijalani dengan ikhlas saja. Bapak sudah tenang di sana,” kata Dodo datar. 
 
Ucapan Dodo itu terngiang terus di telinga Andi sampai saat ia sudah pulang dari rumah Budi. Ia teringat Bapak yang tidak bisa mudik Lebaran. Rupanya, itu tidak seberapa jika dibandingkan Dodo yang sudah tidak punya Bapak. 
 
“Bu, boleh Andi telepon Bapak?” pinta Andi pada ibunya. 
 
“Kakak sudah kangen lagi? Kan belum lama sudah teleponan,” kata Ibu heran. Andi mengangguk. 
Ibu memberikan telepon genggam pada Andi. Ia pun segera menghubungi nomor Bapak. “Assalamualaikum, Bapak.” 
 
“Waalaikumussalam, Kakak.” 
 
“Bapak enggak mudik Lebaran enggak apa-apa. Andi ikhlas kok. Kan masih ada waktu lain untuk kumpul lagi,” kata Andi. 
 
“Alhamdulillah,” kata Bapak terharu. 
 
“Boleh Andi minta sesuatu, Pak?” 
 
“Minta apa, Kak? Tambahan uang jajan?” 
 
“Bukan. Andi cuma minta, baju koko yang Bapak kirim kan ada dua itu. Boleh enggak kalau yang satunya Andi kasihkan ke Dodo?” 
 
“Oh, begitu. Boleh saja, tapi kenapa Kakak mau berikan ke Dodo?” 
 
“Kan Dodo anak yatim, Pak. Kasihan sudah tidak punya bapak.” 
 
Bapak terharu mendengar perkataan Andi. Ibu juga terlihat berkaca-kaca matanya. Bapak berkata pada Andi, “Bapak setuju sekali, Kak. Bapak bangga sama Kakak.” 
 
Ibu bersyukur akhirnya Andi mulai ikhlas meski Lebaran tahun ini Bapak tidak bisa pulang. Andi pun bisa merasakan bahwa dengan berbagi kehidupan menjadi lebih indah. 
 
Weru, 26 April 2023 
Wakhid Syamsudin tinggal di Weru, Sukoharjo. 
 
Dimuat di Koran Kedaulatan Rakyat edisi 21 Mei 2021
Potong Rambut

Potong Rambut


Kebiasaan banyak orang menjelang Idulfitri adalah memaksimalkan penampilan, salah satunya merapikan rambut. Begitu juga Jon Koplo, warga Weru, Sukoharjo, yang selalu memangkas rambut di hari-hari akhir Ramadan.

Sudah beberapa hari ini Koplo berencana potong rambut. Sayangnya, tempat cukur yang ia datangi selalu penuh antrean. Malas turut mengantre, dia menundanya.

Suatu hari ia lewat jalan yang tidak biasa dilalui. Dia melihat sebuah tempat cukur baru. “Nah, itu malah ada tempat potong rambut baru, mana enggak antri pula,” batinnya senang.

Koplo lekas memarkir motor dan masuk ke tempat cukur. “Kulanuwun,” katanya berkali-kali mengucap salam. Pemilik jasa cukur tak kelihatan padahal kiosnya buka.

Lalu keluarlah seorang lelaki bertubuh gemuk, berperawakan tinggi besar, namanya Tom Gembus. “Mau potong rambut, Mas? Silakan duduk,” sambut Gembus ramah.

Bagi Koplo, suara tukang cukur itu agak gemulai. “Bodo amat.” Dia lekas duduk di kursi cukur.

“Pendek rapi, Mas,” begitu request Koplo setelah Gembus memasang kain pelindung. “Iya, Mas,” jawab Gembus masih dengan nada gemulai.

Koplo merinding sendiri dengan gerakan Gembus dan mulai membayangkan yang aneh-aneh. Gembus mulai memotong rambut. Sepanjang memangkas rambut, dia tak henti berbicara.

“Saya baru buka beberapa hari, Mas. Di desa sekarang ramai ya. Dulu waktu kecil, kalau mau jajan makanan saja harus ke pasar kecamatan. Sekarang di sepanjang jalan sudah buka macam-macam warung makan ya,” kata Gembus.

Selain banyak bicara, Gembus juga sering meraba wajah Koplo saat membenarkan posisi kepala. Koplo bergidik sendiri. Dia merasa horor sebelum akhirnya potong rambutnya selesai.

“Bentar, Mas, aku pijit dulu kepalanya, ya. Biar pikiran fresh dan nyaman,” kata Gembus.

“Enggak usah, Mas. Cukur saja, saya buru-buru,” kata Koplo menolak. Koplo bangkit dan melepas kain pelindung tubuhnya. Segera ia keluarkan uang pas sesuai tarif yang ditempel di cermin.

Ia bergegas keluar dan secepatnya menyalakan motor, kabur. “Tahu begini, mending ikut antre potong rambut di tempat lain,” batin Koplo.

Pengirim: Wakhid Syamsudin
Weru, Sukoharjo

Dimuat di Koran Solopos edisi 22 Mei 2021


Baju Lebaran


Jauh sebelum Ramadan, Genduk Nicole naksir sebuah gamis di marketplace langganannya. Harganya mahal sehingga ia sungkan meminta izin beli pada Jon Koplo, suaminya.

Sebagai langkah awal, menjelang Ramadan, Nicole membelikan mukena untuk mertuanya di kampung. Pikirnya, itu akan membuat suaminya senang dan membolehkannya order gamis incaran tersebut.

Sepekan kemudian, Mbok Lady Cempluk, sang mertua, mengabari telah menerima kiriman paket. “Terima kasih, ya, Nduk, mukenanya bisa dipakai besok tarawih. Mana bagus banget bahannya, adem dan nyaman dipakai,” begitu kata Mbok Cempluk saat video call. 

Koplo juga senang melihat keceriaan ibunya. Awal Ramadan, Nicole mencari waktu yang tepat untuk menyampaikan keinginannya. Saat itu, Koplo baru saja pulang dari Salat Tarawih di masjid.

“Yah, ini bagus enggak buat aku?” tanya Nicole sambil memperlihatkan layar HP Androidnya. Koplo melirik sepintas. “Buat Lebaran? Kan kita enggak mudik,” komentar Koplo.

