Coretan Basayev: Juni 2020
Marahi Emosi

Marahi Emosi


ANAKKU sing nomer siji lanang dak jenengi Haikal, kelas 3 SD. Anak sing nomer loro isih PAUD, wadon dak wenehi sesilih Humaira. Padinane diceluk Kak Haikal karo Dhik Rara. Bocah sakloron iku sasat saben melek mripate mung padha regejekan bae. Kangmase ora gelem yen dolanan dirusuhi adhine, nanging sing cilik ora bisa yen kudu adoh saka kakange. Kanggoku kahanan mengkono ora dadi apa, malah ora patut yen anak loro ora tau kerengan. Ya mung bundhane sing kadhangkala jengkel ngulati bocah loro kok pijer kerah bae.

Sawijining dina, Kak Haikal muring-muring marang Dhik Rara amarga nalika dolanan robot dirusuhi adhine. "Ana apa, ta, Kak, kok muring-muring bae?" pitakone Bundha ngulati anak lanange bengok-bengok.

Kak Haikal banjur mangsuli, "Humaira kuwi lho, Bun, MMC!"

"Apa kuwi MMC, Kak?"

"MMC ki marahi emosi."


Aku sing lungguh maca buku ora adoh saka bocah-bocah melu krungu semaure Kak Haikal, ora bisa ngempet ngguyu. Apa meneh anak lanangku iku banjur ngomong kanthi jumawa, "Singkatan kuwi ciptaanku dhewe, apik ta? MMC, marahi emosi."

Wengine, wayah mapan turu, wis keliwat jam sanga, bocah loro iku durung iso merem. Dhik Rara wis wiwit mau njaluk dikeloni bundhane, ananging ya isih ana swarane. Kakange sing durung ngantuk ya wegah meneng. Akhire, aku melu gabung nek kamar melu gegojekan.

"Sak iki, ayo dolanan bedhekan. Ayah gawe bedhekan, Kak Haikal karo Dhik Rara gentenan sing njawab," tantangku marang bocah loro kuwi. "Dhik Rara dhisik ya, siap?"

"Siap!" Dhik Rara semangat anggone nunggu pitakonanku.

"Banyu sing mudhun saka langit diarani apa?"

"Udaan!"

"Pinter! Sak iki gilirane Kak Haikal, siap?"

"Siaplah!" Kak Haikal gage masang kuping.

"Apa sebabe wong pada anyel marang wong kang malesan, padahal kan dheweke ora tumindak apa-apa? Hayo, apa wangsulane?"

Kak Haikal katon bingung anggone goleki jawaban. Daktunggu sauntara limang menitan, anakku lanang kuwi lagi gelem nyerah.

"Yakin, wis ora gelem mikir meneh? Ya wis, jawabane gampang banget," ujarku.

"Apa jawabane, Yah?"

"Jawabane ... MMC!"

Kak Haikal melongo. Bundha dumadakan ngakak krungu jawaban pitakonku. "MMC marahi emosi?"

Wakhid Syamsudin
Sidowayah RT 01/RW 06
Ngreco, Weru, Sukoharjo.

Kamot ing Majalah Jaya Baya No. 43, Minggu III Juni 2020 kaca 48 ing rubrik Ana Ana Bae.

Jazbaa, Berpacu dalam Ketegangan

Jazbaa, Berpacu dalam Ketegangan



Benar, sebuah film India. Baru saja saya tonton di channel Zee Bioskop. Berkisah tentang kasus perkosaan dan pembunuhan terhadap seorang gadis bernama Sia. Tersangka sudah tertangkap, hasil penyelidikan Yoohan, seorang polisi yang diperankan oleh Irrfan Khan. Tersangka itu adalah seorang pengedar narkoba bernama Miyaaz Shaikh, dan sudah divonis pengadilan untuk sebuah hukuman mati. Tapi cerita tak berhenti di situ. Justru kisah baru dimulai!

Anuradha Verma sahabat Yoohan, pengacara kondang yang diperankan dengan sukses oleh Aishwarya Rai Bachchan, mendadak kehilangan putri tercintanya, Sanaya. Sanaya diculik seseorang yang ingin menukar keselamatan bocah kecil itu dengan kebebasan Miyaaz, tersangka pemerkosa dan pembunuh Sia!

Selanjutnya, detik demi detik sepanjang film adalah ketegangan luar biasa, di mana Verma harus berpacu dengan waktu mempelajari kasus pembunuhan itu. Mencoba menguraikannya hingga mengubah kesimpulan bahwa pembunuhan bukan dilakukan oleh Miyaaz. Terkuak juga keterlibatan pejabat bernama Mahesh Maklai, yang ternyata mencuci mayat Sia dengan alkohol untuk menghilangkan jejak pembunuhan sebelum membuangnya, karena anaknya adalah kekasih Sia, dan terbukti ada di lokasi saat pembunuhan terjadi!

Yoohan akhirnya bersimpati turut membantu sahabatnya itu membuka kembali kasus tersebut, terlebih setelah ia tahu Verma nekat menjadi pengacara untuk Miyaaz karena tekanan penculik Sanaya. Meski Yoohan sudah merasa sangat yakin bahwa memang Miyaaz adalah pelaku pembunuhan tersebut. Dan ia tak pernah salah menyelesaikan kasus yang ditanganinya.

Lalu apa yang terjadi kemudian? Seru deh pokoknya. Jelang ending, Miyaaz bebas dan putri Verma dilepaskan si penculik. Tapi ada twist ending yang menanti di ujung film, ketika Yoohan dengan sukses mengungkap pelaku penculikan itu.

