Coretan Basayev: 2018

Nasi Kardus


Jon Koplo diminta mewakili karang taruna Kelurahan Ngreco untuk mengikuti sosialisasi di Kabupaten Sukoharjo. Sesampai di sana, ternyata yang ikut sosialisasi kebanyakan bapak-bapak. Tapi ia tetap bersemangat, apalagi mendapat uang saku dari kelurahan. Koplo mengisi daftar hadir dan menerima snack dalam dus, lalu memilih tempat duduk di pojok.

Sosialisasi berjalan lancar. Meski sambil terkantuk-kantuk, Koplo menyelesaikan tugasnya.

Begitu acara berakhir, para hadirin yang jumlahnya sangat banyak itu berduyun-duyun meninggalkan tempat duduk. Mau keluar saja, antreannya luar biasa panjang. Semua berebut ingin keluar paling dulu.

Jon Koplo melihat ada celah kosong di samping ruangan acara. Jiwa mudanya membisikkan agar ia ambil jalan pintas dari situ untuk menuju ke parkiran. Malas, uyel-uyelan keluar lewat jalur utama, berjubel dengan bapak-bapak.

Tak lama, dengan sukses Jon Koplo sampai di parkiran dan lekas menaiki jok motornya. Dalam hati ia jumawa, buat apa ikut desak-desakan wong ada jalan pintas. Dasar bapak-bapak, nggak bisa lihat jalan pintas. Begitu batin Koplo sambil tersenyum.



Tapi mendadak Koplo terkejut saat melihat ke jalur utama untuk keluar ruangan.  ”Blaik! Tiwas aku lewat jalan pintas! Jebul keluar lewat jalur utama itu sambil mengambil jatah nasi kardus ta?”

Koplo menyesal juga, tapi mau apa lagi. Malu kalau mau mengulang antre barisan keluar. Akhirnya ia pulang tanpa membawa jatah makannya. Nasib, nasib!

Sabtiyaningsih
Sidowayah RT 001/RW 006, Ngreco, Weru, Sukoharjo 57562

*Dimuat di harian Solopos edisi Senin Pon, 24 Desember 2018. Saya pakai nama istri saya (lagi). Hihi.

Potret Sepi Terindah di Bali


Judul: Potret Terindah dari Bali
Penulis: Pande Komang Suryanita
Penerbit: Kaifa, PT Mizan Pustaka, Bandung
ISBN: 978-602-8994-13-2
Tebal: 216 halaman

"Gadis Bali yang luar biasa. Potret kemiskinan yang direkam anak pemulung berbekal kamera pinjaman telah menjadi sebuah keajaiban Tuhan."
(Andi F. Noya, host Kick Andy)

Sebuah novel yang mengisahkan Ni Wayan Mertayani, atau biasa disapa dengan Sepi. Seorang anak pemulung yang menjuarai lomba fotografi internasional. Novel ini menceritakan kehidupan sehari-hari Sepi dan keluarganya. Hidup tanpa ayah, kemiskinan, dan rentetan penderitaan. Sepi tinggal di gubuk kecil bersama Ni Nengah Kirem, sang ibu, dan adiknya, Ni Nengah Gek Jati. Panggilan Sepi disematkan orang karena Ni Wayan Mertayani lahir saat heningnya Hari Raya Nyepi.

Kisah Sepi dimulai sejak ia kehilangan ayahnya, I Nengah Sangkrib, dan berlakunya hukum adat Bali, harta warisan jatuh kepada pihak purusa, pihak laki-laki. Dengan pongahnya, saudara jauh pihak ayah, Mek Mang, mengusir ibu Sepi karena mereka ingin menempati rumah peninggalan ayah Sepi.

Ibu mengajak Sepi dan Jati ke rumah Ki (kakek, ayah Ibu), I Ketut Genti yang seorang balian sakti (dukun). Tapi tidak lama mereka tinggal di sana. Suatu kali Ibu terlambat menyuguhi minum pasien, dan Ki yang baru saja menenggak tuak tersulut emosi dan marah-marah hingga keluar usiran dari mulutnya.

Akhirnya, Ibu menumpang di sebuah lahan di Kampung Bias Lantang, di tepi pantai. Dibantu beberapa tetangga yang berhati tulus, berdirilah gubuk ala kadarnya. Di situlah Sepi dan Jati menjalani kehidupannya.

Ibu berjualan kerupuk dan menjadi pemulung demi menghidupi kedua anaknya. Sepi dan Jati sudah kenyang juga dengan segala hinaan teman sekolah terkait segala kemiskinannya. Sungguh hidup yang terasa berat, tapi Ibu selalu menguatkan hati keduanya.

Tinggal di tepi Pantai Amed, membuat gubuk Sepi sering disinggahi turis yang melancong. Ada Jacques dan Jany Forte dari Prancis, Bianca dari Belanda, Guntz Philippe dari Prancis, Montse Galobardes dari Spanyol, Gunnar dan Eva dari Jerman, Virginie Guyard dari Prancis, Lauren Southern dari Amerika, Francine dan Jiji dari Prancis, Emanuele Bianchi dari Swiss, dan yang lainnya.

Kemiskinan keluarga Sepi juga seringkali jadi bahan nyinyir tetangga yang tidak suka. Termasuk Ibu juga sering mendapati penghinaan, bahkan gosip tidak mengenakkan. Saat Ibu sakit, ada saja yang menyebar isu bahwa Ibu terkena AIDS karena suka melayani para turis. Sepi dan keluarga selalu bersabar menghadapinya. Sepi sendiri pernah dituduh mencuri ketika teman-temannya melihat dia punya pulpen mahal, padahal itu pemberian turis yang singgah di gubuk mereka.

Penulis begitu lancar mengisahkan keseharian Sepi, meski ada beberapa dialog berbahasa Bali tidak diberi terjemahan, membuat pembaca yang tidak paham hanya bisa menerka maksud percakapan. Tetapi itu tidak terlalu menggangu. Selebihnya, semua tersaji pas dan tidak berlebihan.

Nasib baik Sepi adalah ketika mengikuti lomba foto yang diselenggarakan Museum Anne Frank, Belanda, dengan kamera yang dipinjamkan Dolly, salah satu turis yang berbaik hati. Dan Sepi juara 1, diundang untuk menerima penghargaan ke Belanda.

Buku ini juga menceritakan perjalanan Sepi dan Jati yang ditemani Marrie, dengan pesawat menuju ke Belanda. Betapa Sepi menikmati semuanya, sesuatu yang lama diidamkannya terwujud: pergi ke luar negeri.

Dikemas dalam sajian novel ciamik, kisah menginspirasi ini layak jadi bahan bacaan ringan. Setting Bali dengan pantainya cukup berhasil membawa pembaca seolah hadir ke sana. Banyak pelajaran hidup yang bisa dipetik dari kisah hidup Sepi ini. Memaknai segala kekurangan dengan kesyukuran.

Menakar Daya Baca



Grup WhatsApp RCO (Reading Callenge ODOP) 4 kedatangan tamu, Adi Wahyu Adji, motivator baca Indonesia dan juga pencetus kegiatan One Week One Book. Bincang Online dengan tema Membaca di Sela Kesibukan ini digelar pada hari Ahad, 9 Desember 2018 pukul 20.00 WIB.

Sebagai pembuka, ada 2 hal utama yang disampaikam Mas Adi. Pertama, yaitu bahwa minat baca saja tidak cukup, perlu DAYA BACA. "Minat baca relatif mudah ditumbuhkan," kata Mas Adi. "Dan sekarang pun juga sudah banyak event atau program yang berupaya menumbuhkan minat baca. Tetapi minat baca itu berbeda dengan DAYA BACA. Ketika seseorang sudah minat membaca, lalu mengambil sebuah buku untuk dibaca, belum tentu dia bisa menghabiskannya. Belum lagi soal jangka waktunya, berapa lama waktu yg diperlukan untuk menamatkan 1 buku. Apakah bisa 1 buku tamat dalam 1 minggu? Atau perlu sampai 1 bulan? Atau malah lebih? Nah, itulah yg namanya DAYA BACA."

Menurutnya, kalau DAYA BACA seseorang bagus, maka dalam 1 minggu 1 buku itu bisa dan biasa selesai baca.

Hal kedua, yaitu perlunya Pengetahuan dan Pemahaman tentang ILMU BACA. Ilmu baca itu ada. Sayangnya jarang yang mengajarkan. Kalaupun ada, mahal biayanya.

Mas Adi kemudian memberikan menunjukkan gambar berikut ini:


"Itu salah satu buku klasik dan lengkap tentang membaca. Ada banyak lagi buku-buku tentang membaca," katanya.

Mas Adi mengibaratkan keterampilan membaca itu mirip dengan keterampilan mengemudi mobil. "Kalau tidak tahu ilmunya, sampai kapan pun tidak akan bisa mengendarai mobil."

Setidaknya, ilmu baca itu ada 4. Yaitu: Teknik Membaca Cepat, Teknik Memilih Buku, Teknik One Week One Book, dan Teknik Review Buku. "Kalau belim tahu tentang itu semua, atau baru sebagian, wajar jika akhirnya banyak kesulitan dan juga tidak semangat dalam membaca," simpul Mas Adi.

Mas Adi sedikit mengulas tentang membaca cepat yang artinya meningkatkan kecepatan membaca kita. Rata-rata kecepatan membaca itu 150-300 kata per menit. Dengan membaca cepat, bisa dua atau tiga kali lebih cepat.

Berpindah genre adalah salah satu teknik untuk menghilangkan kejenuhan saat membaca. "Bahkan saya biasa membaca 2-3 buku secara paralel (bersamaan) tanpa menunggu menyelesaikan satu per satu dulu," katanya.