“Lebaran di Jakarta juga wajar pakai baju baru, Yah. Aku boleh order ini, ya?” pinta Nicole.

“Terserah kamu saja,” jawab Koplo tanpa bertanya soal harga. “Alhamdulillah, makasih, Yah,” kata Nicole. Nicole lekas menyelesaikan pembelian melalui internet banking.

Sehari dua hari belum ada kurir mengantar pesanannya, Nicole masih bersabar. Tepat sepekan kemudian, Koplo membacakan pesan Whatsapp dari ibunya di kampung.

“Le, ini ada paket isinya gamis bagus banget buat Simbok, ya? Agak kekecilan sih, tapi tak apalah enggak terlalu ketat juga. Halus banget kainnya,” bunyi pesan itu.

Nicole terpana. Koplo bertanya, “Kamu order buat Simbok juga?”

Nicole menggeleng. Lekas ia buka gawainya, mengecek aplikasi marketplace. “Ya ampun, Yah. Di aplikasi ini untuk orderan barang otomatis pakai alamat terakhir yang dipakai. Aku lupa mengganti alamat ke rumah kita lagi!”

“Jadi gamismu dikirim ke kampung? Dan Simbok pikir itu kiriman buat beliau?” Koplo yang mulai paham akhirnya tertawa ngakak. “Ya sudah telanjur, masak mau kamu minta?”

“Terus gimana dong?” tanya Nicole.
Tinggal order lagi, kan?” jawab Koplo.

“Tapi, harganya mahal lho, Yah!” kata Nicole menyebut harga gamisnya. Koplo kaget bukan main dan enggan memberikan izin pembelian kedua. Lemaslah Nicole dibuatnya.

Pengirim: Wakhid Syamsudin Weru, Sukoharjo

Dimuat di koran Solopos edisi 28 April 2023

3 Tips Tarawih Nggak Ngantuk

3 Tips Tarawih Nggak Ngantuk

Pernahkah kalian mengikuti jamaah salat tarawih dalam keadaan ngantuk berat? Saya rasa semua orang pernah mengalaminya. Nah, kali ini akan saya bagikan tips agar tarawih nggak ngantuk dan ibadah bisa lebih khusyuk.


Sahkah Tarawih dalam Kondisi Ngantuk?

Salat tarawih adalah ibadah khas pada bulan suci Ramadan yang pelaksanaannya secara berjamaah di masjid. Waktunya setelah salat Isya dan biasa digabung seakan menjadi lanjutan dari Isya. Pelaksanaanya pada malam hari itulah mengakibatkan sebagian kita terserang kantuk saat mendirikannya.

Pertanyaan muncul terkait hal itu, sah atau tidak ketika kita tarawih dengan ngantuk berat melanda? Para ulama mengatakan bahwa salat dalam keadaan mengantuk hukumnya tetap sah, namun makruh. Makruh di sini berarti meskipun sah, namun sebaiknya dihindari. Sebaiknya tarawih memang dikerjakan dalam keadaan segar sehingga bisa konsentrasi mengikuti gerakan imam.

Lakukan 3 Hal Ini Agar Tarawih Nggak Ngantuk

Agar kita bisa melaksanakan tarawih dengan baik, setidaknya ada 3 hal yang harus kalian perhatikan. Hal-hal sepele yang bisa diterapkan untuk mengatasi rasa ngantuk saat tarawih agar tak menjadi kebiasaan.

1. Sempatkan Tidur Siang

Selain jam makan yang berubah, jam tidur kita juga berubah saat bulan Ramadan. Yang paling terlihat jelas adalah kita harus membuka mata ketika waktu sahur tiba. Maka wajar saja jam tidur kita berkurang.

Tidur siang hari membuat mata melek saat tarawih.

Tips pertama agar tarawih di malam hari kita terhindar dari rasa ngantuk adalah dengan menyempatkan tidur siang hari. Sebisa mungkin terapkan hal ini. Meski sepele, tapi saya yakin sangat berpengaruh pada kondisi tubuh kita. Mengistirahatkan sejenak anggota badan pada siang hari sebagai ganti jam-jam tidur yang hilang kala sahur.

2. Hindari Berbuka Kekenyangan

Siapa yang senang melampiaskan lapar seharian dengan berbuka puasa sampai kekenyangan? Hati-hati ya, karena kebiasaan inilah yang memicu kalian ngantuk saat tarawih. Berbuka memang wajib bagi kita yang berpuasa, tapi tidak harus dengan mengenyangkan perut secara berlebihan.

Berbuka puasa berlebihan menimbulkan rasa malas saat tarawih.
Perut yang penuh makanan membuat kita tidak leluasa bergerak. Saat itulah rasa ngantuk pun turut hadir. Kekenyangan akan menimbulkan rasa malas yang luar biasa. Maka sebaiknya hindari makan berlebihan saat berbuka puasa agar tarawih nggak ngantuk.

3. Ulangi Wudu

Jika sudah dalam posisi bersiap salat di belakang imam dan rasa kantuk menyerang, kita bisa mengusirnya dengan mengambil wudu lagi. Basuhan air menyegarkan bisa membuat sedikit demi sedikit rasa kantuk menghilang.

Ulangi wudu agar ngantuk hilang.
Manfaatkan jeda antar bagian salat tarawih usai salam dengan takbiratul ikhram untuk mengambil wudu. Tentu kita harus sesegera mungkin agar tak tertinggal gerakan imam. Wudu menjadi satu penolong bagi kita yang ingin mengusir rasa kantuk itu.

Itulah 3 tips agar bisa tarawih dengan khusyuk. Rasa kantuk memang manusiawi, tapi bisa mengganggu ibadah kita. Jangan menyerah pada kondisi seperti ini. Rasa kantuk seringkali membuat kita lengah pada gerakan salat kita. Tentu banyak cerita memalukan kalau diingat terkait ngantuk saat jamaah tarawih. Semoga kita bisa mengatasinya pada tarawih-tarawih mendatang.

