Coretan Basayev: Desember 2018

Nasi Kardus


Jon Koplo diminta mewakili karang taruna Kelurahan Ngreco untuk mengikuti sosialisasi di Kabupaten Sukoharjo. Sesampai di sana, ternyata yang ikut sosialisasi kebanyakan bapak-bapak. Tapi ia tetap bersemangat, apalagi mendapat uang saku dari kelurahan. Koplo mengisi daftar hadir dan menerima snack dalam dus, lalu memilih tempat duduk di pojok.

Sosialisasi berjalan lancar. Meski sambil terkantuk-kantuk, Koplo menyelesaikan tugasnya.

Begitu acara berakhir, para hadirin yang jumlahnya sangat banyak itu berduyun-duyun meninggalkan tempat duduk. Mau keluar saja, antreannya luar biasa panjang. Semua berebut ingin keluar paling dulu.

Jon Koplo melihat ada celah kosong di samping ruangan acara. Jiwa mudanya membisikkan agar ia ambil jalan pintas dari situ untuk menuju ke parkiran. Malas, uyel-uyelan keluar lewat jalur utama, berjubel dengan bapak-bapak.

Tak lama, dengan sukses Jon Koplo sampai di parkiran dan lekas menaiki jok motornya. Dalam hati ia jumawa, buat apa ikut desak-desakan wong ada jalan pintas. Dasar bapak-bapak, nggak bisa lihat jalan pintas. Begitu batin Koplo sambil tersenyum.



Tapi mendadak Koplo terkejut saat melihat ke jalur utama untuk keluar ruangan.  ”Blaik! Tiwas aku lewat jalan pintas! Jebul keluar lewat jalur utama itu sambil mengambil jatah nasi kardus ta?”

Koplo menyesal juga, tapi mau apa lagi. Malu kalau mau mengulang antre barisan keluar. Akhirnya ia pulang tanpa membawa jatah makannya. Nasib, nasib!

Sabtiyaningsih
Sidowayah RT 001/RW 006, Ngreco, Weru, Sukoharjo 57562

*Dimuat di harian Solopos edisi Senin Pon, 24 Desember 2018. Saya pakai nama istri saya (lagi). Hihi.

Potret Sepi Terindah di Bali


Judul: Potret Terindah dari Bali
Penulis: Pande Komang Suryanita
Penerbit: Kaifa, PT Mizan Pustaka, Bandung
ISBN: 978-602-8994-13-2
Tebal: 216 halaman

"Gadis Bali yang luar biasa. Potret kemiskinan yang direkam anak pemulung berbekal kamera pinjaman telah menjadi sebuah keajaiban Tuhan."
(Andi F. Noya, host Kick Andy)

Sebuah novel yang mengisahkan Ni Wayan Mertayani, atau biasa disapa dengan Sepi. Seorang anak pemulung yang menjuarai lomba fotografi internasional. Novel ini menceritakan kehidupan sehari-hari Sepi dan keluarganya. Hidup tanpa ayah, kemiskinan, dan rentetan penderitaan. Sepi tinggal di gubuk kecil bersama Ni Nengah Kirem, sang ibu, dan adiknya, Ni Nengah Gek Jati. Panggilan Sepi disematkan orang karena Ni Wayan Mertayani lahir saat heningnya Hari Raya Nyepi.

Kisah Sepi dimulai sejak ia kehilangan ayahnya, I Nengah Sangkrib, dan berlakunya hukum adat Bali, harta warisan jatuh kepada pihak purusa, pihak laki-laki. Dengan pongahnya, saudara jauh pihak ayah, Mek Mang, mengusir ibu Sepi karena mereka ingin menempati rumah peninggalan ayah Sepi.

Ibu mengajak Sepi dan Jati ke rumah Ki (kakek, ayah Ibu), I Ketut Genti yang seorang balian sakti (dukun). Tapi tidak lama mereka tinggal di sana. Suatu kali Ibu terlambat menyuguhi minum pasien, dan Ki yang baru saja menenggak tuak tersulut emosi dan marah-marah hingga keluar usiran dari mulutnya.

Akhirnya, Ibu menumpang di sebuah lahan di Kampung Bias Lantang, di tepi pantai. Dibantu beberapa tetangga yang berhati tulus, berdirilah gubuk ala kadarnya. Di situlah Sepi dan Jati menjalani kehidupannya.