Sementara terkait rasa malas membaca, Mas Adi mengatakan bahwa hal itu bisa terjadi dari banyak faktor. "Salah satu sebab yang sering saya temui misalnya karena kesalahan dalam memilih buku yg mau dibaca. Biasanya ini membaca karena mengikuti tren. Akhirnya tdk tahu kenapa (why) harus membaca buku itu," begitu penjelasannya.

Supaya konsisten, lanjutnya, kita harus punya banyak motivasi membaca. Mas Adi lalu mempersilakan membaca ebook One Week One Book miliknya sebagai salah satu referensi. "Ini link-nya, http://bit.ly/Ebook_OWOB_05 , unduh cuma-cuma, dan boleh disebarluaskan," tawarnya.

Sebagai penutup, Mas Adi menyampaikan, "Setiap hari kita pasti tidak lupa untuk MAKAN dan MINUM. Mengapa? Karena kita sadar bahwa tubuh kita butuh itu semua agar kita tetap sehat dan hidup. Namun, sadarkah kita bahwa selain fisik, kita juga dikaruniai pikiran (otak). Dan pikiran sebenarnya perlu juga mendapatkan makanan. Itu sebabnya ada orang-orang yang punya wawasan yang luas sekalipun mungkin fisiknya biasa saja. Karena dia selalu memberikan makanan untuk pikiran (otaknya). Jadi, kalau kita ingin pikiran kita luas dan selalu hidup, maka jalannya mudah masukkanlah informasi ke dalam otak. Tentunya bukan sembarang informasi. Dan salah satu sumber informasi serta pengetahuan yg baik adalah dari buku."

Sebuah pencerahan tentang hobi membaca yang ternyata memang harus dipelihara agar tidak menghilang begitu saja saat kesibukan melanda. Untuk lebih kenal dengan Mas Adi, silakan pantau Instagram-nya, @adi_wahyu_adji.

Selamat membaca.

(Bukan) Hari Bohong Nasional



Hari Belanja Online Nasional atau Harbolnas adalah kampanye besar-besaran untuk mendorong dan mengedukasi masyarakat tentang kemudahan berbelanja dalam jaringan (daring) yang aman dan nyaman serta bisa dilakukan di mana saja.

Dicetuskan kali pertama pada 2012 oleh perusahaan-perusahaan e-commerce di Indonesia yang bergabung dalam Asosiasi E-Commerce Indonesia (Idea), yaitu  Lazada, Zalora, Blanja, PinkEmma, Berrybenka, dan Bukalapak. Tanggal 12 Desember setiap tahun adalah hari yang wajib dicatat oleh penggila belanja daring untuk berburu diskon besar dan promo-promo menarik lainnya.

CupoNation mengungkap fakta mengenai antusiasme masyarakat Indonesia menyambut Harbolnas. Portal diskon milik Rocket Internet CupoNation tersebut menganalisis perkembangan atensi masyarakat Indonesia terhadap Harbolnas selama dua tahun terakhir.

Bergesernya perilaku masyarakat dari belanja di pasar konvensional beralih ke toko-toko daring sangat mendukung kampanye besar yang diidentikkan dengan angka 1212 ini. Pemilik toko online sangat lihai mengendalikan acuan selera konsumerisme masyarakat.

Hal ini senada dengan paparan Jean Baudrillard (1929-2007), seorang teoretisi sosial pos-struktural asal Prancis, bahwa dalam masyarakat konsumen modern masyarakat cenderung tidak lagi memiliki independensi mengenai apa yang dibutuhkan atau tuntutan personalnya, tetapi lebih digerakkan oleh kode signifikansi yang dibuat sedemikian rupa oleh tatanan sosial yang terbentuk sehingga menjadi patokan kebutuhan yang diakui bersama.

Kode-kode inilah yang akhirnya dijadikan acuan masyarakat dalam menentukan pilihan. Tidak ada yang salah dengan perilaku konsumen dan fenomena Harbolnas. Hanya saja, yang disoroti selama ini adalah kekacauan yang timbul dari terselenggaranya kampanye besar yang ternyata banyak disusupi diskon-diskon palsu dan pembohongan publik terkait harga.

Belum hilang dari ingatan kita kasus diskon abal-abal yang membuat heboh dan jadi perbincangan publik, yang terjadi di situs e-commerce terbesar Indonesia: Lazada. Tepatnya Harbolnas 2015 ketika Lazada menampilkan diskon 100% pada harga popok bayi.

Harganya Rp93.482 setelah diskon dari harga Rp130.874.206. Fantastis? Kesalahan Lazada tidak hanya popok berharga ratusan juta rupiah tersebut, tapi juga smartphone yang dibanderol dengan harga diskon Rp1,8 juta setelah diberi potongan harga dari harga awal Rp25 juta!

Spesifikasi samrtphone itu termasuk rata-rata, yakni RAM 1 GB, memori internal 8 GB, dan fitur standar lainnya. CEO Lazada, Magnus Ekbom, meminta maaf atas kejadian tersebut. Ia mengaku manajemen Lazada lalai dalam kontrol sehingga banyak penjual nakal yang berbuat demikian.

Apakah ada jaminan diskon yang ditawarkan benar-benar nyata atau hanya akal-akalan setelah melakukan mark up harga dari harga normal sebelum didiskon? Sebagai konsumen, masyarakat seharusnya berhati-hati.

Jangan mudah terpesona dengan diskon yang ditawarkan. Menjadi konsumen cerdas adalah keniscayaan. Selalu gunakan akal sehat ketika menyaksikan potongan harga gila-gilaan. Melakukan survei harga di pasaran konvensional adalah salah satu cara yang bagus dalam menghindari tipuan diskon belanja daring.

Dengan berbelanja secara cerdas, masyarakat bisa memanfaatkan Harbolnas agar mendapatkan produk incaran dengan harga terbaik. Dalam kampanye 1212 ini tidak semua penjual curang dengan menaikkan harga dan kemudian memberikan diskon gila-gilaan. Jauh lebih banyak penjual yang memang benar-benar memberikan potongan harga asli yang menggiurkan.

Perayaan
Tentu panitia Harbolnas sudah melakukan segala perbaikan sistem sehingga pelaksanaan Harbolnas berjalan sesuai harapan, bahkan bermuatan nilai edukasi bagi masyarakat dan menunjukkan keamanan berbelanja daring.

Harbolnas selayaknya menjadi perayaan fenomenal yang saling menguntungkan bagi penjual maupun konsumen. Kewajiban para penjual adalah menawarkan produk tanpa kebohongan agar tidak merugikan pembeli.

Terkait hal ini, pelaku usaha yang melakukan tipu muslihat dalam jual beli daring dapat dipidana berdasarkan Pasal 378 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) tentang Penipuan dan Pasal 28 ayat (1) UU No.19/2016 tentang Perubahan atas UU No. 11/2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) yang mengatur ihwal menyebarkan berita bohong dan menyesatkan yang mengakibatkan kerugian konsumen dalam transaksi elektronik.

Pasal 378 KUHP menyatakan barang siapa dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum, dengan memakai nama palsu atau martabat palsu, dengan tipu muslihat, atau pun rangkaian kebohongan, menggerakkan orang lain untuk menyerahkan barang sesuatu kepadanya, atau supaya memberi utang maupun menghapuskan piutang, diancam karena penipuan dengan pidana penjara paling lama empat tahun.

Pasal 28 ayat (1) UU ITE menyatakan setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan berita bohong dan menyesatkan yang mengakibatkan kerugian konsumen dalam transaksi elektronik. Terhadap pelanggaran Pasal 28 ayat (1) UU ITE ini diancam pidana sebagaimana diatur dalam Pasal 45A ayat (1) UU No.19/2016.

Pasal tersebut menyatakan setiap orang yang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan berita bohong dan menyesatkan yang mengakibatkan kerugian konsumen dalam transaksi elektronik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama enam tahun dan/atau denda paling banyak Rp1 miliar (hukumonline.com).

Marilah bersama kita sambut era berbelanja daring dengan semangat edukasi, menjunjung tinggi kejujuran dan keberkahan transaksi. Pelaku bisnis jujur dan konsumen cerdas akan menunjukkan betapa nyamannya berbelanja di dunia digital. Harbolnas bukan Hari Bohong Online Nasional melainkan Hari Belanja Online Nasional yang selalu dinanti kehadirannya setiap tahun.

Wakhid Syamsudin ([email protected])
Pelaku bisnis online, tinggal di Sukoharjo.

Dimuat di koran Solopos edisi Selasa Kliwon, 11 Desember 2018 halaman 4 pada rubrik Gagasan.

Selamat Jalan Nh. Dini


Sebuah kabar duka dari dunia sastra Indonesia, Nh. Dini meninggal dunia. Pesan demi pesan di grup-grup kepenulisan WhatsApp yang mengabarkan kepergian penulis novel bernama asli Nurhayati Sri Hardini Siti Nukatin itu.  Penulis novel Pada Sebuah Kapal itu meninggal dunia setelah mobil taksi yang ditumpanginya kecelakaan di Tol Tembalang KM 10, Kota Semarang, Jawa Tengah, Selasa, 4 Desember 2018 pukul 16.30. Mengalami luka di bagian kepala dan kaki kanan, sempat mendapat perawatan medis di RS Elisabeth Semarang sebelum takdir menentukan, nyawanya tidak tertolong.