Tikus Gabah

Tikus Gabah

Seusai panen, Mbok Lady Cempluk menyerahkan sekarung gabah kepada Jon Koplo, anaknya yang sudah berkeluarga. "Kalau berasmu habis selepkan sendiri nanti," katanya.

"Nggih, Mbok. Matur nuwun," sahut Koplo.

Koplo tidak memiliki sawah. Untuk makan keluarga kecilnya, dia kerap dikirimi beras oleh ibunya. Tetapi, tumben, Mbok Cempluk kali ini memberi gabah, bukan beras.

Hari berikutnya, Genduk Nicole. istri Koplo, membangunkannya setelah tidur lagi selepas Subuh. "Mas, lihat gabahmu diacak-acak tikus."

Di lantai sekitar karung gabah berserakan kulit gabah yang isinya sudah dimakan tikus. Karungnya berlubang di beberapa tempat.


Nicole lekas menyapu kulit gabah itu. Koplo mengambil lakban dan menutup lubang bekas gigitan tikus di karung gabah.

Besoknya, kejadian itu terulang lagi. Kulit gabah berserakan di sekitar karung. "Apa kita racun saja tikusnya, Nic?" usul Koplo.

"Jangan, Mas. Nanti mati di sembarang tempat, ngambon-amboni. Ya kalau bangkainya bisa langsung ketemu, kalau tidak kan repot."

Malamnya, Koplo memindahkan gabah ke ruang depan, dekat meja televisi. Tapi, usaha itu tak berhasil. Paginya, kulit gabah berserakan lagi, malah lebih banyak. "Lama-lama habis gabah sekarung itu, Mas," omel Nicole kesal.

Malam harinya, Nicole yang hendak mengeloni Tom Gembus, anak balitanya, kaget. "Mas, ini kok gabah ditaruh di kamar?" teriaknya.

"Enggak apa-apa tidur dekat gabah. Semoga tikusnya enggak berani mendekat," sahut Koplo.

Nicole hanya geleng-geleng kepala dengan ide aneh suaminya itu. Saat azan Subuh, Koplo terbangun langsung mengecek karung gabah. "Alhamdulillah, Nic, gabahnya aman!" teriak Koplo saking girangnya.

Nicole kaget, bahkan si kecil Gembus ikut terbangun. "Pagi-pagi teriak kirain ada apa, Mas. Bikin kaget saja!" omel Nicole.

Tapi, Koplo tak peduli. Dia girang mengelus-elus karung gabahnya yang anab dari tikus semalam. "Keloni saja gabahnya tiap malam, Mas," gerutu Nicole.

Pengirim: Wakhid Syamsudin. Weru, Sukoharjo.

Dimuat di koran Solopos edisi 29 Maret 2021

Jam Gadang Kebanggaan Kota Bukittinggi

Jam Gadang Kebanggaan Kota Bukittinggi




Dalam novel Just Let it Go karya Petronela Putri tersebutlah Jam Gadang sebagai salah satu destinasi wisata yang dikunjungi dua jurnalis tokoh utama cerita: Alena dan Verico. Keduanya mendapat tugas dari Bos Besar untuk meliput tempat wisata dalam negeri untuk penerbitan majalah traveling tempat mereka bekerja.
 
Sore ini langit Bukittinggi terlihat cukup cerah. Jam Gadang pun sedang ramai pengunjung. Salah satu kota wisata di bagian barat pulau Sumatera ini menjadi destinasi pertamaku di tahun yang baru. Beberapa wisatawan terlihat mondar-mandir dan sibuk berpose di sekeliling ikon Ranah Minang tersebut. Aku melangkah santai dengan camdig di tangan, Verico mengikuti di belakangku. (halaman 13)
 
Tapi dalam postingan kali ini, saya tidak akan mereview novel tersebut. Saya tertarik mengulik tentang Jam Gadang yang cukup membuat penasaran tentang keberadaannya.

Menara dengan Jam Berukuran Besar


Jam Gadang adalah sebuah menara setinggi 26 meter yang pada keempat sisinya memiliki jam ukuran besar berdiameter 80. Dalam bahasa Minangkabau, Jam Gadang memiliki arti "jam besar".

Secara struktur, ukuran dasarnya 6,5 x 6,5 meter ditambah ukuran dasar tangga selebar 4 meter. Jadi ukuran dasar bangunan keseluruhan 6,5 x 10,5 meter.

Bangunan Jam Gadang terdiri dari 4 tingkat. Tingkat pertama adalah ruangan petugas, tingkat kedua tempat bandul pemberat jam, tingkat ketiga tempat mesinnya, dan tingkat keempat adalah puncak menara. Di puncak menara itulah lonceng jam ditempatkan.



Seluruh angka jam dibuat dengan nomor romawi tapi pada angka 4 ditulis dengan huruf IIII padahal lazimnya angka romawi adalah IV. Hal ini menjadikan Jam Gadang unik dan menimbulkan rasa penasaran wisatawan.

Sekitar menara diperluas dengan taman yang menjadi ruang bagi masyarakat umum untuk berinteraksi. Taman Sabai Nan Aluih namanya. Taman ini juga biasa dipakai untuk acara-acara bersifat umum. Menara monumen jam besar ini menjadi patokan titik sentral atau titik nol Kota Bukittinggi.

Sejarah Jam Gadang


Jam Gadang dibangun pada masa pemerintahan Hindia Belanda, dimulai pada 1926-1927 dan selesai pada 1932 dengan menghabiskan dana fantastis yakni sekitar 3.000 Gulden.

Pembangunan menara jam ini diinisiasi oleh Hendrik Roelof Rookmaaker, controleur atau sekretaris kota Fort de Kock (sekarang Kota Bukittinggi). Jamnya hadiah dari Ratu Belanda Wilhelmina. Jam tersebut digerakkan secara mekanik oleh mesin langka buatan pabrik Vortmann Recklinghausen, Jerman. Konon, mesin jam tersebut hanya ada dua unit, satu untuk Jam Gadang dan satu lagi hingga kini masih digunakan dalam menara jam Big Ben di Kota London, Inggris.

