Coretan Basayev: April 2020
Kebiasaan Berbagi

Kebiasaan Berbagi


Kak Haikal sejak kelas satu MI sudah terbiasa berpuasa penuh di bulan Ramadan. Bahkan dua tahun terakhir ini selalu puasa utuh seharian. Meski awalnya suka merengek minta minum atau mengeluh kelaparan, tapi lama-lama juga sudah terbiasa. Salat lima waktu pun tidak ada yang bolong. Bahkan sebelum mewabah corona, sebagian besar salat dilaksanakan di masjid.

Bunda sempat khawatir saat ada imbauan beribadah di rumah seperti sekarang. Bunda takut kebiasaan berjamaah di masjid yang dilakukan Kak Haikal terkena imbas lantaran sekarang musti salat di rumah. Ayah juga bertahan untuk tidak ke masjid meski beberapa jamaah yang tinggal dekat masjid memaksa jamaah di sana. Ayah yang juga sekretaris takmir, ikut membuat keputusan meniadakan jamaah untuk sementara, maka merasa tidak tepat jika melanggar dengan ikut sekelompok kecil itu berjamaah ke masjid.

Puasa hari pertama, Dik Rara tidak puasa, tentu saja. Bocah PAUD ini belum tahu apa itu puasa. Saat ia makan biskuit, ia menangis lantaran Kak Haikal tidak mau menerima biskuit yang hendak ia bagi. Kak Haikal menolak karena ia berpuasa. Akibatnya Dik Rara menangis dan mengadukannya pada Bunda.

Bunda mencoba menjelaskan kalau Kak Haikal berpuasa dan baru boleh makan kalau sudah azan Magrib. Tapi dasar si cantik ini tidak mau tahu, tetap saja menangis dan maunya si kakak harus ikut makan biskuit bersamanya. Ada-ada saja bocah ini.

Dik Rara memang terbiasa berbagi pada kakaknya. Apapun. Kalau ia jajan, pasti beli dua. “Yang satu buat Kakak,” katanya. Bahkan kalau ada yang memberi makanan, ia selalu memintakan juga buat kakaknya. Pokoknya kalau ia dapat sesuatu, Kak Haikal juga harus mendapatkannya.

Yang agak lucu juga di antaranya adalah ketika pagi, saat ia pengin beli bubur kacang ijo jualan seorang tetangga, ia selalu minta dibelikan dua. Satu buat Kakak. Padahal si kakak tidak suka makan bubur kacang ijo. Agar si adik tidak menangis, Kak Haikal dipaksa pura-pura mau kalau dibelikan bubur itu, meski nantinya yang makan bundanya.

Dan kini saat puasa, ternyata Dik Rara memaksa kakaknya untuk turut makan biskuit yang ia bawa. Kak Haikal menolak meski adiknya menangis. Sementara Bunda tetap berusaha menjelaskan tentang puasa pada Dik Rara. Gemas jadinya, kan….
Tak Usah Saling Anggap Salah

Tak Usah Saling Anggap Salah


Hari pertama puasa bersamaan dengan hari Jumat. Hari ini Masjid An Nuur menggelar salat Jumat, seperti pekan sebelumnya. Sempat sebelumnya, ada tiga kali Jumat masjid kebanggaan warga Sidowayah ditutup atau meniadakan salat Jumat sebagaimana instruksi dari edaran tausiah MUI (Majelis Ulama Indonesia) Jawa Tengah, yang senada dengan anjuran pemerintah untuk beribadah di rumah sebagai ikhtiar memutus mata rantai penyebaran virus corona.

Kak Haikal diajak Ayah salat Jumat di An Nuur. Takmir menganjurkan wudu dari rumah, mengenakan masker, dan jika perlu bawa sajadah sendiri. Bagi perantau yang belum ada 14 hari di rumah, tidak diperkenankan salat Jumat di masjid, karena harus melakukan karantina mandiri, memastikan tidak terinsfeksi virus corona, sebelum kontak dengan warga lain.

Kak Haikal membawa buku kegiatan Ramadan yang harus diisi selama bulan suci. Meski hari ini Ayah yang menuliskan ringkasan khotbahnya. Kak Haikal juga tidak meminta tanda tangan khatib sebagaimana tahun-tahun sebelumnya, karena tidak ada teman sekolah yang membawa buku kegiatannya ke masjid hari ini.

Khatib yang berkhutbah adalah Pak Haji Danuri, salah satu pengurus takmir. Pada kesempatan ini, beliau menyampaikan khutbah meneruskan imbauan dari MUI tentang anjuran yang menyarankan meniadakan sementara segala kegiatan keagamaan di tempat ibadah yang bersifat mengumpulkan banyak orang, seperti salat Jumat dan jamaah salat wajib 5 waktu. Dalam kenyataannya, ada kelompok yang benar-benar patuh dengan tidak salat jamaah ke masjid, ada juga yang tetap jamaah seperti biasa seolah tidak ada ancaman berarti.