Film ini disutradarai oleh Sanjay Gupta, dan merupakan film yang menandai kembalinya Aishwarya Rai Bachchan pasca kelahiran anak pertamanya. Aishwarya Rai sangat sukses memerankan Verma dengan segala emosional seorang ibu di tengah tekanan bekerja profesional sebagai pengacara yang wajib menang.

Banyak momen haru tentang makna kasih ibu dan kehampaan anak tanpa perhatian orangtua. Dialog-dialog Verma dengan ibunda Sia yang diperankan aktris senior Shabana Azmi. Sungguh, terlalu banyak anak tersesat jadi pengguna obat terlarang karena jauhnya perhatian orangtua.

Sekali lagi, saya puas dengan sajian film Bollywood. Seru, menegangkan, dan serba tak terduga.

Judul film: Jazbaa
Sutradara: Sanjay Gupta
Pemeran: Aishwarya Rai, Irrfan Khan, Shabana Azmi
Rilis: 9 Oktober 2015
Durasi: 123 menit
Bacaanku Sepanjang Mei 2020

Bacaanku Sepanjang Mei 2020


Buku yang aku baca di bulan Mei 2020 adalah:
  1. Novel Opera Jelaga karya Purwadi Joko Widodo tentang kisah Atika, seorang birokrat karier yang bertugas jadi sekretaris KPUD. 
  2. Buku Saku Ramadhan karya Muhammad bin Shalih Al-Munajjid tentang panduan di bulan suci (118 halaman) 
  3. Buku Panduan Praktis Menghitung Zakat karya DR. Ahmad Zain An Najah, MA tentang panduan zakat mal dan fitri (76 halaman) 
  4. Novel Balada Cito Citi karya Edi AH Iyubenu tentang perjuangan Cito dalam mencintai Citi (132 halaman)
Cerpen yang sempat kubaca di bulan Mei 2020 di antaranya:
  1. Cerpen Pengingat Kelak karya Indrian Koto di Kedaulatan Rakyat edisi 3 Mei 2020 tentang seorang penulis bertahan di tengah dampak korona.
  2. Cerpen Ajal karya Zainul Muttaqin di Kedaulatan Rakyat edisi Minggu, 10 Mei 2020 tentang kematian di tangan Tuhan di tengah imbauan tidak jamaah di masjid dahulu selama wabah korona.
Cerkak atau cerpen berbahasa Jawa yang aku baca di bulan Mei 2020 adalah:
  1. Cerkak Karantina karya Nono Warnono di Kedaulatan Rakyat edisi 3 Mei 2020 tentang usaha katering yang terdampak korona. 
  2. Cerkak Tangga Anyar karya Keliek Eswe di Kedaulatan Rakyat edisi 3 Mei 2020 tentang tetangga baru penjual tahu kupat.
Turun terus kualitas bacaku. Sedikit sekali yang bisa kubaca di bulan Mei 2020 ini....
Kehilangan

Kehilangan


Senin di awal Juni. Saya tidur cepat malam ini. Terbangun di sepertiga malam akhir, buka chat WhatsApp terkejut, ada kabar salah satu anggota komunitas ODOP meninggal dunia: Mbak Prajna Patriani. Saya ingat, belum lama ini (akhir Mei) ada tulisannya dimuat di Solopos pada rubrik Ah Tenane. Rupanya itu menjadi Jon Koplo pertama sekaligus terakhirnya. Inna lillahi wainna ilaihi rajiuuna.

Saya memang belum pernah sua Mbak Prajna, sebatas kenal di grup WhatsApp. Almarhumah adalah anggota batch 7 di ODOP, artinya beliau bergabung di komunitas itu kala saya menjabat ketua umunya waktu itu, 2019. Selanjutnya beliau aktif di program OTM (ODOP Tembus Media) yang saya gawangi. Beberapa tulisannya sudah masuk koran.

Terkejut, sedih, dan ada rasa kehilangan. Sama persis saat mendengar kabar meninggalnya Mbak Mutia Sadea dulu. Meski tak pernah sua langsung, kebersamaan di komunitas sudah menjadikan kami laksana keluarga besar. Kepergian almarhumah adalah kehilangan bagi kami.

Selanjutnya hanya doa yang bisa kami panjatkan kepada Sang Pemilik Nyawa. Semoga Allah mengampuni dosa-dosa Mbak Prajna, menerima segenap amal kebaikannya, menyempurnakan pahala Ramadannya, dan menempatkannya di surga. Allohumma amin. Semoga Allah juga menguatkan hati keluarga yang ditinggalkannya.

Kepergian Mbak Prajna menjadi perenungan. Kita semua pasti akan menghadap kepada Allah, kapan saja bisa terjadi dan di mana saja. Tak ada yang bisa menduganya. Sewaktu-waktu dan tanpa permisi terlebih dahulu. Seyogianya kita harus selalu bersiap diri. Perbanyak kebaikan, jauhkan diri dari segala kesia-siaan. Ya Allah, tunjukkan kami jalan lurus-Mu dan mudahkan kami menitinya. Hanya pada-Mu kami menyembah dan meminta pertolongan.

Rasulullah bersabda, "Orang yang cerdas adalah orang yang mempersiapkan dirinya dan beramal untuk hari kematian, sedangkan orang yang bodoh adalah orang yang jiwanya mengikuti hawa nafsunya dan berangan-angan kepada Allah." (HR. Tirmidzi)

Sungguh, Allah telah mengingatkan kita akan nasihat kematian dengan kepergian Mbak Prajna yang tak terduga kira ini. "Apa urusanku dengan dunia, aku di dunia tidak lain seperti pengendara yang berteduh di bawah pohon setelah itu pergi dan meninggalkannya."