Sementara untuk konstruksi bangunan dirancang oleh arsitek asli Minangkabau bernama Jazid Rajo Mangkuto dari Koto Gadang. Pelaksana pembangunan oleh Haji Moran dengan mandor Sutan Gigi Ameh. Konstruksinya tidak menggunakan logam dan semen, tapi menggunakan campuran batu kapur, putih telur, dan pasir.

Bentuk Atap Jam Gadang


Pada mulanya, atap Jam Gadang berbentuk bulat dengan patung ayam jantan menghadap ke arah timur di atasnya. Pada masa pendudukan Jepang, bentuknya diubah menjadi bentuk pagoda. Paska kemerdekaan, atapnya diubah menjadi bentuk gonjong atau atap rumah adat Minangkabau, Rumah Gadang.






Pertama kali bendera merah-putih berkibar di puncak Jam Gadang adalah ketika berita proklamasi kemerdekaan Indonesia diumumkan. Pemuda yang memimpin massa untuk memasang Sang Saka bernama Mara Karma, setelah melalui pertentangan dengan tentara Jepang.

Jam Gadang dalam Lagu Pop Minang


Saya adalah satu dari sekian orang Jawa yang suka mendengarkan lagu Minang. Dalam banyak lirik, nama Jam Gadang sering kali disebut. Juga nama tempat lain di Sumatera Barat seperti Danau Maninjau, Jembatan Siti Nurbaya, Pantai Padang, dan sebagainya. Saya sering hanyut dibawa suasana alunan lagu seolah merasakan sebagai perantau yang merindukan tempat-tempat di tanah kelahiran.

Saya memang belum pernah ke Sumatera Barat, hanya bisa melihat ikon-ikon tersebut berkelebat di video klip. Jika saja saya bisa berkesempatan ke sana, terutama memandang langsung Jam Gadang, saya tentu ingin mengajak istri saya tercinta. Ia bukan orang Minang, tapi orang Jawa seperti saya. Hanya saja, ia berusaha ikut suka saat lagu Minang menghiasi suasana rumah kami. Meski ia kesulitan memahami makna lirik-liriknya. Hehehe.

Itulah sekelumit tentang Jam Gadang, ikon Kota Bukittinggi yang sempat dikunjungi Alena dan Verico dalam novel Just Let it Go. Untuk review novelnya semoga nanti sempat menuliskannya. Cukup ya tentang Jam Gadang.

Referensi: www.indonesiakaya.com, www.wikipedia.org

#RCO9
#OneDayOnePost
#ReadingChallengeODOP9

Review Novel Merpati Biru Achmad Munif

Review Novel Merpati Biru Achmad Munif



Saya akan mencoba membuat review novel Merpati Biru karya Achmad Munif yang diterbitkan Navila. Sebuah novel bertemakan sosial menyorot keberadaan praktik seks bebas di kampus, terkhusus mahasiswi yang berprofesi sebagai merpati biru. Novel setebal 284 halaman ini menemani saya beberapa hari.

Identitas Novel Merpati Biru

  • Judul: Merpati Biru
  • Penulis: Achmad Munif
  • Penerbit: Navila
  • ISBN: 979 9503 15 9
  • Cetakan: Kedelapan, Mei 2005
  • Tebal: 284 halaman

Sinopsis Novel Merpati Biru karya Achmad Munif


Universitas Nusantara gempar saat Tabloid Suara Mahasiswa menyuguhkan headline "Sisi Muram Dunia Pendidikan, Banyak Merpati Biru di Kampus". Senat Mahasiswa selaku penerbit tabloid langsung disidang rektor dan jajarannya karena menganggap liputan itu terlalu berlebihan dan berpotensi mencoreng nama besar universitas. Dengan sangat lugas, para mahasiswa dengan idealisme tinggi itu memaparkan temuan mereka sebagai bentuk pertanggungjawaban akan apa yang telah ditulis.

Tersebutlah Ken Ratri, tokoh utama novel Merpati Biru karya Achmad Munif ini, yang merupakan satu dari sekian mahasiswi pelaku seks komersil profesional cukup terhenyak dengan keberanian Tabloid Suara Mahasiswa menurunkan liputan yang sangat sensitif itu. Ken di bawah asuhan Mama Ani menggeluti profesi sampingan berpenghasilan besar itu bersama beberapa mahasiswi lain, di antaranya Lusi dan Nanil. Mereka memiliki latar belakang berbeda yang menyebabkan jatuh ke jurang kotor itu.

Ken Ratri dikecewakan Zul, lelaki masa lalunya, ditambah hancurnya bisnis keluarga hingga sang ayah dipenjara karena tak mampu membayar utang besar dan ibunya terpaksa dirawat di rumah sakit jiwa. Sementara Ken harus menghidupi dan memastikan pendidikan Maya, adiknya, tidak terbengkalai. Ia membohongi keluarga, mengaku berbisnis emas permata padahal telah menjual diri untuk melanjutkan hidup.

Tersebutlah Satrio yang menyukai Ken Ratri. Mahasiswa itu berusaha mengajak jalan Ken. Setiap kali gagal, ia berusaha lagi. Ken sebenarnya tertarik juga dengan Satrio, tapi ia tahu diri: ia kotor. Tak mungkin ia menerima cinta Satrio, apalagi cowok itu adalah ketua senat mahasiswa! Ken tak bisa membayangkan jika Satrio tahu siapa ia sebenarnya, status kotor di mata sosial yang ia sandang. Bagi Ken, Satrio lebih pantas dengan mahasiswi lain yang menjaga kesucian dan kehormatannya.

Efek liputan Tabloid Suara Mahasiswa mulai bermunculan. Terjadi demo besar yang diboncengi pihak luar kampus hingga terjadi pengrusakan kantor redaksi dan tuntutan cabut izin tabloid kebanggaan kampus itu. Ken terkejut karena beberapa hari sebelumnya ada yang mencoba memprovokasinya ikut mendukung demo lantaran ia termasuk merpati biru yang disebut-sebut merusak tataran sosial pendidikan. Beruntung ia menolak, tapi ia tahu ada teman-temannya yang terjebak ikut andil dalam demo itu.

Di sisi lain, saat Ken menjenguk kampung halaman di Mojokerto, ia tersentuh dengan kondisi orang tuanya yang mulai belajar salat dan pengajian, tumbuhlah keinginan berubah: meninggalkan dunia hitam. Ia pun mengajukan berhenti pada Mama Ani.