Nh. Dini berpulang dalam usia 82 tahun, semasa hidup sangat produktif dalam menulis. Penulis kelahiran Semarang, 29 Februari 1936 ini meninggalkan dua orang anak Marie-Claire Lintang Coffin dan Pierre Louis Padang Coffin, seorang kreator Minions, hasil pernikahan dengan Yves Coffin, yang berakhir dengan perceraian pada 1984.

Nh. Dini pernah mendapat penghargaan SEA Write Award di bidang sastra dari Pemerintah Thailand. Beberapa karya terkenal Nh. Dini di antaranya Pada Sebuah Kapal (1972), La Barka (1975), Namaku Hiroko (1977), Orang-orang Tran (1983), Pertemuan Dua Hati (1986), dan Hati yang Damai (1998). Lebih dari 20 buku telah ditulisnya.

Sebuah kehilangan besar bagi dunia sastra kita. Tapi karya Nh. Dini tetap abadi di hati para pecinta tulisannya. Selamat jalan, Nh. Dini. Telah sampai engkau pada sebuah kapal terakhir dalam perjalananmu.

Gosip Heboh Olga



Judul: Olga, Gosip Heboh
Penulis: Hilman
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
ISBN: 979-605-950-9
Cetakan: Kedua, Mei 2000
Tebal: 108 halaman

Selain serial Lupus, barangkali yang tidak terlupakan dari karya ngocol Hilman adalah serial Olga yang identik dengan sepatu rodanya. Gosip Heboh yang saya baca kali ini adalah judul kesepuluh dari seri Olga. Buku lawas yang pernah saya beli dan cuma ikut jadi tumpukan di rak. Kebiasaan buruk, suka beli tapi lupa baca. Tapi akhirnya, kesempatan Olga kali ini hadir di ruang baca saya, tiba juga. Hiburan ringan ala Hilman.

Cerita Olga dimulai dengan zaman krisis moneter, apa-apa mahal, membuat Papi harus cari tambahan pemasukan dengan membuka les tari twist. Olga juga kudu rela tambah jam siaran di Radio Ga Ga, meski jam malam dan bikin Mami jengkel nunggu kepulangannya.

Somad, perjaka jadul yang jadi pendengar setia, penggemar fanatik, dan pecinta tak kenal lelah, selalu mencari kesempatan dekat dengan penyiar sukaannya, si Olga, selalu tampil menyemarakkan suasana dengan keluguannya. Somad benar-benar total dalam menunjukkan perhatiannya pada Olga. Sampai saat ia harus kecewa setelah diberi tahu kalau Olga lesbi!

Iya, gosip heboh berhembus gara-gara Wina yang selalu setia menemani Olga siaran sampai larut malam, disangka sebagai kekasih hatinya. Bagaimana cara Olga membersihkan nama baiknya gara-gara gosip murahan yang kadung tersebar itu?

Kisah ngocol Hilman kali ini ditutup dengan lomba sepatu roda yang bikin Somad rela mecah celengan ayam, Jo rela izin tidak siaran demi ikut les sepatu roda. Tapi apa yang terjadi akhirnya? Mereka semua kecewa.

Oya, selain kisah utama Olga dan gosip heboh yang nenimpanya, Hilman menyisipkan kisah Lusi yang kehilangan kepercayaan pada diri sendiri akibat perceraian orangtuanya. Saat Radio Ga Ga membuka lowongan penyiar baru, Lusi terpilih oleh Mbak Vera, meski para penyiar lain tidak setuju. Terlebih Ucup yang terlanjur janji pada salah satu pendaftar yang berpenampilan seksi. Hanya Olga yang akhirnya memahami pilihan Mbak Vera meski akibatnya terjadi protes besar-besaran pecinta Radio Ga Ga paska siaran perdana Lusi.

Seru deh, apalagi sih yang mau dikomentari kalau jago ngocol Indonesia ini bikin cerita? Hilman selalu punya cara bikin pembacanya mesam-mesem. Sayangnya, buku ini terlalu tipis dan cepat habis. Ah, sudahlah ....

Lejitkan Potensi dengan Change! From Now



Judul: Change! From Now
Penulis: E. Raharjo
Penerbit: JB (Jogja Bangkit) Publisher, Yogyakarta
Cetakan: Pertama, 2010
ISBN: 978-602-95394-4-8
Tebal: 208 halaman

Impian sekecil apapun akan mampu menjadi karya besar, jika Anda melakukan dengan cara terbaik, memberikan potensi terbaik, dan doa yang paling hikmat untuk menjadikannya berkualitas. Tidak berlama-lama terbiasa dengan kemiskinan, menjadi orang kecil, memiliki pendapat yang terbatas, dan hidup dalam ketidaknyamanan. Saatnya untuk lebih mampu menikmati hidup yang lebih menyenangkan, menyikapi hidup dengan senyuman.

Eko Raharjo mengajak kita merenungkan seluruh proses pencapaian impian dengan melejitkan potensi diri. Trainer dan direktur Institusi Jasa Pelatihan dan Pengembangan SDM Forum Pembelajar Consulting ini mengajak kita mengenali siapa diri kita, apa saja potensi yang bisa dilejitkan. Bagaimana mengelola permasalahan hidup, menjadikannya sahabat yang mengajarkan cara membuat lompatan besar dalam kehidupan. Tugas kita adalah mengubah persepsi, yang tidak mungkin, menjadi mungkin. Laut tenang tidak pernah menghasilkan pelaut yang handal.

Dalam buku setebal 208 halaman ini, E. Raharjo memberikan banyak motifasi, tiap bab diawali dengan kisah-kisah inspiratif. Dari sana kita memulai memperbaiki sikap-sikap yang salah dalam keseharian atau pekerjaan, mengambil keputusan terbaik demi masa depan. Yakin pada potensi diri, namun tidak menafikan keberadaan tangan tidak terlihat dalam setiap hasil dari apa yang diusahakan.

Pada saat Anda berpikir mampu ataupun tidak mampu, Anda selalu benar tentang apa yang Anda pikirkan. (Hal 116)

Buku keren ini, adalah hasil rangkuman aktivitas diskusi E. Raharjo di radio Karavan FM dan jaringannya, dalam program Lensa Bisnis. Begitu juga dari berbagai materi seminar, inhouse training, dan program public training/lokakarya di berbagai lembaga pendidikan dan perusahaan. Bertaburan hikmah pada tiap lembarnya, sangat memotivasi bagi pribadi-pribadi yang ingin maju dalam segala hal.

#TantanganRCO4level2
#OneDayOnePosting

Terima kasih, Pakde Wali, buku ini adalah hadiah dari beliau saat kopdar akbar pertama ODOP di Jogja dulu.

Konyolnya Scooby-Doo dan Manusia Serigala



Judul: Scooby-Doo dan Manusia Serigala
Penulis: James Gelsey
Penerbit: Tiga Serangkai
ISBN: 978-979-018-603-3
Tebal: 64 halaman

"Keluarga lebih penting daripada sebidang tanah."

Main ke Perpusda Sukoharjo, kali ini mau cari bacaan yang bisa dibaca sekali duduk. Nemu di rak buku anak, saya pilih Scooby-Doo dan Manusia Serigala, versi novel dari serial televisi yang sudah tidak asing lagi, Scooby-Doo.

Membaca tulisan James Gelsey ini sama persis dengan membayangkan semua kejadiannya dalam sajian layar kaca. Tentang kekonyolan Shaggy dan Scooby dalam mengungkap misteri yang tidak pernah benar-benar seram. Kali ini Geng Misteri pimpinan Fred, sedang menghadiri sebuah perayaan seratus tahun Peternakan Lone Wolf, yang sangat meriah dan penuh makanan lezat.

Pada kesempatan acara ini, akan dipamerkan sepasang sepatu kuda emas asli peninggalan pemilik peternakan. Saat itulah muncul Manusia Serigala yang mencuri kotak tempat menyimpan sepatu emas. Dan, Geng Misteri harus memecahkan masalah ini.

Cerita berjalan sederhana, clue-clue tampil sebagai pertimbangan dalam memecahkan misteri tentang siapa Manusia Serigala. Sesederhana bacaan anak, akhirnya semua terungkap. Bagaimana cara Scooby dkk menuntaskannya? Lebih enak baca sendiri tentu saja.

Novel anak ini sangat tipis dan memang asyik dibaca sekali duduk. Kekonyolan Scooby dan Shaggy kental sekali rasanya. Menurut saya, bacaan seperti ini memang perlu untuk meningkatkan kreativitas anak-anak. Siapa tahu, anak-anak akan banyak belajar cara menulis dari kisah sederhana ala Scooby-Doo.

Pengurus RT/RW Bisa Netral?


Membaca headline Harian Umum Solopos edisi Kamis Wage, 15 November 2023 berjudul Pengurus RT/RW Dilarang Kampanye, saya jadi bertanya-tanya, bisakah para pengurus  rukun  tetangga dan rukun warga itu netral dalam pemilihan umum?

Menurut ketentuan dalam Peraturan Badan Pengawas Pemilu (Perbawaslu) No. 28/2018 tentang Pengawasan Kampanye Pemilu Pasal 6 ayat (2) tersebutlah 12 pihak yang tidak boleh terlibat dalam kampanye. Mereka yaitu hakim, pejabat negara bukan anggota partai politik, PNS, TNI, Polri, kepala desa, perangkat desa, pengurus RT (rukun tetangga)/RW (rukun warga), dan anggota BPD (Badan Permusyawaratan Desa).

Bahkan Bawaslu menyebut pelanggaran terhadap ketentuan tersebut masuk pidana pemilu (bawaslu.go.id). Selama ini, peran RT/RW dalam pemilihan umum sangat dimanfaatkan oleh tim sukses dari kandidat yang mencalonkan diri.

