Coretan Basayev: November 2018

Konyolnya Scooby-Doo dan Manusia Serigala



Judul: Scooby-Doo dan Manusia Serigala
Penulis: James Gelsey
Penerbit: Tiga Serangkai
ISBN: 978-979-018-603-3
Tebal: 64 halaman

"Keluarga lebih penting daripada sebidang tanah."

Main ke Perpusda Sukoharjo, kali ini mau cari bacaan yang bisa dibaca sekali duduk. Nemu di rak buku anak, saya pilih Scooby-Doo dan Manusia Serigala, versi novel dari serial televisi yang sudah tidak asing lagi, Scooby-Doo.

Membaca tulisan James Gelsey ini sama persis dengan membayangkan semua kejadiannya dalam sajian layar kaca. Tentang kekonyolan Shaggy dan Scooby dalam mengungkap misteri yang tidak pernah benar-benar seram. Kali ini Geng Misteri pimpinan Fred, sedang menghadiri sebuah perayaan seratus tahun Peternakan Lone Wolf, yang sangat meriah dan penuh makanan lezat.

Pada kesempatan acara ini, akan dipamerkan sepasang sepatu kuda emas asli peninggalan pemilik peternakan. Saat itulah muncul Manusia Serigala yang mencuri kotak tempat menyimpan sepatu emas. Dan, Geng Misteri harus memecahkan masalah ini.

Cerita berjalan sederhana, clue-clue tampil sebagai pertimbangan dalam memecahkan misteri tentang siapa Manusia Serigala. Sesederhana bacaan anak, akhirnya semua terungkap. Bagaimana cara Scooby dkk menuntaskannya? Lebih enak baca sendiri tentu saja.

Novel anak ini sangat tipis dan memang asyik dibaca sekali duduk. Kekonyolan Scooby dan Shaggy kental sekali rasanya. Menurut saya, bacaan seperti ini memang perlu untuk meningkatkan kreativitas anak-anak. Siapa tahu, anak-anak akan banyak belajar cara menulis dari kisah sederhana ala Scooby-Doo.

Pengurus RT/RW Bisa Netral?


Membaca headline Harian Umum Solopos edisi Kamis Wage, 15 November 2023 berjudul Pengurus RT/RW Dilarang Kampanye, saya jadi bertanya-tanya, bisakah para pengurus  rukun  tetangga dan rukun warga itu netral dalam pemilihan umum?

Menurut ketentuan dalam Peraturan Badan Pengawas Pemilu (Perbawaslu) No. 28/2018 tentang Pengawasan Kampanye Pemilu Pasal 6 ayat (2) tersebutlah 12 pihak yang tidak boleh terlibat dalam kampanye. Mereka yaitu hakim, pejabat negara bukan anggota partai politik, PNS, TNI, Polri, kepala desa, perangkat desa, pengurus RT (rukun tetangga)/RW (rukun warga), dan anggota BPD (Badan Permusyawaratan Desa).

Bahkan Bawaslu menyebut pelanggaran terhadap ketentuan tersebut masuk pidana pemilu (bawaslu.go.id). Selama ini, peran RT/RW dalam pemilihan umum sangat dimanfaatkan oleh tim sukses dari kandidat yang mencalonkan diri.

RT/RW sebagai lembaga kemasyarakatan ujung tombak perpanjangan tangan pemerintah sebagai pelayan masyarakat tentu menjadikannya sangat dekat dengan para pemilih, sehingga dinilai sangat potensial untuk menggalang dukungan secara langsung dari warga yang memiliki hak pilih. Apalagi secara etika dan moril, pengurus RT/RW adalah panutan warga dalam lingkungannya.

Keberhasilan tim sukses masuk ke ranah kepengurusan RT/RW menjadi modal mendulang suara warga. Untuk mencapai hal itu, tim sukses biasanya menjanjikan atau bahkan menggelontorkan dana yang masuk ke dalam kas RT/RW sehingga keberadaan kandidat yang mereka usung serasa berhasil mengikat dengan budi yang harus berbalas jasa berupa  afiliasi politik.

Pengurus RT/RW yang terjebak dalam permainan politik seperti ini kemudian cenderung melakukan intervensi pada warga, bahkan tidak jarang ada yang berlaku intimidasi kepada warga yang tidak bersedia menyatukan suara untuk kandidat yang diusung.