Bagaimana proses pertaubatan Ken Ratri? Bagaimana hubungan dengan Satrio? Bagaimana kampus menyikapi semua permasalahan terkait merpati biru? Apa yang terjadi saat Satrio selaku ketua senat ketahuan dekat dengan seorang merpati biru? Baca sendiri ya, soalnya saya sekadar membuat review novel Merpati Biru karya Achmad Munif. Kan tidak seru kalau semua ditulis di sini, apalagi sampai spoiler.

Fakta Sosial Novel Merpati Biru Achmad Munif


Setidaknya Achmad Munif sudah mengangkat realitas kehidupan ke permukaan apa adanya. "Biar orang tahu bahwa dunia kampus tidak selalu membanggakan diri sebagai institusi yang bersih, gemerlap, idealis, dan benar sendiri. Ternyata dunia kampus juga punya borok-borok." (Halaman 27)

Gugatan penulis dengan mempertanyakan sedemikian sakralkah dunia kampus hingga tak bisa menerima fakta sosial yang ada pada lingkungannya sendiri. Ataukah kampus bisa secara jernih membedakan antara institusi pendidikan dengan perilaku orang di dalamnya? Setiap manusia menyimpan potensi kejahatan dan kebaikan, positif dan negatif, bermoral dan amoral.
 
Foto Achmad Munif bersama Cak Nun

Achmad Munif menulis novel ini diilhami dari pemberitaan media massa yang sempat menghebohkan, tentang mahasiswi yang nyambi jadi perempuan panggilan, menjadi merpati biru. Melalui novel Merpati Biru, penulis mengungkapkan bahwa ada mahasiswa yang idealis, sok idealis, pragmatis, dan masa bodoh.

Kelebihan dan Kekurangan Novel Merpati Biru karya Achmad Munif


Novel karya penulis kelahiran Jombang, 3 Juni 1945 yang wafat di Yogyakarta pada 30 Maret 2017 ini tergolong dalam novel pop dengan gaya bahasa sederhana sehingga mudah dinikmati siapa saja. Cerita yang mengalir membuat betah membacanya. Meski yang dibahas dunia pelacuran kampus tapi bahasa yang digunakan sangat sopan.

Kekurangan dari segi penceritaan, penulis terlalu mudah menyelesaikan problematika yang ada. Proses taubat yang seolah tanpa kendala, padahal tokoh utama berhenti dari sebuah profesi hitam. Gampangnya ia lepas dari dunia kelam, bahkan dukungan dari sana-sini begitu mulus. Tak ada kendala berarti.

Tak hanya itu, kasus penculikan di akhir cerita yang sebenarnya potensial digarap dengan seru ternyata juga diselesaikan dengan sangat entengnya. Tapi tak apalah, cukup untuk menutup novel ini dengan baik.

Dari segi kualitas cetak buku, novel ini menggunakan kertas HVS putih dengan font berukuran sedang. Tampilannya mengingatkan pada novel-novel cetakan lama. Memang sih, ini bukan buku baru. Novel yang saya baca ini merupakan cetakan kedelapan, Mei 2005. Dan sangat disayangkan, pada cetakan kesekian itu ternyata masih banyak layout yang tidak rapi dan penggunaan kata yang tidak baku bahkan keliru. Saya berpikir mungkin penerbit mencetak ulang tanpa ada revisi lagi.

Puisi Buat Ken Ratri


Sebagai penutup, saya mencoba menulis sebuah puisi setelah kelar membaca novel ini. Saya tidak ahli dalam hal ini, tapi tak apalah buat sekadar iseng. Berikut puisi saya, semoga berkenan membaca.

Merpati Berlepas Diri

: Untuk Ken Ratri

Kau menyadari penuh akan pekat itu
Dan mumpung jalanmu tak sedang buntu
Dan hatimu sedang tidak membatu
Dan memancar nur dari yang satu

Ketika panggilan kembali kian kaudengar
Tangan-tangan ilahi terentang sedemikan lebar
Serupa rindu yang lama terbiar
Atau serupa kerontang yang diserbu serangan lapar

Jalan benar menuju cahaya yang mengintip di sela jendela hitam
Saat daunnya terkuak lebar cerahnya menerangi kamar-kamar muram
Yang dulu kau biarkan diri tenggelam
Dalam jahat kejinya malam

Mumpung napas masih panjang
Jalan cahaya masih terentang
Meski kau tak lagi suci
Pertaubatan akan mencuci

Maret 2021


Sekali lagi, puisi di atas adalah penutup dari review novel Merpati Biru karya Achmad Munif ini. Meski sekadar review ala-ala saya saja. Sekaligus penanda saya pernah membaca novel ini.

#RCO9
#OneDayOnePost
#ReadingChallengeODOP9
ODOP Blogger Squad Bikin Makin Cinta Ngeblog

ODOP Blogger Squad Bikin Makin Cinta Ngeblog


Sejak ikut kelas ODOP Blogger Squad, pandangan saya tentang blog mulai terbuka. Meski masih meraba-raba berbagai materi yang menurut saya cukup sulit dipahami, hehe. Untunglah para pije menyampaikannya dengan santai dan berkala, jadi bisa saya ikuti.

Kenalan Sama ODOP Blogger Squad


Sebagai gambaran, ODOP Blogger Squad adalah salah satu program dari komunitas ODOP (One Day One Post). Sesuai namanya, program ini diperuntukkan bagi anggota ODOP yang ingin fokus pada dunia blog. Bagaimana menata blog biar rapi, artikelnya mudah terbaca mesin pencari, dan segenap optimasi lainnya.

Program keren untuk para bloger ini terlahir setahun lalu saat komunitas ODOP dipimpin Kak Sakifah. Kasaki, begitu biasa saya sapa, merintis ODOP Blogger Squad menggandeng Kak Ciani Limaran yang selanjutnya dipersilakan membentuk tim bersama anggota ODOP lain yang sudah pro dalam dunia per-blogging-an.