RT/RW sebagai lembaga kemasyarakatan ujung tombak perpanjangan tangan pemerintah sebagai pelayan masyarakat tentu menjadikannya sangat dekat dengan para pemilih, sehingga dinilai sangat potensial untuk menggalang dukungan secara langsung dari warga yang memiliki hak pilih. Apalagi secara etika dan moril, pengurus RT/RW adalah panutan warga dalam lingkungannya.

Keberhasilan tim sukses masuk ke ranah kepengurusan RT/RW menjadi modal mendulang suara warga. Untuk mencapai hal itu, tim sukses biasanya menjanjikan atau bahkan menggelontorkan dana yang masuk ke dalam kas RT/RW sehingga keberadaan kandidat yang mereka usung serasa berhasil mengikat dengan budi yang harus berbalas jasa berupa afiliasi politik.

Pengurus RT/RW yang terjebak dalam permainan politik seperti ini kemudian cenderung melakukan intervensi pada warga, bahkan tidak jarang ada yang berlaku intimidasi kepada warga yang tidak bersedia menyatukan suara untuk kandidat yang diusung.

Di sinilah mulai muncul kerawanan, di mana kenyamanan dan keamanan warga dalam hak memilih yang seharusnya bebas dari paksaan, hilang ditelan keterpaksaan menurut pada pilihan bersama yang kadang tidak sesuai hati nurani.

Seharusnya, pengurus RT/RW bisa bersikap netral karena fungsi mereka adalah memelihara keamanan, ketertiban, dan kerukunan hidup antarwarga. Keterlibatan mereka dalam politik praktis sesungguhnya justru mengurangi kewibawaan dan kebijaksanaan sebagai tokoh masyarakat. Warga di  bawah mereka seyogianya mendapatkan keamanan dan jaminan atas hak asasi sebagai pemilih tanpa intimidasi.

Pengurus RT/RW seharusnya mengembalikan masalah pemilihan umum di Indonesia pada asas ”Luber” yang merupakan singkatan dari langsung, umum, bebas dan rahasia. Asas Luber ini sudah ada sejak zaman Orde Baru. Langsung berarti pemilih diharuskan memberikan suaranya secara langsung dan tidak boleh diwakilkan.

Umum berarti diikuti seluruh warga negara yang sudah memiliki hak menggunakan suara. Bebas berarti pemilih diharuskan memberikan suaranya tanpa ada paksaan dari pihak manapun. Dan rahasia yang artinya suara yang diberikan oleh pemilih bersifat rahasia, hanya diketahui oleh si pemilih itu sendiri.

Bahkan sejak era reformasi, berkembang pula asas Jurdil yang merupakan singkatan dari jujur dan adil. Di mana jujur mengandung arti bahwa pemilihan umum bisa memastikan setiap warga negara yang memiliki hak dapat memilih sesuai dengan kehendaknya dan setiap suara pemilih memiliki nilai yang sama untuk menentukan wakil rakyat yang akan terpilih.



Sementara asas adil adalah perlakuan yang sama terhadap peserta pemilu dan pemilih, tanpa ada  pengistimewaan ataupun diskriminasi terhadap peserta atau pemilih tertentu. Asas jujur dan adil mengikat tidak hanya kepada pemilih ataupun peserta pemilu, tetapi juga penyelenggara pemilu. (Wikipedia.com).

Oleh karenanya, marilah kita sama-sama menjaga marwah penyelenggaraan pemilihan umum, agar terwujud masyarakat demokratis dan tetap menjaga kerukunan dalam kehidupan sosial. Agar pemilihan umum dapat dimulai dengan kerukunan, terlaksana dengan kerukunan, dan berakhir dengan kerukunan yang tetap terbina.

Wakhid Syamsudin
Ketua RT di Sidowayah RT 001/006 Ngreco, Weru, Sukoharjo

Dimuat di harian umum Solopos edisi Jumat Pahing, 23 November 2023 pada rubrik Gagasan.

Duet, Belajar Tak Batasi Mimpi


Saya sedang sibuk nih. Sibuk mengikuti drama seri berjudul Duet. Dulu pernah sepintas tidak sengaja melihat drama seri ini diputar di Kompas TV, dan saya simpulkan kalau ini keren, berbeda dengan model sinetron-sinetron televisi yang lain. Dan saat meng-instal Iflix, saya beruntung berjumpa dengan serial Duet yang nangkring pada salah satu sajian gratis di aplikasi nonton itu. Dan akhirnya, saya bisa mengikuti Duet ini dari seri 1 sampai habis, seri 26.

Duet adalah drama seri garapan DVI Production dan dulu sudah diputar di Kompas TV sejak bulan September 2012 tiap Sabtu pukul 20.00 WIB, dan diulang Minggu, tiap pukul 13.00 WIB. Konon memang Duet dijanjikan berbeda dengan kebanyakan drama seri lainnya. Salman Aristo yang mengonsepnya bersama Gina S. Noer menyajikan jalan cerita yang kuat, punya daya pijak membumi dan daya rangkul ke penonton dengan sangat hangat. Memang sih, dukungan sudut pengambilan gambar dan pencahayaan sangat mirip dengan film layar lebar. Plus, akting natural para artis yang memerankan tiap karakter dengan perfect.

Saya memang tidak mengikuti penayangannya di televisi, secara memang tidak punya televisi di rumah, hehe. Syukur drama seri ini bisa saya tonton tuntas di Iflix dengan jaringan Indosat Ooredoo, pakai paketan yang dua ribu perak per hari. Puas deh, drama seri ini jadi pengantar jelang berangkat tidur. Saya biasa tonton setelah ketiga makhluk tercinta terlelap dengan nyenyaknya. Dan saya sering kebablasan nonton sampai lewat dini hari. Ini jangan ditiru ya!

Duet berkisah tentang Linda, perempuan keras kepala yang berusaha mewujudkan mimpi menjadi penyanyi dengan idealisme yang gagah dan menembus industri musik Indonesia, yang harus berduet dengan kerasnya kehidupan. Masa lalu pahit, Linda harus kabur dari rumah karena hamil ketika berusia 17 tahun. Kidung, begitu ia menamai anak gadis cerdas yang ia lahirkan tanpa suami, tanpa dukungan ibunya, Hasnidar. Linda dan Kidung hidup dari kontrakan satu ke kontrakan lain, bersikukuh menolak bantuan apapun dari Hasnidar, yang adalah seorang pengusaha kaya.

Untuk menghidupi diri dan Kidung, apalagi Kidung juga sudah mulai memasuki kelas 6 sekolah dasar, Linda bekerja di sebuah cafe. Di situ juga ia berkenalan dengan Ari, penyanyi cafe, yang sedikit demi sedikit mulai masuk ke dalam kehidupannya.

Suatu kali, saat Linda mencoba melamar kerja jadi guru di sebuah sekolah musik, ia justru dilirik anak pemilik sekolah musik itu untuk bergabung jadi vokalis di grup bandnya, Maestro. Tapi tidak, itu bukan tempat sukses Linda, justru Maestro adalah band yang anggotanya seringkali bertengkar, sekuat tenaga Linda berusaha menyatukan kekompakan band tersebut, sebelum akhirnya ia justru disingkirkan.

Linda yang diperankan dengan sangat natural oleh Adinia Wirasti, sangat kuat karakternya. Sangat keras kepala. Kidung diperankan dengan cantik oleh Luna Sabrina, yang saya selalu suka dengan gaya ngobrolnya sama sang mama. Sudah kayak sahabat saja mereka berdua.


Sebagai peran pendukung, Ari yang diperankan oleh Tora Sudiro juga cukup memberi warna dengan kemampuannya bernyanyi yang ... lumayanlah. Ada juga Gita, sohib karib Linda yang diperankan Iloet Fairuz, yang selalu jadi sasaran saat mamanya Kidung itu lagi ada maunya. Tak kalah juga akting Jajang C. Noer yang memerankan Hasnidar, ibunda Linda yang mulai berusaha merestui cita-cita gila anak perempuannya, mencoba mengambil alih Kidung, cucunya, agar bisa diajak tinggal bersamanya. Hal yang selalu ditolak keras oleh Linda.


Linda yang mengikuti kontes musik dengan segala macam kecurangan, dari gitar disembunyikan kontestan lain, sampai paling menyebalkan saat menemukan kenyataan juri sudah diarahkan panitia untuk memilih pemenang sesuai pesanan mereka, seolah frustasi dengan cita-cita idealisnya yang seakan tak kunjung bertemu harapan.

Pada episode-episode akhir, mendadak muncul Darma yang diperankan Abimana, ayah biologis si Kidung. Kidung lebih terbuka dalam menerima kehadiran sang ayah, tapi tidak untuk Linda. Sakit hatinya terlalu dalam.

Setiap scene adegan dalam serial ini sungguh terlihat natural dan membumi. Ditambah lagi dukungan lagu-lagu hits tahun 90-an yang sangat pas membuat saya kadang penasaran untuk mendownload lagu-lagu tersebut. Kalau kata Linda, tahun 90-an adalah golden era musik popular Indonesia. Masa emas yang tidak akan tergantikan.

Soundtrack serial drama ini juga bagus lho, lagunya Vuje, Mimpi Tanpa Batas yang diciptakan oleh Salman Aristo. Sangat berenergi mendukung cerita yang mengalir dengan baik. Kayaknya saya akhiri saja review ala saya ini dengan potongan lirik soundtrack-nya ya:

Genggam jemarimu adalah kekuatanku
Kerjapan senyummu alasan untuk terus tumbuh
Temani aku di sini
Belajar tak batasi mimpi
Menemanimu di sini
Bersama mengeja lagi mimpi

Belahan Jiwa yang Terasa Hambar



Judul: Belahan Jiwa
Penulis: Nuniek KR
Penerbit: BOOM Publishing, Tangerang
ISBN: 978-602-7775-32-9
Terbit: Juni 2015
Tebal: vii+132 halaman

Saat dia selalu bersamamu, cinta itu telah hadir.