Di sinilah mulai muncul kerawanan, di mana kenyamanan dan keamanan warga dalam hak memilih yang seharusnya bebas dari paksaan, hilang ditelan keterpaksaan menurut pada pilihan bersama yang kadang tidak sesuai hati nurani.

Seharusnya, pengurus RT/RW bisa bersikap netral karena fungsi mereka adalah memelihara keamanan, ketertiban, dan kerukunan hidup antarwarga. Keterlibatan mereka dalam politik praktis sesungguhnya justru mengurangi kewibawaan dan kebijaksanaan sebagai tokoh masyarakat. Warga di  bawah mereka seyogyanya mendapatkan keamanan dan jaminan atas hak asasi sebagai pemilih tanpa intimidasi.

Pengurus RT/RW seharusnya mengembalikan masalah pemilihan umum di Indonesia pada asas ”Luber” yang merupakan singkatan dari langsung, umum, bebas dan rahasia. Asas Luber ini sudah ada sejak zaman Orde Baru. Langsung berarti pemilih diharuskan memberikan suaranya secara langsung dan tidak boleh diwakilkan.

Umum berarti diikuti seluruh warga negara yang sudah memiliki hak menggunakan suara. Bebas berarti pemilih diharuskan memberikan suaranya tanpa ada paksaan dari pihak manapun. Dan rahasia yang artinya suara yang diberikan oleh pemilih bersifat rahasia, hanya diketahui oleh si pemilih itu sendiri.

Bahkan sejak era reformasi, berkembang pula asas Jurdil yang merupakan singkatan dari jujur dan adil. Di mana jujur mengandung arti bahwa pemilihan umum bisa memastikan setiap warga negara yang memiliki hak dapat memilih sesuai dengan kehendaknya dan setiap suara pemilih memiliki nilai yang sama untuk menentukan wakil rakyat yang akan terpilih.



Sementara asas adil adalah perlakuan yang sama terhadap peserta pemilu dan pemilih, tanpa ada  pengistimewaan ataupun diskriminasi terhadap peserta atau pemilih tertentu. Asas jujur dan adil mengikat tidak hanya kepada pemilih ataupun peserta pemilu, tetapi juga penyelenggara pemilu. (Wikipedia.com).

Oleh karenanya, marilah kita sama-sama menjaga marwah penyelenggaraan pemilihan umum, agar terwujud masyarakat demokratis dan tetap menjaga kerukunan dalam kehidupan sosial. Agar pemilihan umum dapat dimulai dengan kerukunan, terlaksana dengan kerukunan, dan berakhir dengan kerukunan yang tetap terbina.

Wakhid Syamsudin
Ketua RT di Sidowayah RT 001/006 Ngreco, Weru, Sukoharjo

Dimuat di harian umum Solopos edisi Jumat Pahing, 23 November 2023 pada rubrik Gagasan.

Duet, Belajar Tak Batasi Mimpi


Saya sedang sibuk nih. Sibuk mengikuti drama seri berjudul Duet. Dulu pernah sepintas tidak sengaja melihat drama seri ini diputar di Kompas TV, dan saya simpulkan kalau ini keren, berbeda dengan model sinetron-sinetron televisi yang lain. Dan saat meng-instal Iflix, saya beruntung berjumpa dengan serial Duet yang nangkring pada salah satu sajian gratis di aplikasi nonton itu. Dan akhirnya, saya bisa mengikuti Duet ini dari seri 1 sampai habis, seri 26.

Duet adalah drama seri garapan DVI Production dan dulu sudah diputar di Kompas TV sejak bulan September 2012 tiap Sabtu pukul 20.00 WIB, dan diulang Minggu, tiap pukul 13.00 WIB. Konon memang Duet dijanjikan berbeda dengan kebanyakan drama seri lainnya. Salman Aristo yang mengonsepnya bersama Gina S. Noer menyajikan jalan cerita yang kuat, punya daya pijak membumi dan daya rangkul ke penonton dengan sangat hangat. Memang sih, dukungan sudut pengambilan gambar dan pencahayaan sangat mirip dengan film layar lebar. Plus, akting natural para artis yang memerankan tiap karakter dengan perfect.