Logo ODOP Blogger Squad karya Mas Lutfi


Pada tahun 2021 ini ketua umum ODOP dipegang oleh Muhammad Zaini yang biasa dipanggil Mas Zen, kembali melanjutkan program ODOP Blogger Squad. Program ini diasuh para pije yang sangat kompeten. Sebut saja nama besar Jihan Mawaddah, Marita Ningtyas, dan Ibrahim Dutinov. Mereka dengan senang hati berbagi ilmu dan pengalaman dalam mengelola blog menjadi profesional.

Siapa yang Boleh Ikut Program Keren Ini?


Berhubung ini adalah program dari komunitas ODOP, tentu hanya boleh diikuti oleh anggota saja. Anggota ODOP dari batch 1 sampai 8 yang tersebar di berbagai daerah dari Sabang sampai Merauke, bahkan yang berdomisili di luar negeri, dipersilakan mengikuti. Yang jelas wajib konsisten dalam mengerjakan tugas kalau tidak mau didepak dari program ini.

Bagi yang belum jadi anggota komunitas ODOP dan berkeinginan gabung bisa menunggu masa open recruitment yang digelar setahun sekali. Biasanya pada bulan-bulan akhir tiap tahunnya. Agar tidak tertinggal informasinya, silakan follow akun instagram ODOP. Di sanalah segala info program bisa diakses.

Kegiatan perekrutan anggota ODOP gratis sepenuhnya. Pada masa oprec itu akan banyak ilmu kepenulisan dibagikan. Setelah lulus dan jadi anggota resmi, kalian bisa ikut kelas lanjutan. Banyak macamnya sesuai minat dan bakat. Mau nulis koran atau majalah bisa gabung OTM, mau nulis buku ikutan ONB, pengin aktif nulis di berbagai platform kepenulisan bisa gabung ONP. Nah, yang mau fokus ngeblog bisa gabung di ODOP Blogger Squad. Semua gratis untuk anggota ODOP. Keren, kan?

Apa Saja yang Didapat di ODOP Blogger Squad?


Yang pasti pada program ini kita akan diajak membuka mata tentang dunia blog yang ternyata eh ternyata, tak hanya untuk media curhat dan nulis asal-asalan saja. Kita diajak menganalisa niche yang cocok buat kita jadikan tema utama blog. Dengan begitu, blog kita lebih terarah dan bisa bermanfaat.

Kemudian kita dikenalkan berbagai perangkat dan teknik optimasi blog seperti Google Analytics, Google Search Console, SEO Onpage, SEO Offpage, Domain Authority, Domain Rating, ranx Alexa, dan sebagainya. Istilah yang lama kelamaan mulai akrab di telinga saya.

Dengan berbagai ilmu yang diserap di ODOP Blogger Squad, saya pribadi berharap bisa memaksimalkan blog untuk menulis yang bermanfaat. Syukur-syukur kelak bisa menghasilkan duit dari blog.

Terakhir, buat para pije semoga sehat selalu. Semoga ilmu yang para pije sampaikan menjadi ladang pahala yang selalu mengalirkan keberkahan selamanya. Semoga ODOP Blogger Squad menjadi wadah optimasi blog yang kian bermanfaat dan membuat para bloger di ODOP makin cinta ngeblog.

The Kece's, Dagelan Horor MizzRuri dkk

The Kece's, Dagelan Horor MizzRuri dkk


Kelar sudah saya baca buku remaja berjudul The Kece's Hantu yang Ngebet bikin Boyband karya @MizzRuri dkk. Buku remaja yang saya baca saat usia tak lagi remaja ini merupakan kumpulan cerpen pemenang lomba #hantugokil 2013. Desain sampul buah tangan Ruri Hefni menampilkan empat sosok hantu tapi nggak seram sama sekali. Wajar, sih, soalnya memang ini buku kumpulan cerita bertema hantu-hantuan tapi dikemas dengan gokil. Membaca isinya tidak bikin takut tapi bikin tertawa.

Ada 10 judul yang ditampilkan dari 10 penulis pemenang lomba. Jujur cerita urutan pertama yang sekaligus jadi judul buku menurut saya memang yang paling berkesan. Cerita yang ditulis @MizzRuri ini berkisah tentang Ceko yang mendapat warisan blangkon dari neneknya yang ternyata ada penunggunya. Mereka adalah hantu bernama Kunti, Toyoul, Wawa Gombal, dan Kakek Dayung.

Keempat hantu gaul itu tahu bahwa Ceko adalah anggota boyband TOAHH, maka mereka maksa minta diajari jadi boyband. Jadi, ceritanya ancur-ancuran, usaha Ceko mengajari mereka bikin boyband dengan nama The Kece's. Cerita lengkapnya nggak perlu saya tulis di sini, kan, ya?

Secara keseluruhan, cerita dalam buku ini cukup menghibur meski seringkali dagelannya garing. Untuk sekadar refreshing dari bacaan-bacaan berat atau serius, buku ini layak kamu nikmati. Saya akui, beberapa cerita memang berhasil ditutup dengan ending yang cukup memuaskan.

Buku ini sudah cukup lama ikut berjejer di rak buku. Dulunya, ini adalah salah satu buku hadiah dari Mbak Hiday Nur saat saya ikut kegiatan baca di Sanggar Baca Caraka pada Desember 2019. Ada beberapa buku yang beliau hadiahkan, semua sudah tuntas saya baca. Sementara buku lucu-lucuan ini belum berhasil menarik minat baca saya, barulah kini saat komunitas ODOP membuka RCO batch 9, saya sempatkan baca.

Tugas perdana RCO 9 adalah membaca buku koleksi yang lama tak terbaca, maka terpilihlah buku ini. Alasan saya memilihnya karena memang sudah waktunya membaca buku lawas ini. Buku ini diterbitkan GACA inprint Diva Press, cetakan pertama Februari 2013. Cukup puaslah dengan suntingan Tim Editor GACA dan layout Ika Tyana ini.