Ibu berjualan kerupuk dan menjadi pemulung demi menghidupi kedua anaknya. Sepi dan Jati sudah kenyang juga dengan segala hinaan teman sekolah terkait segala kemiskinannya. Sungguh hidup yang terasa berat, tapi Ibu selalu menguatkan hati keduanya.

Tinggal di tepi Pantai Amed, membuat gubuk Sepi sering disinggahi turis yang melancong. Ada Jacques dan Jany Forte dari Prancis, Bianca dari Belanda, Guntz Philippe dari Prancis, Montse Galobardes dari Spanyol, Gunnar dan Eva dari Jerman, Virginie Guyard dari Prancis, Lauren Southern dari Amerika, Francine dan Jiji dari Prancis, Emanuele Bianchi dari Swiss, dan yang lainnya.

Kemiskinan keluarga Sepi juga seringkali jadi bahan nyinyir tetangga yang tidak suka. Termasuk Ibu juga sering mendapati penghinaan, bahkan gosip tidak mengenakkan. Saat Ibu sakit, ada saja yang menyebar isu bahwa Ibu terkena AIDS karena suka melayani para turis. Sepi dan keluarga selalu bersabar menghadapinya. Sepi sendiri pernah dituduh mencuri ketika teman-temannya melihat dia punya pulpen mahal, padahal itu pemberian turis yang singgah di gubuk mereka.

Penulis begitu lancar mengisahkan keseharian Sepi, meski ada beberapa dialog berbahasa Bali tidak diberi terjemahan, membuat pembaca yang tidak paham hanya bisa menerka maksud percakapan. Tetapi itu tidak terlalu menggangu. Selebihnya, semua tersaji pas dan tidak berlebihan.

Nasib baik Sepi adalah ketika mengikuti lomba foto yang diselenggarakan Museum Anne Frank, Belanda, dengan kamera yang dipinjamkan Dolly, salah satu turis yang berbaik hati. Dan Sepi juara 1, diundang untuk menerima penghargaan ke Belanda.

Buku ini juga menceritakan perjalanan Sepi dan Jati yang ditemani Marrie, dengan pesawat menuju ke Belanda. Betapa Sepi menikmati semuanya, sesuatu yang lama diidamkannya terwujud: pergi ke luar negeri.

Dikemas dalam sajian novel ciamik, kisah menginspirasi ini layak jadi bahan bacaan ringan. Setting Bali dengan pantainya cukup berhasil membawa pembaca seolah hadir ke sana. Banyak pelajaran hidup yang bisa dipetik dari kisah hidup Sepi ini. Memaknai segala kekurangan dengan kesyukuran.

Menakar Daya Baca



Grup WhatsApp RCO (Reading Callenge ODOP) 4 kedatangan tamu, Adi Wahyu Adji, motivator baca Indonesia dan juga pencetus kegiatan One Week One Book. Bincang Online dengan tema Membaca di Sela Kesibukan ini digelar pada hari Ahad, 9 Desember 2018 pukul 20.00 WIB.

Sebagai pembuka, ada 2 hal utama yang disampaikam Mas Adi. Pertama, yaitu bahwa minat baca saja tidak cukup, perlu DAYA BACA. "Minat baca relatif mudah ditumbuhkan," kata Mas Adi. "Dan sekarang pun juga sudah banyak event atau program yang berupaya menumbuhkan minat baca. Tetapi minat baca itu berbeda dengan DAYA BACA. Ketika seseorang sudah minat membaca, lalu mengambil sebuah buku untuk dibaca, belum tentu dia bisa menghabiskannya. Belum lagi soal jangka waktunya, berapa lama waktu yg diperlukan untuk menamatkan 1 buku. Apakah bisa 1 buku tamat dalam 1 minggu? Atau perlu sampai 1 bulan? Atau malah lebih? Nah, itulah yg namanya DAYA BACA."

Menurutnya, kalau DAYA BACA seseorang bagus, maka dalam 1 minggu 1 buku itu bisa dan biasa selesai baca.

Hal kedua, yaitu perlunya Pengetahuan dan Pemahaman tentang ILMU BACA. Ilmu baca itu ada. Sayangnya jarang yang mengajarkan. Kalaupun ada, mahal biayanya.