Saya memang tidak mengikuti penayangannya di televisi, secara memang tidak punya televisi di rumah, hehe. Syukur drama seri ini bisa saya tonton tuntas di Iflix dengan jaringan Indosat Ooredoo, pakai paketan yang dua ribu perak per hari. Puas deh, drama seri ini jadi pengantar jelang berangkat tidur. Saya biasa tonton setelah ketiga makhluk tercinta terlelap dengan nyenyaknya. Dan saya sering kebablasan nonton sampai lewat dini hari. Ini jangan ditiru ya!

Duet berkisah tentang Linda, perempuan keras kepala yang berusaha mewujudkan mimpi menjadi penyanyi dengan idealisme yang gagah dan menembus industri musik Indonesia, yang harus berduet dengan kerasnya kehidupan. Masa lalu pahit, Linda harus kabur dari rumah karena hamil ketika berusia 17 tahun. Kidung, begitu ia menamai anak gadis cerdas yang ia lahirkan tanpa suami, tanpa dukungan ibunya, Hasnidar. Linda dan Kidung hidup dari kontrakan satu ke kontrakan lain, bersikukuh menolak bantuan apapun dari Hasnidar, yang adalah seorang pengusaha kaya.

Untuk menghidupi diri dan Kidung, apalagi Kidung juga sudah mulai memasuki kelas 6 sekolah dasar, Linda bekerja di sebuah cafe. Di situ juga ia berkenalan dengan Ari, penyanyi cafe, yang sedikit demi sedikit mulai masuk ke dalam kehidupannya.

Suatu kali, saat Linda mencoba melamar kerja jadi guru di sebuah sekolah musik, ia justru dilirik anak pemilik sekolah musik itu untuk bergabung jadi vokalis di grup bandnya, Maestro. Tapi tidak, itu bukan tempat sukses Linda, justru Maestro adalah band yang anggotanya seringkali bertengkar, sekuat tenaga Linda berusaha menyatukan kekompakan band tersebut, sebelum akhirnya ia justru disingkirkan.

Linda yang diperankan dengan sangat natural oleh Adinia Wirasti, sangat kuat karakternya. Sangat keras kepala. Kidung diperankan dengan cantik oleh Luna Sabrina, yang saya selalu suka dengan gaya ngobrolnya sama sang mama. Sudah kayak sahabat saja mereka berdua.


Sebagai peran pendukung, Ari yang diperankan oleh Tora Sudiro juga cukup memberi warna dengan kemampuannya bernyanyi yang ... lumayanlah. Ada juga Gita, sohib karib Linda yang diperankan Iloet Fairuz, yang selalu jadi sasaran saat mamanya Kidung itu lagi ada maunya. Tak kalah juga akting Jajang C. Noer yang memerankan Hasnidar, ibunda Linda yang mulai berusaha merestui cita-cita gila anak perempuannya, mencoba mengambil alih Kidung, cucunya, agar bisa diajak tinggal bersamanya. Hal yang selalu ditolak keras oleh Linda.


Linda yang mengikuti kontes musik dengan segala macam kecurangan, dari gitar disembunyikan kontestan lain, sampai paling menyebalkan saat menemukan kenyataan juri sudah diarahkan panitia untuk memilih pemenang sesuai pesanan mereka, seolah frustasi dengan cita-cita idealisnya yang seakan tak kunjung bertemu harapan.

Pada episode-episode akhir, mendadak muncul Darma yang diperankan Abimana, ayah biologis si Kidung. Kidung lebih terbuka dalam menerima kehadiran sang ayah, tapi tidak untuk Linda. Sakit hatinya terlalu dalam.

Setiap scene adegan dalam serial ini sungguh terlihat natural dan membumi. Ditambah lagi dukungan lagu-lagu hits tahun 90-an yang sangat pas membuat saya kadang penasaran untuk mendownload lagu-lagu tersebut. Kalau kata Linda, tahun 90-an adalah golden era musik popular Indonesia. Masa emas yang tidak akan tergantikan.