Saya kesulitan menemukan quotes menarik dari The Kece's ini. Namanya juga buku cerita gokil. Paling tidak, ada paragraf yang bisa saya jadikan penutup ulasan sederhana ini:

Oh, ternyata itu sebabnya para hantu sekarang tidak begitu diminati sebagai objek yang menakutkan. Rupanya para manusia berhasil memberi sugesti manusia lainnya untuk tidak takut dengan para hantu melalui komedi. (halaman 133)

Judul: The Kece's, Hantu yang Ngebet bikin Boyband
Penulis: @MizzRuri dkk
Editor: Tim Editor
Layouter: Ika Tyana
Pracetak: Endang
Penerbit: GACA (imprint Diva Press)
ISBN: 978-602-255-061-7
Cetakan: Pertama, Februari 2013
Tebal: 156 halaman


#RCO9
#OneDayOnePost
#ReadingChallengeODOP9

Big Why, Alasan Saya Ngeblog

Big Why, Alasan Saya Ngeblog


Jujur saya sempat bingung saat ditanya alasan ngeblog. Pasalnya selama ini ngeblog asal posting saja. Bikin akun blogger, mengisinya, sampai beli domain berbayar alias TLD (top level domain) sejak 2018, dan hanya menjalaninya sebagai aktivitas suka-suka. Ini semua gara-gara ikut salah satu program komunitas ODOP (One Day One Post) yakni ODOP Blogger Squad, Mbak Jihan memberikan tugas menuliskan Big Why mengapa harus ngeblog.

Apa itu Big Why?

Saya bukan orang yang suka berbahasa inggris, karena memang tidak menguasainya. Bacanya saja belepotan. Big Why secara kasat baca berasal dari kata besar (big) dan mengapa (why). Kata Mbak Jihan, Big Why adalah alasan kuat yang menjadi dasar mengapa seseorang harus ngeblog alias jadi bloger. Tunggu, kalian kenal nggak sih sama Mbak Jihan yang saya maksud? Walah, beliau itu emak-emak bloger militan yang banyak menang lomba menulis di blog yang dikelolanya.

Bahkan, kata Mbak Jihan (lagi), Big Why harus dijabarkan secara gamblang, detail, dan menyeluruh. Konon, jika jelas, kuat, terukur dan terarah maka 50% dari perjalanan meraih keinginan sudah kita tempuh. Big Why bisa dijadikan pedoman saat muncul berbagai kerikil masalah, tantangan, ujian dan sebagainya, saat ngeblog. Keren, kan? Big Why gitu lho!

Seberapa Penting Big Why untuk Bloger?

Big Why menjadi penting karena dalam kenyataannya, proses menjadi seorang bloger tidaklah mudah. Akan bermunculan ujian dan cobaan bertubi-tubi, di antaranya rasa malas yang menggerogoti diri, godaan nonton sinetron bagi kalian yang hobi, atau kebiasaan main media sosial sehingga mengganggu keinginan menulis konten untuk blog. Saat semua godaan itu melenakan, kita harus kembali mengintip Big Why kita agar semangat muncul lagi.

Big Why akan menyelamatkan kita dari kejenuhan menulis. Memandanginya akan menyembulkan semangat, menyalakan lagi tungku untuk memasak konten yang siap saji, sehingga blog kita benar-benar menjadi sarana berbagi yang mengenyangkan. Keren kan Big Why?

Inilah Alasan Saya Ngeblog

Setelah merenungkan apa yang selama ini mendasari saya ngeblog, ternyata memang saya punya Big Why dalam mengelola Coretan Basayev, blog asal jadi ini. Saya tuliskan sebagai cambuk kalau saya malas (terus).

Alasan saya ngeblog di Coretan Basayev


1. Berbagi cerita


Sesungguhnya saya kalem dan pendiam—setidaknya begitu kata teman-teman ODOP yang ketemu saat kopdar di Griya Langen Yogyakarta waktu itu. Namun sebagai manusia, saya senang berbagi cerita. Istilah kalian sih semacam curhatlah. Berhubung pendiam maka nggak banyak bicara. Menulislah jadi sarana saya berbagi cerita. Kalau zaman muda dulu nulisnya di buku harian bernama diari, maka zaman sekarang di blog.

2. Arsip tulisan media


Saya kebetulan sesekali nulis di koran atau majalah. Berhubung malas membuat kliping tulisan dari media cetak tersebut, maka tak ayal pelariannya adalah mengarsipkannya di blog. Saat mengunjungi blog sendiri (siapa lagi yang harus mengunjungi kalau bukan diri sendiri), maka saya akan bersemangat mengirim tulisan lagi ke media massa. Saya harus terus berusaha menembus media itu agar ada yang diarsipkan di blog.

3. Berbagi peluang menulis media


Melalui blog ini, saya juga biasa berbagi tata cara mengirim tulisan ke media massa. Saat ada coretan saya dimuat di koran atau majalah, beberapa orang menanyakan alamat email dan ketentuan tulisan yang bisa tayang di sana. Makanya, saya lebih suka menjawab dengan memberikan link ke blog ini yang bisa memberikan jawaban pertanyaan mereka. Kalau tidak menuliskan di blog, akan sangat repot tiap kali ada yang menanyakannya.

4. Tempat mengulas bacaan dan tontonan


Saya sering baca buku dan nonton film. Kadang muncul keinginan mengulas apa yang dibaca dan ditonton. Blog jadi tempat terbaik menuliskannya. Meski sekadar review suka-suka dan ala saya saja, sih. Cukuplah memancing orang lain untuk ikut minat membaca buku tersebut dan/atau menonton film tersebut.

5. Agar rajin menulis


Interaksi di blog dengan pembaca sungguh sangat menyemangati saya agar mau menulis terus. Bergabung di komunitas ODOP membuat banyak teman bloger yang bisa diajak saling kunjung blog, serulah. Dengan begitu akan memancing keinginan menulis lagi dan lagi. Semoga.

6. Nyari penghasilan


Ups, tadinya saya nggak mau memasukkan ini ke list Big Why. Tapi saat melihat kenyataan bahwa blog bisa menghasilkan duit maka saya menjadikannya Big Why. Memang masih panjang jalan ke situ, setidaknya saya mencoba memulainya dengan belajar di ODOP Blogger Squad. Mencoba ikut pusing memahami segala SEO, GA, DA/PA, dan sebagainya. Semoga kelak saya juga bisa dapat penghasilan dari blog.