Mas Adi kemudian memberikan menunjukkan gambar berikut ini:


"Itu salah satu buku klasik dan lengkap tentang membaca. Ada banyak lagi buku-buku tentang membaca," katanya.

Mas Adi mengibaratkan keterampilan membaca itu mirip dengan keterampilan mengemudi mobil. "Kalau tidak tahu ilmunya, sampai kapan pun tidak akan bisa mengendarai mobil."

Setidaknya, ilmu baca itu ada 4. Yaitu: Teknik Membaca Cepat, Teknik Memilih Buku, Teknik One Week One Book, dan Teknik Review Buku. "Kalau belim tahu tentang itu semua, atau baru sebagian, wajar jika akhirnya banyak kesulitan dan juga tidak semangat dalam membaca," simpul Mas Adi.

Mas Adi sedikit mengulas tentang membaca cepat yang artinya meningkatkan kecepatan membaca kita. Rata-rata kecepatan membaca itu 150-300 kata per menit. Dengan membaca cepat, bisa dua atau tiga kali lebih cepat.

Berpindah genre adalah salah satu teknik untuk menghilangkan kejenuhan saat membaca. "Bahkan saya biasa membaca 2-3 buku secara paralel (bersamaan) tanpa menunggu menyelesaikan satu per satu dulu," katanya.

Sementara terkait rasa malas membaca, Mas Adi mengatakan bahwa hal itu bisa terjadi dari banyak faktor. "Salah satu sebab yang sering saya temui misalnya karena kesalahan dalam memilih buku yg mau dibaca. Biasanya ini membaca karena mengikuti tren. Akhirnya tdk tahu kenapa (why) harus membaca buku itu," begitu penjelasannya.

Supaya konsisten, lanjutnya, kita harus punya banyak motivasi membaca. Mas Adi lalu mempersilakan membaca ebook One Week One Book miliknya sebagai salah satu referensi. "Ini link-nya, http://bit.ly/Ebook_OWOB_05 , unduh cuma-cuma, dan boleh disebarluaskan," tawarnya.

Sebagai penutup, Mas Adi menyampaikan, "Setiap hari kita pasti tidak lupa untuk MAKAN dan MINUM. Mengapa? Karena kita sadar bahwa tubuh kita butuh itu semua agar kita tetap sehat dan hidup. Namun, sadarkah kita bahwa selain fisik, kita juga dikaruniai pikiran (otak). Dan pikiran sebenarnya perlu juga mendapatkan makanan. Itu sebabnya ada orang-orang yang punya wawasan yang luas sekalipun mungkin fisiknya biasa saja. Karena dia selalu memberikan makanan untuk pikiran (otaknya). Jadi, kalau kita ingin pikiran kita luas dan selalu hidup, maka jalannya mudah masukkanlah informasi ke dalam otak. Tentunya bukan sembarang informasi. Dan salah satu sumber informasi serta pengetahuan yg baik adalah dari buku."

Sebuah pencerahan tentang hobi membaca yang ternyata memang harus dipelihara agar tidak menghilang begitu saja saat kesibukan melanda. Untuk lebih kenal dengan Mas Adi, silakan pantau Instagram-nya, @adi_wahyu_adji.

Selamat membaca.

(Bukan) Hari Bohong Nasional



Hari Belanja Online Nasional atau Harbolnas adalah kampanye besar-besaran untuk mendorong dan mengedukasi masyarakat tentang kemudahan berbelanja dalam jaringan (daring) yang aman dan nyaman serta bisa dilakukan di mana saja.

Dicetuskan kali pertama pada 2012 oleh perusahaan-perusahaan e-commerce di Indonesia yang bergabung dalam Asosiasi E-Commerce Indonesia (Idea), yaitu  Lazada, Zalora, Blanja, PinkEmma, Berrybenka, dan Bukalapak. Tanggal 12 Desember setiap tahun adalah hari yang wajib dicatat oleh penggila belanja daring untuk berburu diskon besar dan promo-promo menarik lainnya.

CupoNation mengungkap fakta mengenai antusiasme masyarakat Indonesia menyambut Harbolnas. Portal diskon milik Rocket Internet CupoNation tersebut menganalisis perkembangan atensi masyarakat Indonesia terhadap Harbolnas selama dua tahun terakhir.