Soundtrack serial drama ini juga bagus lho, lagunya Vuje, Mimpi Tanpa Batas yang diciptakan oleh Salman Aristo. Sangat berenergi mendukung cerita yang mengalir dengan baik. Kayaknya saya akhiri saja review ala saya ini dengan potongan lirik soundtrack-nya ya:

Genggam jemarimu adalah kekuatanku
Kerjapan senyummu alasan untuk terus tumbuh
Temani aku di sini
Belajar tak batasi mimpi
Menemanimu di sini
Bersama mengeja lagi mimpi

Belahan Jiwa yang Terasa Hambar



Judul: Belahan Jiwa
Penulis: Nuniek KR
Penerbit: BOOM Publishing, Tangerang
ISBN: 978-602-7775-32-9
Terbit: Juni 2015
Tebal: vii+132 halaman

Saat dia selalu bersamamu, cinta itu telah hadir.

Membaca novel tipis tulisan Nuniek KR ini, sejujurnya saya merasa hambar. Tapi saya menuntaskannya, kok, sampai lembar terakhir. Hambar di sini, saya sama sekali tidak mendapat pencerahan apa-apa. Ceritanya terlalu biasa, atau malah terkesan mengada-ada. Saat saya bilang pada chat salah satu grup kepenulisan di WhatsApp bahwa saya sedang baca buku jelek, teman saya menanggapi, bahwa tidak ada buku jelek, yang ada ia tidak cocok dengan selera kita, bagi orang lain bisa saja itu bacaan bagus. Iya juga, ya. Saya pun sadar, ngomong asal doang! Bisa menyelesaikan tulisan menjadi novel saja adalah hal luar biasa, bahkan saya belum kelar-kelar mau bikin novel. Oke, saya kasih applause deh buat Nuniek KR atas Belahan Jiwa-nya ini. Semoga selalu semangat menulisnya, ya!

Novel ini diterbitkan BOOM Publishing, asing di telinga saya, entah indie atau major, tapi masih banyak typo lolos dari editor, yang mengganggu di dalamnya. Novel ini saya beli di bazar buku murah beberapa hari lalu di kota kabupaten tempat tinggal saya.

Salah satu kesalahan besar dalam buku ini, pada halaman awal yang seharusnya diisi kata pengantar, malah diisi sinopsis. Iya, sinopsis! Mana full lagi! Termasuk ending-nya! Spoiler banget, edan! Tapi saya sportif membacanya sampai kelar, soalnya terlanjur pilih buat tantangan membaca di komunitas yang saya ikuti.

Tema yang diangkat persahabatan dan cinta ala-ala anak muda. Tokoh utamanya Mong (nama aslinya keren, Monica Anabella), Gun, dan Lila. Mong sahabatan sama Gun, lalu muncul Lila. Mong baru sadar ia jatuh cinta sama Gun setelah ada Lila yang mendekatinya. Gitu inti ceritanya. Saya nggak mau ikutan spoiler, kasihan yang mau baca.

Nuniek KR menggunakan sudut pandang orang pertama pelaku utama, Mong sebagai aku dalam novel ini. Alur maju, dan terasa jalan biasa saja, saya nggak lagi bilang hambar lho, ya! Namanya juga sudah ketebak apa yang diceritakan sejak baca sinopsisnya.

Sebenarnya pada blurb cukup bagus, bikin agak penasaran, buktinya saya beli gara-gara baca tulisan di sampul belakang novel ini, selain melihat sampulnya yang cukup keren. Blurb bilang kalau pertemuan Mong dengan Gun di terminal gara-gara Mong menyangka Gun tukang hipnotis di terminal saat ia kehilangan dompet, berakhir dengan persahabatan. Lalu Lila muncul sebagai orang ketiga yang pengin jadi pacar Gun, bikin Mong cemburu. Saat Gun hendak menyampaikan perasaan ke Mong, si Mong terlanjur kesal dan ogah akui perasaan yang sama. Sebenarnya kalau digarap lebih greget, mungkin konfliknya bisa dibuat makin 'berdarah-darah' dengan memainkan emosi pembaca. Tapi sayang, saya tidak merasakan itu.

Belahan Jiwa, biarlah ikut mewarnai dunia pernovelan di tanahair tercinta dengan gayanya sendiri. Toh, ia akan menemukan pembacanya juga. Mungkim satu hal yang bisa saya ambil sebagai ibrah, yakni saya tetap harus bisa menyelesaikan apa yang tidak kelar-kelar saya tulis: novel. Hehehe.