Membaca novel tipis tulisan Nuniek KR ini, sejujurnya saya merasa hambar. Tapi saya menuntaskannya, kok, sampai lembar terakhir. Hambar di sini, saya sama sekali tidak mendapat pencerahan apa-apa. Ceritanya terlalu biasa, atau malah terkesan mengada-ada. Saat saya bilang pada chat salah satu grup kepenulisan di WhatsApp bahwa saya sedang baca buku jelek, teman saya menanggapi, bahwa tidak ada buku jelek, yang ada ia tidak cocok dengan selera kita, bagi orang lain bisa saja itu bacaan bagus. Iya juga, ya. Saya pun sadar, ngomong asal doang! Bisa menyelesaikan tulisan menjadi novel saja adalah hal luar biasa, bahkan saya belum kelar-kelar mau bikin novel. Oke, saya kasih applause deh buat Nuniek KR atas Belahan Jiwa-nya ini. Semoga selalu semangat menulisnya, ya!

Novel ini diterbitkan BOOM Publishing, asing di telinga saya, entah indie atau major, tapi masih banyak typo lolos dari editor, yang mengganggu di dalamnya. Novel ini saya beli di bazar buku murah beberapa hari lalu di kota kabupaten tempat tinggal saya.

Salah satu kesalahan besar dalam buku ini, pada halaman awal yang seharusnya diisi kata pengantar, malah diisi sinopsis. Iya, sinopsis! Mana full lagi! Termasuk ending-nya! Spoiler banget, edan! Tapi saya sportif membacanya sampai kelar, soalnya terlanjur pilih buat tantangan membaca di komunitas yang saya ikuti.

Tema yang diangkat persahabatan dan cinta ala-ala anak muda. Tokoh utamanya Mong (nama aslinya keren, Monica Anabella), Gun, dan Lila. Mong sahabatan sama Gun, lalu muncul Lila. Mong baru sadar ia jatuh cinta sama Gun setelah ada Lila yang mendekatinya. Gitu inti ceritanya. Saya nggak mau ikutan spoiler, kasihan yang mau baca.

Nuniek KR menggunakan sudut pandang orang pertama pelaku utama, Mong sebagai aku dalam novel ini. Alur maju, dan terasa jalan biasa saja, saya nggak lagi bilang hambar lho, ya! Namanya juga sudah ketebak apa yang diceritakan sejak baca sinopsisnya.

Sebenarnya pada blurb cukup bagus, bikin agak penasaran, buktinya saya beli gara-gara baca tulisan di sampul belakang novel ini, selain melihat sampulnya yang cukup keren. Blurb bilang kalau pertemuan Mong dengan Gun di terminal gara-gara Mong menyangka Gun tukang hipnotis di terminal saat ia kehilangan dompet, berakhir dengan persahabatan. Lalu Lila muncul sebagai orang ketiga yang pengin jadi pacar Gun, bikin Mong cemburu. Saat Gun hendak menyampaikan perasaan ke Mong, si Mong terlanjur kesal dan ogah akui perasaan yang sama. Sebenarnya kalau digarap lebih greget, mungkin konfliknya bisa dibuat makin 'berdarah-darah' dengan memainkan emosi pembaca. Tapi sayang, saya tidak merasakan itu.

Belahan Jiwa, biarlah ikut mewarnai dunia pernovelan di tanahair tercinta dengan gayanya sendiri. Toh, ia akan menemukan pembacanya juga. Mungkim satu hal yang bisa saya ambil sebagai ibrah, yakni saya tetap harus bisa menyelesaikan apa yang tidak kelar-kelar saya tulis: novel. Hehehe.

Cerita Seram di Nightmare Hour



Judul: Nightmare Hour, Saat-Saat Seram
Penulis: R. L. Stine
Alih bahasa: Anastasia Mustika W.
Penerbit: PT. Gramedia Pustaka Utama
ISBN: 979-655-457-7
Tebal: 184 halaman

Akhirnya, setelah bertahun bertumpuk bersama buku lain di rak, saya sentuh juga buku satu ini. Saya memang tidak suka bacaan horor, wajar jika tidak tertarik membacanya. Tapi kini, saya ikut Reading Challenge ODOP, pada tantangan perdana, peserta disuruh baca buku horor. Dan ... saya pun memilih Nightmare Hour, Saat-Saat Seram. Setelah kelar membacanya, saya tercenung. Sayakah yang memilih membaca buku ini? Atau ... buku ini yang memilih saya untuk membacanya? Jangan-jangan kisah-kisah horor dalam buku ini telah memanggil saya... Hiii!

Pada blurb, R. L. Stine mengatakan, "Ini cerita-ceritaku yang paling seram. Karena kutulis pada saat-saat seram." Kau tahu kapan itu? Yaitu ketika lampu-lampu padam, dunia nyata jadi gelap, dan dunia mimpi-mimpi buruk yang dingin remang-remang mengambil alih benakmu!

R. L. Stine, pengarang cerita anak-anak terlaris sepanjang masa, menyuguhkan jaring-jaring kengerian yang tak ada habisnya. Baru kali ini ia berbagi rahasia di balik tiap-tiap ceritanya, dari mana masing-masing ide itu berasal.

Buku ini berisi 10 cerita seram yang sungguh menimbulkan kengerian dalam tiap ending-nya. Saya sangat menikmati ketakutan itu. R. L. Stine mampu menyajikan kisah ngeri dengan ending yang jauh dari dugaan, keren sekali.

Cerpen pertama, berjudul Kepala Labu. Kisah ngeri di Perkebunan Labu Palmer, di mana Mr. Palmer menyimpan sebuah misteri di salah satu ladangnya. Apa yang terjadi ketika ada tiga anak berniat merusak labu-labu di ladang pribadi itu dengan cat semprot hitam? Sebuah kengerian menanti mereka. Saya terbayang kengerian itu, saat Mr. Palmer memegang kepala Mike dan berkata, "Belum begitu masak. Tapi akan segera masak."

Cerpen lain, berjudul Nightmare Inn, menyajikan kengerian di sebuah rumah penginapan. Misteriusnya gadis penjaga bernama Priscilla, dan tentang mimpi-mimpi seram yang menghantui Jillian. Benar mimpi seram, ataukah sebuah kejadian di alam nyata? Malam itu, Jillian mengalami kengeriannya.

Aku Bukan Martin, judul cerpen yang cukup membuatku terpana dengan ending tak terduga. Kisah Martin Charles, bocah yang dirawat di sebuah rumah sakit, menunggu operasi. Tapi ia selalu berteriak, "Aku bukan Martin!" Awalnya, saya pikir seperti umumnya cerita horor, bahwa Martin kerasukan setan atau apalah namanya, hingga menyebut ia bukan Martin. Tapi saya salah! Ending-nya lebih mengerikan dari itu, dan kejadian itu menimpa teman satu ruangannya, Sean Daly.

Ada juga Topeng Hitam. Dari topeng itu, Robb, Bill, Julie, dan Valerie, mampu melihat makhluk lain, empat anak sebaya mereka yang sedang dalam bahaya. Robb dkk berusaha memberi tahu keempat anak itu akan bahaya yang mengancam, tapi tidak bisa. Bahkan suara Robb tidak bisa menembus ke pendengaran mereka, sentuhan pun hanya menembus ruang kosong! Dan sungguh, kengerian itu berpucak pada ending yang benar-benar twist! Robb dkk pun tidak menyangkanya!

Cerpen selanjutnya: Mayat. Judulnya ngeri. Cerita Will, anak yang selalu diejek teman-temannya dengan julukan Willy the Wimp (Willy si Lemah). Demi menunjukkan ia bukan anak lemah, Willy 'bermain-main' dengan mayat! Iya, mayat! Dan berakhir dengan sebuah kengerian!

Yang tak kalah mengesankan adalah kisah Samantha, dalam cerpen Jadikan Aku Penyihir. Samantha menemui Gemma si penyihir, untuk minta diajari menjadi penyihir. Gamma meminta syarat, Samantha harus menyerahkan adik bayinya, Roddy! Samantha membawakannya untuk si penyihir, dan sekali lagi, sebuah twist ending membuat saya terkesima. Keren! Tak terbayang sama sekali!

Cerpen lainnya, Permen Alien, Penyihir yang Terjahat, Takut Badut, dan Tatapan Hantu turut menyajikan kengeriannya dalam buku kumpulan cerita seram ini. Menambah suasana seram, tiap judul diberi ilustrasi karya Cliff Nielsen, Edward Koren, Bernie Wrightson, Gary Kelley, Patrick Mcbride, Mark Summers, Vince Natale, John Collier, Bleu Turrell, dan John Jude Palencar.

Seusai menyelesaikan sampai tetes halaman terakhir, saya pun menyimpulkan, bahwa seharusnya saya mencari buku R. L. Stine yang lain, untuk mendapatkan sensasi kenikmatan ngeri yang lebih mengesankan!

Setiap detak jam membawa kengerian lagi!