Itulah sekelumit Big Why yang menjadi alasan ngeblog saya. Semoga memotivasi diri sendiri untuk tidak malas membuat kontennya. Mari diaminkan ....

Cernak: Valentine Tina

Cernak: Valentine Tina


Oleh: Wakhid Syamsudin

Sepulang sekolah, Tina bergegas menyusul ke toko Tante Bertha tempat Ibu bekerja. Tante Bertha tidak pernah marah kalau ia main ke toko, hanya Ibu berpesan jangan terlalu sering datang, apalagi saat toko sedang ramai. Sesampainya di sana, took memang sedang ramai pembeli. Tina menunggu di parkiran.

Ibu yang melihat kedatangan Tina lekas mendekatinya. “Ada apa, Tin? Kok kamu nyusul Ibu?” tanya Ibu.

“Tina dapat tugas sekolah mengumpulkan foto saat membantu orang tua,” jawab Tina.

“Ya, nanti di rumah saja. Ini toko lagi ramai, nggak enak sama Tante Bertha kalau tahu kamu susul Ibu.”

“Sebenarnya Tina pengin foto saat bantu Ibu di toko, bukan di rumah.”

“Duh, tidak bisa begitu, Tin. Tante Bertha bisa marah, Ibu kerja, nanti disangka main-main,” kata Ibu keberatan.

Tante Bertha tahu-tahu sudah berdiri dekat mereka. “Eh, ada Tina. Masuk saja ke dalam, Nak.”

“Tak usah, Tan. Tina sudah mau pulang kok,” Ibu berkata sambil memberi kode agar Tina lekas pamit.

“Tadi Tante dengar kamu ada tugas sekolah. Tugas apa?” Tante Bertha bertanya ramah.

Tina ragu mau menjawab. Namun ia tahu, tidak sopan kalau ditanya malah diam saja. “Mm … tugasnya mengumpulkan foto saat bantu orang tua, Tante. Tadinya Tina pengin bantunya di sini, bantu Ibu di toko.”

“Oh, begitu. Malah bagus itu. Kebetulan ada pekerjaan ringan yang bisa kamu lakukan sama ibumu. Ayo, masuk.”

Tante Bertha mengajak Tina masuk. Ibu ikut masuk bersama beberapa pembeli yang baru datang.

 


 

Tante Bertha membawa Tina ke pojok toko, di situ ada dua karyawan yang sudah Tina kenal, sedang membungkus dagangan. Toko Tante Bertha yang berjualan serbaada dan memang cukup ramai, memang dibantu oleh 3 karyawan, satu di antaranya adalah ibu Tina.

“Hallo, Tina,” sapa dua karyawan itu. Tina tersenyum menyambutnya.

Tante Bertha berkata, “Tin, kamu di sini saja. Duduk-duduk sambil mengemas cokelat dan permen. Mudah sekali, kok.”

Tante Bertha lalu mengatakan pada dua karyawannya agar mengajari Tina membungkus cokelat dan permen dalam satu kemasan plastik dan kotak kado transparan beserta bunga plastik yang terlihat cantik. Semua paket itu berwarna serbamerah muda.

Tina senang sekali, ternyata pekerjaan mengemas cokelat dan permen itu sangat mudah. Hasil kerjanya juga tak kalah rapi dengan karyawan Tante Bertha. Tante Bertha tersenyum melihat kecekatan Tina.

“Dalam beberapa hari ini, paket cokelat dan permen seperti ini laku keras, Tin. Kamu tahu kenapa?”

Tina menggeleng. Tante Bertha menjawab sendiri pertanyaannya, “Karena beberapa hari lagi tanggal 14 Februari. Kamu tahu nggak soal Hari Valentine? Banyak remaja yang beli paketan cokelat dan permen sebagai kado Hari Kasih Sayang.”

Tina baru tahu ada peringatan seperti itu. Yang dia tahu dari sekolah hanya hari nasional seperti Hari Kartini, Hari Kesaktian Pancasila, Hari Sumpah Pemuda, dan sebagainya.

Sejak hari itu, sepulang sekolah, Tina datang ke toko membantu mengemas paket cokelat dan permen. Tina menikmatinya dan sangat senang sekali. Ibu yang sempat tak enak dengan Tante Bertha turut senang juga.

Tina melihat sendiri, memang paket Valentine serbamerah muda itu laku keras. Beruntung ia bisa bantu-bantu di toko. Puncaknya memang tanggal 14, semua paket cokelat dan permen itu benar-benar habis terjual.

Sorenya, saat tutup toko, Tante Bertha memanggil Tina.

“Terima kasih, ya, Tin, kamu sudah bantu Tante selama beberapa hari ini.”

“Sama-sama, Tante,” kata Tina pula. “Ibu sudah minta tolong sama karyawan Tante untuk memfoto saat Tina bantu Ibu bungkus dagangan, tinggal mencetaknya nanti.”

Tante Bertha tersenyum. Lalu, ia mengeluarkan sebuah plastik hitam yang sudah disiapkannya. “Ini buat kamu. Kamu boleh lihat isinya di sini. Buka saja,” kata Tante Bertha sambil menyerahkan bingkisan itu.

Tina berterima kasih. Lalu membuka isi plastik. Ternyata ada beberapa bungkus cokelat besar dan permen berbentuk hati dan seikat kecil bunga plastik. Ada juga selembar kertas yang tercetak fotonya saat sedang membantu Ibu. Ia terpana.

“Tante yang memfoto sendiri saat kamu asyik sama ibumu. Jadi, itu foto nyata kamu bantu orang tua untuk tugas sekolahmu.”

“Terima kasih sekali, Tante.”

“Dan ini ada sedikit uang saku buatmu.”

“Tidak usah, Tante.”

“Tidak apa-apa. Anggap saja beberapa hari ini kamu kerja. Jadi, ini hasil keringatmu sendiri.”

Tina tak bisa menolak pemberian Tante Bertha. Ia hampir menangis terharu dengan kebaikan Tante Bertha. Bahkan, atasan ibunya itu tak sungkan memeluk Tina sambil berkata, “Selamat Hari Valentine, Tina.”

 

Dimuat di Majalah Utusan edisi No. 02 Tahun ke-71, Februari 2021