Cerita Seram di Nightmare Hour



Judul: Nightmare Hour, Saat-Saat Seram
Penulis: R. L. Stine
Alih bahasa: Anastasia Mustika W.
Penerbit: PT. Gramedia Pustaka Utama
ISBN: 979-655-457-7
Tebal: 184 halaman

Akhirnya, setelah bertahun bertumpuk bersama buku lain di rak, saya sentuh juga buku satu ini. Saya memang tidak suka bacaan horor, wajar jika tidak tertarik membacanya. Tapi kini, saya ikut Reading Challenge ODOP, pada tantangan perdana, peserta disuruh baca buku horor. Dan ... saya pun memilih Nightmare Hour, Saat-Saat Seram. Setelah kelar membacanya, saya tercenung. Sayakah yang memilih membaca buku ini? Atau ... buku ini yang memilih saya untuk membacanya? Jangan-jangan kisah-kisah horor dalam buku ini telah memanggil saya... Hiii!

Pada blurb, R. L. Stine mengatakan, "Ini cerita-ceritaku yang paling seram. Karena kutulis pada saat-saat seram." Kau tahu kapan itu? Yaitu ketika lampu-lampu padam, dunia nyata jadi gelap, dan dunia mimpi-mimpi buruk yang dingin remang-remang mengambil alih benakmu!

R. L. Stine, pengarang cerita anak-anak terlaris sepanjang masa, menyuguhkan jaring-jaring kengerian yang tak ada habisnya. Baru kali ini ia berbagi rahasia di balik tiap-tiap ceritanya, dari mana masing-masing ide itu berasal.

Buku ini berisi 10 cerita seram yang sungguh menimbulkan kengerian dalam tiap ending-nya. Saya sangat menikmati ketakutan itu. R. L. Stine mampu menyajikan kisah ngeri dengan ending yang jauh dari dugaan, keren sekali.

Cerpen pertama, berjudul Kepala Labu. Kisah ngeri di Perkebunan Labu Palmer, di mana Mr. Palmer menyimpan sebuah misteri di salah satu ladangnya. Apa yang terjadi ketika ada tiga anak berniat merusak labu-labu di ladang pribadi itu dengan cat semprot hitam? Sebuah kengerian menanti mereka. Saya terbayang kengerian itu, saat Mr. Palmer memegang kepala Mike dan berkata, "Belum begitu masak. Tapi akan segera masak."

Cerpen lain, berjudul Nightmare Inn, menyajikan kengerian di sebuah rumah penginapan. Misteriusnya gadis penjaga bernama Priscilla, dan tentang mimpi-mimpi seram yang menghantui Jillian. Benar mimpi seram, ataukah sebuah kejadian di alam nyata? Malam itu, Jillian mengalami kengeriannya.

Aku Bukan Martin, judul cerpen yang cukup membuatku terpana dengan ending tak terduga. Kisah Martin Charles, bocah yang dirawat di sebuah rumah sakit, menunggu operasi. Tapi ia selalu berteriak, "Aku bukan Martin!" Awalnya, saya pikir seperti umumnya cerita horor, bahwa Martin kerasukan setan atau apalah namanya, hingga menyebut ia bukan Martin. Tapi saya salah! Ending-nya lebih mengerikan dari itu, dan kejadian itu menimpa teman satu ruangannya, Sean Daly.

Ada juga Topeng Hitam. Dari topeng itu, Robb, Bill, Julie, dan Valerie, mampu melihat makhluk lain, empat anak sebaya mereka yang sedang dalam bahaya. Robb dkk berusaha memberi tahu keempat anak itu akan bahaya yang mengancam, tapi tidak bisa. Bahkan suara Robb tidak bisa menembus ke pendengaran mereka, sentuhan pun hanya menembus ruang kosong! Dan sungguh, kengerian itu berpucak pada ending yang benar-benar twist! Robb dkk pun tidak menyangkanya!

Cerpen selanjutnya: Mayat. Judulnya ngeri. Cerita Will, anak yang selalu diejek teman-temannya dengan julukan Willy the Wimp (Willy si Lemah). Demi menunjukkan ia bukan anak lemah, Willy 'bermain-main' dengan mayat! Iya, mayat! Dan berakhir dengan sebuah kengerian!