Pahitnya Biji Mahoni


"Jadi menyapih Rara, Mbak?"
"Insya Allah. Sejak siang kemarin."
"Tadi malam nangis nggak?"
"Tiap kali terbangun, nangis, tapi tidak minta ASI, hanya nangis, digendong sampai tertidur lagi."
"Nggak dikasih susu formula?"
"Sudah dibikinkan sama ayahnya, tidak mau minum. Didekati sama ayahnya saja nggak mau dia!"
"Dih, kasihan Rara."
"Tapi tadi, bangun subuh, Rara minta minum ASI."
"Terus?"
"Ya, aku bilang ASI-nya pahit. Eh, nangis terus. Berhubung sudah kuolesi biji mahoni, kucoba beri ASI, biar tahu kalau beneran pahit."
"Rara mau?"
"Ternyata mau! Dia menyusu sampai puas! Sia-sia perjuangan semalaman!"
"Bukannya pahit?"
"Habis minum kutanya, Rara bilang pahit, tapi nekat saja dia!"
"Dasar, si Rara!"
"Pahitnya biji mahoni dia cuekin. Padahal aku jilat tangan bekas megang saja pahitnya minta ampun."
"Terus, Rara gagal dong disapih?"
"Ya, sejak tadi kubilang, sudah tidak boleh minum ASI lagi."
"Tiap anak beda-beda proses menyapihnya, Mbak."
"Iya, gampangan kakaknya dulu."
"Hahaha. Semoga sukses, Mbak. Dasar, si Rara...."
"Iya nih, doakan ya!"

Saatnya Menyapih Rara


"Besok jadi menyapih Rara, Yah?"
"Iya. Nggak apa-apa, kan?"
"Kita siapkan kebutuhan untuk menunjang penyapihan. Rara dibelikan dot atau gelas sedot?"
"Biar Rara memilih sendiri. Terus, susunya?"
"Manut Ayah saja."
"Formula atau kental manis seperti Kak Haikal dulu?"
"Katanya, kental manis bukan susu?"
"Iya, kata media sosial."
"Ya sudah, kita coba formula saja. Yang gramnya kecil dulu buat percobaan. Takut Rara tidak doyan."
"Iya. Namanya juga dari kecil tidak pernah dikasih formula."
"Kan dulu Bunda yang bilang, cukup dengan ASI saja."
"Memang."
"Baiklah, ayo kita keluar belanja. Rara biar milih dot atau gelasnya. Sekalian siapkan biskuit atau makanan kecil yang disukainya."
"Oke, Yah. Semoga dimudahkan. Rara sudah Bunda bilangin kalau ASI-nya pahit."
"Jadi pakai biji mahoni?"
"Ada saran lain?"
"Tidak ada, sih, Bun. Padahal biji mahoni pahitnya minta ampun."
"Semoga seperti kakaknya dulu, gampang sekali menyapihnya."
"Iya. Bunda rencana nangis juga?"
"Ih ... Ya, tidak direncana, dong, Yah. Suka tidak tega lihat anak yang tadinya menyusu tiap saat, kini dipaksa lepas dari ASI."
"Iya, sih. Ayah saja ikut sedih melihat Kak Haikal dulu pas disapih, tidur tidak nyenyak, guling sana guling sini."
"Tuh ... Ayah aja gitu."
"Bismillah, Bun. Kita coba."
"Iya."

Saat Sang Legenda Gagal Perform


Begitu komputer menyala, sambil bersiap menggarap tumpukan pekerjaan, saya nyalakan YouTube berniat memutar lagu lawas, slow rock tembang band Malaysia tahun 90-an. Tiba-tiba mata tertumbuk pada salah satu video rekomendasi yang judulnya membuat penasaran: Momen Sedih. Zamani Gagal Nyanyi. Segera saya putar unggahan dari akun Budiey Channel yang sudah ditonton lebih dari 1 juta pengunjung itu, dan saya ikut terharu.

Siapa sih Zamani? Zamani bin Ibrahim adalah vokalis band asal negeri jiran yang terkenal pada tahun 1990an, yaitu kumpulan Slam yang dianggotainya dari 1994 hingga 1999, sebelum kemudian ia bersolo karir pada tahun 2002. Anak 90-an zaman tenar-tenarnya grup band Malaysia menjajah tanah air tercinta, pasti kenal Slam dengan tembang-tembang popular mereka; Gerimis Mengundang, Rindiani, Jika Kau Rasa Getarnya, dan sebagainya.

Dalam video berdurasi 9 menit 15 detik itu, terlihat Zamani yang tampil dalam sebuah acara televisi. Malangnya suaranya mendadak hilang bahkan dari detik pertama masuk ke lagu, dia sama sekali tidak bisa bernyanyi! Ia mengangkat tangan meminta maaf pada penonton. Justru saat itulah, ruh seorang legenda menyeruak. Seluruh penonton langsung memberikan dukungan luar biasa, mereka kompak berkoor ria melantunkan lagu Mengapa Perpisahan yang Kau Pinta, yang sedianya akan dinyanyikan Zamani.

Peristiwa ini terjadi saat Zamani jadi bintang tamu pada program Gegar Vaganza musim kelima (GV5) pada Ahad, 28 Oktober 2018 kemarin. Pada situasi tidak terduga itu, kedua host, Nabil Ahmad dan Jihan Muse, segera naik pentas dan menemani Zamani menyelesaikan lagu yang dilantunkan beramai-ramai oleh penonton satu studio yang notabene juga para penggemar Zamani. Bahkan seluruh artis yang hadir, para penyanyi yang berkompetisi pada program ini, juga dewan juri, semua memberikan support dengan turut serta bernyanyi.


Bisa dipastikan sepanjang lagu, rata-rata peminat setia Zamani Slam mengalirkan air mata melihat keadaan penyanyi pujaan mereka kaku di atas pentas dengan alunan musik masih kedengaran. Kejadian ini menunjukkan sejauh mana Zamani menjadi legenda musik di Malaysia.

Meski sangat sedih, tapi Zamani sangat berterima kasih pada para penonton atas dukungan mereka. Ia juga sangat meminta maaf atas kondisinya. Ternyata, Zamani memang sedang dalam kondisi sakit saat harus tampil mengisi acara tersebut. Kejadian ini akan menjadi ingatan bagi para penggemarnya, menunjukkan bahwa dia adalah sebenar-benar legenda.

AC Mizal sebagai juri program Gegar Vaganza mengaku sepanjang 27 tahun kariernya di dalam industri musik, baru kali ini menyaksikan situasi seperti ini menimpa seorang legenda. "Inilah masalah yang mungkin orang tak faham mengenai penghibur. Tapi awak sangat berani. Hari ini awak sudah membuktikan betapa lagendanya anda apabila awak tak perlu nyanyi tetapi peminat dan penonton yang tolong menyanyikan untuk awak," katanya.

Khatijah Ibrahim, juri lain, yang biasa disapa dengan panggilan Ibu Khaty, mengamini komentar AC Mizal. Ia turut menyampaikan kata-kata semangat kepada Zamani. "Ini harus diteruskan kerana apa yang awak buat, mana orang pergi, tak boleh menyanyi pun orang tetap suka. Jangan risau, we love you," katanya.

Sungguh mengharukan. Semoga segera sehat, Zamani, selalu ditunggu penampilanmu. Para penggemarmu tidak akan pernah meninggalkanmu.

Secuil Cinta untuk Memeluk Masa Lalu


Judul: Memeluk Masa Lalu
Penulis: Dwitasari
Penerbit: Bentang Belia, Yogyakarta
Tebal: 132 halaman
ISBN: 978-602-1383-54-4

Aku ingin jatuh cinta dengan jutaan keajaiban yang aku rasakan saat jatuh cinta, kemudian Tuhan mempertemukanku denganmu.

Kisah tentang mantan mungkin menjadi tema yang tidak akan habis. Seperti novel ini, Dwitasari meramunya menjadi jalinan kisah cinta yang mengalir apa adanya. Perasaan dua tokoh utama yang saling suka, yang berawal dari pertemuan tidak sengaja, hingga menumbuhkan rindu dan cinta.

Kepiawaian penulis menyajikan cerita yang begitu mengalir, membuat pembaca enggan meninggalkan bacaan sebelum benar-benar tuntas. Apalagi novel ini terbilang sangat tipis untuk dibaca dua-tiga kali di lain waktu. Hanya total 132 halaman, rasanya tahu-tahu habis saja. Tapi cukup seru untuk dinikmati.

Mengisahkan Cleo, seorang penulis dengan karya yang sudah banyak terbit dan sering mengisi workshop di mana-mana. Saat Cleo menjadi pembicara di Yogyakarta, takdir menemukannya kembali dengan Raditya, seseorang yang pernah dirindukannya dan menjadi inspirasi pada cerita-cerita yang dituliskannya.

Keduanya saling jatuh cinta terutama pada perjumpaan kedua mereka ini. Tapi hubungan keduanya tidak akan pernah bisa diteruskan karena Raditya sedang menunggu hari H pernikahan dengan Ninda, sahabat dari kecilnya. Sebenarnya, Raditya belum pernah benar-benar jatuh cinta pada Ninda. Pernikahan ini semata karena ia ingin membahagiakan ibundanya yang sangat mengharapkan mantu si Ninda.

Apa yang terjadi akhirnya ketika Cleo secara tidak sengaja menemukan surat undangan pernikahan Raditya-Ninda? Jalinan cerita runut dan enak dinikmati, mengalir begitu saja, meski konflik yang disajikan jauh dari meledak-ledak. Tapi Memeluk Masa Lalu adalah sebuah novel fiksi yang enak dibaca, terutama buat yang ingin belajar menulis novel. Hal sederhana tetap akan jadi inspirasi cerita asal digarap dengan baik, seperti Dwitasari dengan kisahnya kali ini.