“Mau ikut kelompok yang manapun silakan, semua memiliki dalil rujukan. Yang penting jangan saling menganggap yang beda itu sebagai sesat atau kafir,” kata Pak Haji Danuri.

Secara garis besar, untuk yang memaksa tetap salat Jumat, mereka berdalih dengan dalil wajibnya salat Jumat tidak bisa diganti dengan Zuhur biasa. Apalagi ada hadis yang menyebutkan siapa saja meninggalkan salat Jumat 3 kali berturut-turut maka ia jatuh pada kekafiran. “Jika ikut pendapat ini silakan, tapi tak perlu menuduh yang ikut anjuran pemerintah sebagai kafir, berbahaya bagi persatuan dan kesatuan bangsa kita,” beliau mengingatkan.

Sementara pemerintah, termasuk tausiah MUI, merujuk pada dalil tentang beribadah ketika terjadi wabah, maka bisa dilaksanakan di rumah. Bahkan dalam hadis pun, ketika terjadi hujan lebat, Rasulullah menyilakan salat di rumah demi keselamatan. “Yang cenderung pada pendapat ini silakan, dan jangan sampai menuduh yang Jumatan sebagai pembangkang anjuran pemerintah dan ulama.”

Pak Haji Danuri mencoba menyeimbangkan kedua pendapat berbeda itu agar tidak terjadi benturan yang dikhawatirkan menciderai ukhuwah dan persatuan sesama kaum muslimin. Ayah sependapat dengan sikap demikian, karena kalau didebatkan maka tak akan ada hentinya. Tak ada yang mau disalahkan.

Kak Haikal kelak harus belajar menghargai perbedaan cara pandang ya. Jangan mudah menganggap orang lain yang berbeda cara berpikirnya sebagai sesat atau kafir. Kedepankan ukhuwah, jangan mudah terpecah belah. Kita hidup dalam serba keberagaman, meski kita harus memiliki keyakinan akan suatu kebenaran, tidak tepat jika membenturkannya dengan kebenaran yang diyakini orang lain yang kita anggap salah.

Ramadan yang Berbeda


Kak Haikal dan Dik Rara, mari kita bersyukur atas nikmat Allah Swt yang dilimpahkan sebegitu besar dan cuma-cuma. Tahun ini, kita bisa berjumpa dengan bulan suci penuh magfirah, Ramadan. Marhaban ya, Ramadan. Kami bersuka cita menyambutmu.

Jauh hari, PP Muhammadiyah sudah memutuskan awal Ramadan jatuh pada hari Jumat, 24 April 2020. Sebagaimana biasa, Muhammadiyah menggunakan metode hisab untuk menentukan tanggal 1 Ramadan. Sementara pemerintah Indonesia yang menggunakan metode rukyat, yakni dengan meneropong posisi bulan secara langsung, juga menetapkan waktu yang sama untuk awal Ramadan tahun ini.

Kak Haikal dan Dik Rara, perbedaan awal Ramadan kadang terjadi antara metode hisab dan rukyat. Intinya, penanggalan Hijriah itu didasarkan atas peredaran bulan mengelilingi bumi. Setiap bulan baru diawali dengan munculnya hilal atau bulan sabit muda pertama di kaki langit saat terbenamnya matahari waktu magrib.

Bulan mengitari bumi butuh waktu selama 29,531 hari atau hampir 29,5 hari, maka ada kemungkinan hitungan sebulan itu 29 atau 30 hari. Jadi pada hari ke-29 saat matahari terbenam, jika dilihat munculnya bulan sabit muda maka dipastikan masuk tanggal 1. Jika tidak terlihat, maka jumlah hari digenapkan menjadi 30 dalam bulan itu.

Sementara untuk metode hisab adalah menghitung pergerakan posisi hilal di akhir bulan untuk menentukan awal bulan oleh ahli falak (astronomi). Metode ini dipandang cukup dan punya akurasi yang presisi, maka banyak ulama kontemporer menggunakannya.

Metode hisab menggunakan pendekatan rasional dengan melihat pola, membacanya, lalu menyusun prediksi. Semua pakai rumus. Itu mungkin sedikit penjelasan yang bisa kalian pahami. Kelak kalian akan harus lebih pintar dalam memaknai setiap perbedaan pendapat dan metode dalam hal apapun, insya Allah.

Kak Haikal dan Dik Rara, malam Jumat sudah masuk 1 Ramadan yang berarti kita sudah bisa salat Tarawih. Tapi ada yang berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Malam pertama Ramadan kita melaksanakan Tarawih di rumah, berjamaah. Ayah jadi imam, dengan makmum yang ikut adalah Bunda, Mbah Uti, Lek Nur, dan Kak Haikal. Dik Rara tidak ikut karena sudah bobok duluan.

Sedih ya, kita harus jamaah di rumah, sebagaimana salat 5 waktu yang belakangan ini tidak kita dirikan di masjid.