Yang tak kalah mengesankan adalah kisah Samantha, dalam cerpen Jadikan Aku Penyihir. Samantha menemui Gemma si penyihir, untuk minta diajari menjadi penyihir. Gamma meminta syarat, Samantha harus menyerahkan adik bayinya, Roddy! Samantha membawakannya untuk si penyihir, dan sekali lagi, sebuah twist ending membuat saya terkesima. Keren! Tak terbayang sama sekali!

Cerpen lainnya, Permen Alien, Penyihir yang Terjahat, Takut Badut, dan Tatapan Hantu turut menyajikan kengeriannya dalam buku kumpulan cerita seram ini. Menambah suasana seram, tiap judul diberi ilustrasi karya Cliff Nielsen, Edward Koren, Bernie Wrightson, Gary Kelley, Patrick Mcbride, Mark Summers, Vince Natale, John Collier, Bleu Turrell, dan John Jude Palencar.

Seusai menyelesaikan sampai tetes halaman terakhir, saya pun menyimpulkan, bahwa seharusnya saya mencari buku R. L. Stine yang lain, untuk mendapatkan sensasi kenikmatan ngeri yang lebih mengesankan!

Setiap detak jam membawa kengerian lagi!

Pahitnya Biji Mahoni


"Jadi menyapih Rara, Mbak?"
"Insya Allah. Sejak siang kemarin."
"Tadi malam nangis nggak?"
"Tiap kali terbangun, nangis, tapi tidak minta ASI, hanya nangis, digendong sampai tertidur lagi."
"Nggak dikasih susu formula?"
"Sudah dibikinkan sama ayahnya, tidak mau minum. Didekati sama ayahnya saja nggak mau dia!"
"Dih, kasihan Rara."
"Tapi tadi, bangun subuh, Rara minta minum ASI."
"Terus?"
"Ya, aku bilang ASI-nya pahit. Eh, nangis terus. Berhubung sudah kuolesi biji mahoni, kucoba beri ASI, biar tahu kalau beneran pahit."
"Rara mau?"
"Ternyata mau! Dia menyusu sampai puas! Sia-sia perjuangan semalaman!"
"Bukannya pahit?"
"Habis minum kutanya, Rara bilang pahit, tapi nekat saja dia!"
"Dasar, si Rara!"
"Pahitnya biji mahoni dia cuekin. Padahal aku jilat tangan bekas megang saja pahitnya minta ampun."
"Terus, Rara gagal dong disapih?"
"Ya, sejak tadi kubilang, sudah tidak boleh minum ASI lagi."
"Tiap anak beda-beda proses menyapihnya, Mbak."
"Iya, gampangan kakaknya dulu."
"Hahaha. Semoga sukses, Mbak. Dasar, si Rara...."
"Iya nih, doakan ya!"

Saatnya Menyapih Rara


"Besok jadi menyapih Rara, Yah?"
"Iya. Nggak apa-apa, kan?"
"Kita siapkan kebutuhan untuk menunjang penyapihan. Rara dibelikan dot atau gelas sedot?"
"Biar Rara memilih sendiri. Terus, susunya?"
"Manut Ayah saja."
"Formula atau kental manis seperti Kak Haikal dulu?"
"Katanya, kental manis bukan susu?"
"Iya, kata media sosial."
"Ya sudah, kita coba formula saja. Yang gramnya kecil dulu buat percobaan. Takut Rara tidak doyan."
"Iya. Namanya juga dari kecil tidak pernah dikasih formula."
"Kan dulu Bunda yang bilang, cukup dengan ASI saja."
"Memang."
"Baiklah, ayo kita keluar belanja. Rara biar milih dot atau gelasnya. Sekalian siapkan biskuit atau makanan kecil yang disukainya."
"Oke, Yah. Semoga dimudahkan. Rara sudah Bunda bilangin kalau ASI-nya pahit."
"Jadi pakai biji mahoni?"
"Ada saran lain?"
"Tidak ada, sih, Bun. Padahal biji mahoni pahitnya minta ampun."
"Semoga seperti kakaknya dulu, gampang sekali menyapihnya."
"Iya. Bunda rencana nangis juga?"
"Ih ... Ya, tidak direncana, dong, Yah. Suka tidak tega lihat anak yang tadinya menyusu tiap saat, kini dipaksa lepas dari ASI."
"Iya, sih. Ayah saja ikut sedih melihat Kak Haikal dulu pas disapih, tidur tidak nyenyak, guling sana guling sini."
"Tuh ... Ayah aja gitu."
"Bismillah, Bun. Kita coba."
"Iya."