Sok Tahu



Lady Cempluk pernah menyapa Gendhuk Nicole yang jadi kader posyandu, saat sedang berjalan kaki lewat depan rumahnya. "Mau kemana, Mbak Nicole?" tanya Cempluk.

"Itu, ke rumah ibu risti, istrinya Mas Jon Koplo, kan lagi hamil dia."

Jon Koplo adalah warga baru di Dukuh Sidowayah, Sukoharjo. Cempluk belum begitu mengenalnya, termasuk nama istrinya juga belum tahu.


Sejak Nicole mengatakan akan ke rumah istri Koplo yang sedang hamil itu, Cempluk menyangka namanya adalah Bu Risti.

Sebagai tetangga yang baik, Cempluk sering menyapa istri Koplo tiap ketemu di jalan atau sedang bersamaan belanja di warung. Ia begitu pede menyebut nama Bu Risti pada tetangga baru itu.

"Bu Risti, mangga pinarak mampir," tawarnya saat bersama pulang dari warung. Istri Jon Koplo itu hanya menolak dengan sikap yang sebenarnya agak tidak nyaman.

Bersamaan ketika itu, lewatlah Gendhuk Nicole yang sempat mendengar obrolan keduanya. Nicole segera mampir menemui Cempluk. "Mbak Cempluk, kok manggil istri Mas Koplo Bu Risti ta, gimana kalau dia tersinggung?"

"Lo, kan waktu itu sampeyan bilang namanya Bu Risti?" protes Cempluk.

"Ya Allah, Mbak. Kemarin itu aku ke rumah ibu risti, maksudnya ibu risiko tinggi, soalnya dia hamil dan punya riwayat dua kali keguguran, makanya dia termasuk risti, risiko tinggi, bukan namanya Bu Risti!"

Mak jegagik, Cempluk kaget saknalika, jebul itu hanya istilah saja dan bukan nama orang.

"Lhadalah, jadi nggak enak, kupikir namanya Bu Risti. Wah, tersinggung nggak ya dia? Lagian Mbak Nicole ada-ada saja pakai singkatan risti segala!"

"Itu sudah istilah umum di posyandu, Mbak. Tak kira sampeyan sudah tahu," tukas Nicole.

"Wah, aku harus minta maaf nih. Jadi malu juga aku," batin Cempluk.

Sabtiyaningsih
Sidowayah RT 001 RW 006 Ngreco, Weru, Sukoharjo

 

Dimuat di harian Solopos edisi Jumat Wage, 26 Oktober 2018. Biasa, pakai nama istri, hehe.

Pendidikan Karakter dari Kumcer Jenengku Tegar



Judul: Jenengku Tegar
Penulis: Haryo Guritno & Sri Sunarsih
Penerbit: Erlangga, Jakarta
ISBN: 978-602-434-657-7
Tebal: 74 halaman

Saya asli Jawa tapi belum pernah sekalipun menulis cerkak, cerita cekak alias cerpen bahasa Jawa. Pernah sih mencoba menulis tapi tidak selesai dan file lenyap entah kemana. Ternyata memang bukan hal mudah menulis cerita dalam bahasa yang sebenarnya saban hari digunakan dalam berkomunikasi.

Kali ini, saya akan sedikit review buku tipis berjudul Jenengku Tegar, kumpulan cerkak yang telah mendapat penilaian dan dinyatakan layak sebagai bacaan muatan lokal bahasa Jawa berdasar Surat Keputusan Gubernur Jawa Tengah No. 420/139 Tahun 2017 tentang Buku Bacaan dan Buku Pengayaan/Referensi Muatan Lokal Bahasa Jawa untuk SMA dan SMK Provinsi Jawa Tengah.

Buku ini memuat 10 cerpen berbahasa Jawa yang ditulis berdua oleh Haryo Guritno dan Sri Sunarsih. Sekilas tentang penulis, Haryo Guritno adalah pensiunan PNS pada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Tegal yang sudah terbiasa menulis susastra, baik puisi, cerpen, artikel kesusastraan, dan repertoir drama. Beberapa karyanya pernah menghiasi beberapa media massa. Sementara Sri Sunarsih adalah seorang guru sekolah dasar di Ungaran, sering menulis artikel berbahasa Jawa pada majalah Pustaka Candra terbitan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jawa Tengah. Ibu dua anak kelahiran Batang, 6 September 2023 ini pernah meraih Juara 2 Lomba Penulisan Naskah Sandiwara Berbahasa Jawa Tingkat Provinsi Jawa Tengah (2007). Jadi kumpulan cerkak ini bisa dipastikan sangat cocok dibaca anak sekolahan atau siapa saja yang suka sastra berbahasa Jawa.

Jenengku Tegar dipilih sebagai judul, merupakan cerkak pembuka dalam kumpulan cerkak ini. Berkisah tentang Tegar dan adiknya, Asih, yang harus berjuang sendiri untuk hidup dan bersekolah sepeninggal kedua orangtuanya. Cerkak lain di antaranya adalah Jamal Kepingin Bali, Cucakrawa, Telpon, Nasehate Tante Mira, Dhipan Kayu Sawo, Rong Puluh Taun Tumuli, Arisan, Tembang Tengah Wengi, dan Sawijining Dina ing Lereng Merapi.

Semua cerita bersifat fiksi, tapi tersusun baik dengan memuat nilai pendidikan karakter dan budi pekerti. Penyajiannya juga menggunakan istilah kekinian dan komunikatif tapi tidak melupakan kaidah penulisan bahasa Jawa yang semestinya. Cerita-ceritanya mudah dimengerti, penempatan bahasa juga sudah sesuai unggah-ungguh-nya.

Saya sendiri belajar banyak dari cerkak dalam buku ini. Keinginan untuk bisa menulis cerkak tumbuh begitu selesai membaca tiap ceritanya. Jujur, yang sukar adalah menempatkan unggah-ungguh bahasa Jawa, memilih kata yang tepat, bahkan ejaan yang benar.

Saya sangat mengapresiasi buku kumpulan cerita cekak ini. Semangat yang ditumbuhkannya, selain kekuatan karakter tokoh dengan tata krama dan kegigihan, juga menginspirasi pembaca untuk melihat pribadi sendiri, bagaimana pemahaman berbahasa lokal, apakah sudah mumpuni atau justru hambar sama sekali.

Saya rekomendasikan untuk seluruh siswa sekolah di Jawa Tengah, buku ini sangat bagus sebagai pembelajaran. Disinau, dianalisis, lan bisa dianggo tuladha, begitu istilahnya.

Semoga makin banyak buku sejenis ini, untuk memperkaya dan referensi bacaan berbahasa Jawa. Wong Jawa aja ilang jawane. Suwun.

Serunya Bermain Sambil Belajar



Judul buku : Kumpulan Games Cerdas & Kreatif
Penulis : Arini Yuli Astuti
Penerbit : Pustaka Anggrek, Galangpress, Yogyakarta
ISBN : 978-602-8328-54-8
Tebal : 120 halaman

Bermain sambil belajar atau education playing untuk anak-anak sangat besar sekali manfaatnya. Bisa memperkuat daya ingatnya dan ilmu yang diserap akan bertahan lama hingga mereka dewasa nanti.
(Eny Esyta Kolopaking, Psikolog & Kreator Pendidikan,, Direktur PUSPADANTA, Yogyakarta)

Masa kecil adalah masa bermain. Kadang sebagai orangtua kita menganggap banyak bermain bisa melupakan belajar. Wajar sih, namanya juga anak, kalau sedang keasyikan bisa lupa waktu untuk belajar.

Buku berjudul Kumpulan Games Cerdas & Kreatif ini tampaknya bisa jadi satu bahan bacaan wajib bagi kita, para orangtua, terlebih pada para pendidik di sekolah-sekolah. Segudang permainan cerdas bisa kita terapkan untuk anak usia sekolah (1-15 tahun), baik secara individu maupun berkelompok.

Buku yang ditulis oleh Arini Yuli Astuti ini berisi kumpulan permainan anak yang dipilah jadi dua kategori berdasarkan lokasi bermain, yakni di dalam dan di luar ruangan. Penyajiannya seserhana dengan alat dan bahan yang relatif mudah didapatkan, pasti akan memudahkan setiap orangtua dan guru untuk menerapkannya pada anak.

Para psikolog dan praktisi pengembangan potensi anak telah banyak memaparkan pendapat terkait manfaat bermain pada anak. Manfaat yang didapat tidak sekadar cakupan aspek fisik, tapi lebih dari itu, mencakup jiwa dan emosional anak.

Bermain baik bagi perkembangan dan kesehatan tubuh anak, juga berpotensi merangsang kecerdasan sosial anak. Sebagai wadah mengekspresikan diri dan kebebasan berpikir, permainan turut andil memantapkan aspek emosi atau kepribadian anak.

Dalam rentang pertumbuhan anak, rangsangan perkembangan aspek kognisi perlu diperhatikan. Aspek ini mencakup daya nalar, kemampuan berbahasa (verbal dan nonverbal), daya cipta atau kreativitas, dan daya ingat. Ini bisa kita rangsang dengan permainan yang bersifat edukatif. Pembelajaran dengan metode kaku atau terlalu serius akan membuat anak tertekan, yang berimbas ke psikologis anak.

Buku ini membantu meningkatkan pertumbuhan IQ, EQ, dan fungsi motorik anak dengan berbagai games seru. Setiap permainan dibahas secara detil, seperti jumlah anak yang bisa bermain, waktu yang dibutuhka , bahan yang digunakan serta apa manfaat yang akan didapatkan.