Kak Haikal tahu, kan, semua ini harus kita jalani di rumah karena adanya pandemi virus corona yang mengancam seluruh dunia termasuk Indonesia tercinta. Salah satu cara memutus penularan virus yang mematikan itu adalah dengan beraktivitas di rumah, untuk menghindari berkumpul orang banyak yang dikhawatirkan jika ada satu orang terinfeksi virus tersebut maka akan menularkan kepada orang yang ada kontak fisik dengannya.

Kak Haikal sudah lebih dari sebulan belajar di rumah, sekolah libur diganti tugas-tugas dari Bu Guru yang diberikan melalui aplikasi perpesanan WhatsApp. Itu salah satu upaya yang dilakukan pemerintah agar masyarakat terhindar dari bahaya corona.

Kak Haikal tampak mengantuk saat salat Tarawih, tapi tetap bertahan sampai rakaat terakhir Witir. Begitu usai salam, Kakak sudah terkapar di atas sajadah.

Marhaban Ramadan, maafkan kami menyambutmu tak seperti biasanya. Bukan kami tak cinta, tapi keadaan jua yang mengharuskan seperti ini. Yakinlah, tak akan bisa situasi ini mengurangi kesucian hari-hari bersamamu.
 


#Ramadan1441H
#RamadanDiTengahCorona
Bacaanku Sepanjang Maret 2020

Bacaanku Sepanjang Maret 2020


Bulan Maret 2020 ternyata banyak kesibukan menyita waktu. Masih berusaha tetap waras dengan membaca. Inilah sedikit yang bisa kubaca sepanjang Maret 2020:

Buku
  1. Novel Jejak Cinta Sevilla karya Pipiet Senja tentang kisah keistikamahan seorang gadis bernama Garsini, 464 halaman.
  2. Kumpulan puisi Negeri yang Membingungkan karya Suparto Parto berisi kumpulan puisi karya Pak Suparto ODOP, 76 halaman. 
  3. Novel Larasati karya Pramodya Ananta Toer tentang masa revolusi paska kemerdekaan, di bawah pendudukan Belanda, dari mata seorang artis bernama Ara, 180 halaman

Cerpen
  1. Cerpen Dua Pengantin karya Panji Sukma di Solopos Minggu 1 Maret 2020, tentang dua sahabat yang berseberangan jalan dan bertaruh saling meninggalkan apa yang diyakini.
  2. Cerpen Pengintai karya Mashdar Zainal di Kedaulatan Rakyat edisi Minggu, 1 Maret 2020 tentang seseorang yang keluar dari rumah sakit dan merasa diikuti sosok serba hitam.
  3. Cerpen Rusdiana, Rusdiana karya Mashdar Zainal di web ideide.id tanggal tayang 3 Maret 2020, tentang seorang lelaki yang selalu memanggil nama Rusdiana.
  4. Cerpen Gulma karya Gandi Sugandi di web Cendananews.com pada 7 Maret 2020 tentang kisah hidup rerumputan di sebuah taman rumah. 
  5. Cerpen Menombak Matahari karya Ruly Riantiarno di Cendananews.com pada 29 Februari 2020 tentang kemampuan Ki Ageng Mangir dalam menombak. 
  6. Cerpen Masker karya Herumawan PA di Kedaulatan Rakyat 8 Maret 2020 tentang seorang yang khawatir akan virus korona dan selalu memakai masker. 
  7. Cerpen Rindu yang Membuatku Mati karya Ni'matus Sholihah di ideide.id tanggal tayang 10 Maret 2020 tentang seorang yang ingin mati menyusul kekasihnya.
  8. Cerpen Ular yang Bersarang dalam Kepalaku karya Yuditeha di web Warung Khayalan tanggal tayang 28 Februari 2019 tentang seorang anak yang sering disiksa ayahnya dan merasa ada ular di kepalanya.
  9. Cerpen Tetes yang Berharga karya Salmah Nurhaliza di web Warung Khayalan edisi 16 Maret 2019 tentang seorang yang pobhia darah namun harus mendonor untuk teman yang butuh karena kesalahan yang ia perbuat.
  10. Cerpen Kesaksian Lakasse karya Pangerang P. Muda di web magrib.id tanggal pemuatan 12 Maret 2020 tentang seorang yang terjebak di tempat pembunuhan.
Crita Cekak (Cerkak)
  1. Cerkak Dhayoh karya Marciana Sarwi di Kedaulatan Rakyat 8 Maret 2020 tentang penipuan oleh seorang tamu yang mengambil perhiasan emas.
Cernak
  1. Cernak Kalisa Penjual Mendoan karya Mia Karneza di Solopos 8 Maret 2020 tentang Kalisa yang berjualan mendoan untuk mewujudkan keinginan membeli sepeda.
Sangat menurun banyak jika dibanding bacaanku bulan sebelumnya. Menyambut April 2020, semoga bisa lebih banyak lagi membaca.