Saat Sang Legenda Gagal Perform


Begitu komputer menyala, sambil bersiap menggarap tumpukan pekerjaan, saya nyalakan YouTube berniat memutar lagu lawas, slow rock tembang band Malaysia tahun 90-an. Tiba-tiba mata tertumbuk pada salah satu video rekomendasi yang judulnya membuat penasaran: Momen Sedih. Zamani Gagal Nyanyi. Segera saya putar unggahan dari akun Budiey Channel yang sudah ditonton lebih dari 1 juta pengunjung itu, dan saya ikut terharu.

Siapa sih Zamani? Zamani bin Ibrahim adalah vokalis band asal negeri jiran yang terkenal pada tahun 1990an, yaitu kumpulan Slam yang dianggotainya dari 1994 hingga 1999, sebelum kemudian ia bersolo karir pada tahun 2002. Anak 90-an zaman tenar-tenarnya grup band Malaysia menjajah tanah air tercinta, pasti kenal Slam dengan tembang-tembang popular mereka; Gerimis Mengundang, Rindiani, Jika Kau Rasa Getarnya, dan sebagainya.

Dalam video berdurasi 9 menit 15 detik itu, terlihat Zamani yang tampil dalam sebuah acara televisi. Malangnya suaranya mendadak hilang bahkan dari detik pertama masuk ke lagu, dia sama sekali tidak bisa bernyanyi! Ia mengangkat tangan meminta maaf pada penonton. Justru saat itulah, ruh seorang legenda menyeruak. Seluruh penonton langsung memberikan dukungan luar biasa, mereka kompak berkoor ria melantunkan lagu Mengapa Perpisahan yang Kau Pinta, yang sedianya akan dinyanyikan Zamani.

Peristiwa ini terjadi saat Zamani jadi bintang tamu pada program Gegar Vaganza musim kelima (GV5) pada Ahad, 28 Oktober 2018 kemarin. Pada situasi tidak terduga itu, kedua host, Nabil Ahmad dan Jihan Muse, segera naik pentas dan menemani Zamani menyelesaikan lagu yang dilantunkan beramai-ramai oleh penonton satu studio yang notabene juga para penggemar Zamani. Bahkan seluruh artis yang hadir, para penyanyi yang berkompetisi pada program ini, juga dewan juri, semua memberikan support dengan turut serta bernyanyi.


Bisa dipastikan sepanjang lagu, rata-rata peminat setia Zamani Slam mengalirkan air mata melihat keadaan penyanyi pujaan mereka kaku di atas pentas dengan alunan musik masih kedengaran. Kejadian ini menunjukkan sejauh mana Zamani menjadi legenda musik di Malaysia.

Meski sangat sedih, tapi Zamani sangat berterima kasih pada para penonton atas dukungan mereka. Ia juga sangat meminta maaf atas kondisinya. Ternyata, Zamani memang sedang dalam kondisi sakit saat harus tampil mengisi acara tersebut. Kejadian ini akan menjadi ingatan bagi para penggemarnya, menunjukkan bahwa dia adalah sebenar-benar legenda.

AC Mizal sebagai juri program Gegar Vaganza mengaku sepanjang 27 tahun kariernya di dalam industri musik, baru kali ini menyaksikan situasi seperti ini menimpa seorang legenda. "Inilah masalah yang mungkin orang tak faham mengenai penghibur. Tapi awak sangat berani. Hari ini awak sudah membuktikan betapa lagendanya anda apabila awak tak perlu nyanyi tetapi peminat dan penonton yang tolong menyanyikan untuk awak," katanya.

Khatijah Ibrahim, juri lain, yang biasa disapa dengan panggilan Ibu Khaty, mengamini komentar AC Mizal. Ia turut menyampaikan kata-kata semangat kepada Zamani. "Ini harus diteruskan kerana apa yang awak buat, mana orang pergi, tak boleh menyanyi pun orang tetap suka. Jangan risau, we love you," katanya.

Sungguh mengharukan. Semoga segera sehat, Zamani, selalu ditunggu penampilanmu. Para penggemarmu tidak akan pernah meninggalkanmu.