Permainan-permainan ini terbukti bisa meningkatkan rasa percaya diri, kemampuan komunikasi, kecerdasan otak, logika berpikir, dan daya ingat. Juga menumbuhkan jiwa kepemimpinan, empati dan kecerdasan sosial. Dan tidak kalah penting adalah merangsang kreativitas anak didik.

Jadi, jangan jauhkan anak dengan permainan. Mari kita ciptakan suasana yang menyenangkan dan sarat pembelajaran untuk mereka. Dan buku ini akan membantu sekali bagi kita, para orangtua dan pendidik.

Obat Kangen Ketengilan Wiro Sableng



Jujur, saya adalah salah satu manusia waras yang menunggu diputarnya film laga gila-gilaan ini. Siapa sih yang tidak kenal nama besar Wiro Sableng sang Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212? Jagat film laga alias dunia persilatan sudah berulang kali menampilkan karakter besutan Bastian Tito ini baik dalam film layar lebar maupun sinetron. Kali ini, tokoh tengil Wiro Sableng hadir kembali dengan kemasan teranyar, diperankan langsung oleh anak dari sang penulis novel, yakni Vino G. Bastian. Saya pernah menulisnya dulu di sini.

Saya tidak berekspektasi tinggi-tinggi meski dikabarkan film Wiro Sableng terbaru ini bekerja sama dengan 20th Century Fox. Saya menunggu hanya untuk bernostalgia, mengobati kangen dengan karakter sableng yang semasa kecil menemani dunia baca saya ini. Dan akhirnya, saya berkesempatan menontonnya di bioskop bersama adik saya, yang konon juga menyukai film laga kolosal semacam ini, meski bukan di hari pertama tayang. Nonton awal September tapi bikin review di bulan Oktober. Tak apalah ya ....


Film ini disutradarai oleh Angga Dwimas Sasongko, mengetengahkan kisah dari Wiro kecil saat ditinggal tewas kedua orangtuanya yang dibunuh Mahesa Birawa yang diperankan dengan sangar oleh Yayan Ruhian. Seperti sudah diketahui bersama, Wiro ditolong oleh Sinto Gendeng yang kemudian mengangkatnya menjadi murid, menurunkan semua ilmunya, bahkan mewariskan Kapak Maut 212 dan batu hitam pasangannya. Sinto Gendeng yang sukses digendengkan oleh Ruth Marini ini kemudian memerintahkan Wiro turun gunung dan mencari muridnya yang berkhianat, yakni Mahesa Birawa.


Ceritanya sih memang sudah bisa ditebak kemana arahnya. Wiro mencari Mahesa Birawa untuk menghentikan kejahatannya. Terlebih, dia terlibat dalam sebuah proyek besar dengan tagar #GantiPresiden, eh, ganti raja alias pemberontakan. Dalam perjalanannya mencari Mahesa Birawa, Wiro terlibat dalam suatu petualangan seru bersama dua sahabat barunya Anggini, murid Dewa Tuak, yang diperankan Sherina Munaf, Bujang Gila Tapak Sakti dengan pemeran Fariz Alfarazi, dan ada atlet taekwondo Aghniny Harque sebagai Rara Murni. Selain itu, Wiro juga dibantu Bidadari Angin Timur yang diperankan Marsha Timothy, yang muncul saat sang pendekar terdesak. Pada akhirnya Wiro bukan hanya menguak rencana keji Mahesa Birawa dan komplotannya, tetapi juga menemukan esensi sejati seorang pendekar.

Adegan demi adegan tampil dengan baik dan saya menikmatinya. Guyonan asal ceplos yang disajikan juga sukses membuat saya tergelak. Dari lupanya Sinto Gendeng saat adegan mewariskan batu hitam, guyonan nama Syahrini, kemunculan Ken Ken (tahu, kan?), bahkan ketengilan saat terjadi perkelahian di kedai makan, semua lucu menurut saya.


Soal keseruan laga pertarungannya, tidak usah diragukan. Keputusan untuk merekrut Yayan Ruhian bersama Chan Man Ching (menangani adegan laga di Rush Hour dan Hellboy II: The Golden Army) menyajikan koreografi laga yang mengesankan. Tentu saja ke-alay-an ala sinetronnya dihilangkan, tidak ada efek-efek sinar berlebihan dari setiap jurus yang digunakan, apalagi penyebutan nama jurus atau ajian. Juga tidak dijumpai Wiro yang suka lari-lari di udara seperti pada sinetronnya dulu.



Bernostalgia dan terhibur, hasil usaha keras trio penulis skenario; Sheila Timothy, Tumpal Tampubolon, beserta Seno Gumira Ajidarma ini sanggup menyajikan kisah yang apik, meski terlalu memaksakan banyak tokoh yang muncul begitu saja. Film berdurasi 2 jam-an ini mengadaptasi setidaknya 4 episode dari versi novel, yakni Empat Berewok dari Goa Sanggreng, Maut Bernyanyi di Pajajaran, Dendam Orang-orang Sakti, dan Keris Tumbal Wilayuda.

Secara keseluruhan, film sudah bagus. Hanya saja saya belum melihat Kapak 212 sebagai senjata yang benar-benar sakti. Rasanya tanpa kapak itu pun tidak akan berpengaruh apapun pada kisah ini. Kekalahan Mahesa Birawa juga tidak menunjukkan kehebatan Wiro sebagai tokoh pendekar utama. Tapi Vino G. Bastian terhitung sukseslah dalam peran tengilnya kali ini.

Terima kasih buat Sheila Timothy sebagai produser, yang sudah mengangkat lagi kisah ini. Semoga ke depan, makin banyak jagoan atau pendekar tanah air yang diangkat lagi ke layar lebar. Dan saya siap menantikannya.


Kisahku dengan Seorang Wanita Cantik 4



Pada kisah yang telah lalu diceritakan, bahwa diriku ini mendapat pesan WhatsApp dari sebuah nomor baru berfoto profil seorang wanita cantik. Dia minta gabung jualan pulsa dan mengaku sudah transfer ke rekeningku, tapi tidak ada dana masuk setelah dicek mutasi. Maka, mau tidak mau, diriku ini menduga ini adalah sebuah modus penipuan.

"Terus solusinya gimana?" tanyaku masih dengan berpura-pura tidak tahu kalau dia mau menipuku.

"Ya ini minta uang yang udah di transfer ke rek jenengan la.. uang yang saya transfer 800 enji," balasnya.

Dia kemudian mengirim sebuah bukti baru yang sangat tidak mendukung. Ini dia:



Aneh dan janggal, kan? Tanggalnya ... nominalnya ... Duh, sangat tidak bermutu usahanya dalam menipu. Editan-editan dan print out mutasi buku tabungannya sama sekali tidak nyambung!

Aku tidak menanggapi untuk beberapa jenak. Dia menelepon lagi. Kupencet reject karena jujur merasa terganggu.

"Kenapa ko di mati enjih.." tanyanya tanpa tanda tanya.

Mendadak aku merasa jengah juga. Muak iya. Pastinya ini akan makin mengganggu kalau terus kutanggapi. "Udah mbak, capek aku," tulisku. Meski aku yakin sebenarnya foto profil mbak-mbak itu juga hanya asal comot saja. Bahkan bisa jadi pelakunya pun laki!

"Tadinya mau tak kerjain balik. Tapi saya agak sibuk," tulisku pula.

"Jenengan boten ngekei cara ne uang uda di transfer gak di isi saldo ya..," balasnya meracau.

"Editan struknya masih kurang sempurna," tulisku.

Bersamaan dia menulis, "Iya minta tolong mas.. ini harga diri saya..di puskesmas mas, di kira saya yang bohong, tapi ini suami saya taksuru bulak balik ke bank.."

"Kalau edit bukti transfer harus lebih teliti lagi. Jangan asal²an," kuberi saran dia. Baik kan aku?

"ya jenengan capek suami saya apa gak capek kalau keliling.." Dia malah masih menanggapi chat yang di atas.

"Dari kiriman bukti awal tadi sdh saya pastikan palsu," tulisku.

"ko bisa palsu gimana mulut te jenengan jogo.." Dia nyolot.

"Saya iseng aja pengin tahu sejauh mana usahamu. Ternyata edit² nya acak²an.*

Dia masih membalas, "kulo nyuwun mutasi ne sampean kalau emang belum masuk"

Iseng juga, kutulis sebuah dusta, "Istri saya pegawai puskesmas weru. Tapi tidak kenal nmr sama fotomu."

"foto lan ku sherr lo bila d isi..saya tugas di puskesamas, siapa nama ya.. jangan bohong u.."

"Yowis, penasaran maunya kamu apa, maka saya ikuti terus. Eh, nipunya kurang profesional."

Terbersit di hatiku memberinya nasihat. Kutulis, "Cari cara halal aja, rezeki halal lebih enak."

Dia tidak membalas. Mungkin mulai menyadari usaha penipuannya sia-sia. Kutulis dusta lagi, "Saya dlm proses pelacakan point lokasi WA kamu lho."

Dia sudah tidak menggubris. Duh ... Si Cantik akhirnya kabur! Berarti kisah ini harus berakhir juga.

Ini adalah kisah nyata yang kualami. Ada yang berusaha menipu. Kalau menurut rabaanku, dia pasti hanya melihat konterku di Google Map dan berusaha menghubungkan dengan letak puskesmas Weru, yang katanya tempat dia kerja.

Inti dari cerita ini, kita semua-muanya harus selalu waspada. Jangan mudah percaya dengan nomor baru. Jangan mudah panik kalau ada yang menghubungi. Tetap pakai akal sehat agar tidak gampang kena tipu.

Cukup sekian ya, ceritaku. Terima kasih sudah mau baca.

The End.