Bergesernya perilaku masyarakat dari belanja di pasar konvensional beralih ke toko-toko daring sangat mendukung kampanye besar yang diidentikkan dengan angka 1212 ini. Pemilik toko online sangat lihai mengendalikan acuan selera konsumerisme masyarakat.

Hal ini senada dengan paparan Jean Baudrillard (1929-2007), seorang teoretisi sosial pos-struktural asal Prancis, bahwa dalam masyarakat konsumen modern masyarakat cenderung tidak lagi memiliki independensi mengenai apa yang dibutuhkan atau tuntutan personalnya, tetapi lebih digerakkan oleh kode signifikansi yang dibuat sedemikian rupa oleh tatanan sosial yang terbentuk sehingga menjadi patokan kebutuhan yang diakui bersama.

Kode-kode inilah yang akhirnya dijadikan acuan masyarakat dalam menentukan pilihan. Tidak ada yang salah dengan perilaku konsumen dan fenomena Harbolnas. Hanya saja, yang disoroti selama ini adalah kekacauan yang timbul dari terselenggaranya kampanye besar yang ternyata banyak disusupi diskon-diskon palsu dan pembohongan publik terkait harga.

Belum hilang dari ingatan kita kasus diskon abal-abal yang membuat heboh dan jadi perbincangan publik, yang terjadi di situs e-commerce terbesar Indonesia: Lazada. Tepatnya Harbolnas 2015 ketika Lazada menampilkan diskon 100% pada harga popok bayi.

Harganya Rp93.482 setelah diskon dari harga Rp130.874.206. Fantastis? Kesalahan Lazada tidak hanya popok berharga ratusan juta rupiah tersebut, tapi juga smartphone yang dibanderol dengan harga diskon Rp1,8 juta setelah diberi potongan harga dari harga awal Rp25 juta!

Spesifikasi samrtphone itu termasuk rata-rata, yakni RAM 1 GB, memori internal 8 GB, dan fitur standar lainnya. CEO Lazada, Magnus Ekbom, meminta maaf atas kejadian tersebut. Ia mengaku manajemen Lazada lalai dalam kontrol sehingga banyak penjual nakal yang berbuat demikian.

Apakah ada jaminan diskon yang ditawarkan benar-benar nyata atau hanya akal-akalan setelah melakukan mark up harga dari harga normal sebelum didiskon? Sebagai konsumen, masyarakat seharusnya berhati-hati.

Jangan mudah terpesona dengan diskon yang ditawarkan. Menjadi konsumen cerdas adalah keniscayaan. Selalu gunakan akal sehat ketika menyaksikan potongan harga gila-gilaan. Melakukan survei harga di pasaran konvensional adalah salah satu cara yang bagus dalam menghindari tipuan diskon belanja daring.

Dengan berbelanja secara cerdas, masyarakat bisa memanfaatkan Harbolnas agar mendapatkan produk incaran dengan harga terbaik. Dalam kampanye 1212 ini tidak semua penjual curang dengan menaikkan harga dan kemudian memberikan diskon gila-gilaan. Jauh lebih banyak penjual yang memang benar-benar memberikan potongan harga asli yang menggiurkan.

Perayaan
Tentu panitia Harbolnas sudah melakukan segala perbaikan sistem sehingga pelaksanaan Harbolnas berjalan sesuai harapan, bahkan bermuatan nilai edukasi bagi masyarakat dan menunjukkan keamanan berbelanja daring.

Harbolnas selayaknya menjadi perayaan fenomenal yang saling menguntungkan bagi penjual maupun konsumen. Kewajiban para penjual adalah menawarkan produk tanpa kebohongan agar tidak merugikan pembeli.

Terkait hal ini, pelaku usaha yang melakukan tipu muslihat dalam jual beli daring dapat dipidana berdasarkan Pasal 378 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) tentang Penipuan dan Pasal 28 ayat (1) UU No.19/2016 tentang Perubahan atas UU No. 11/2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) yang mengatur ihwal menyebarkan berita bohong dan menyesatkan yang mengakibatkan kerugian konsumen dalam transaksi elektronik.

Pasal 378 KUHP menyatakan barang siapa dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum, dengan memakai nama palsu atau martabat palsu, dengan tipu muslihat, atau pun rangkaian kebohongan, menggerakkan orang lain untuk menyerahkan barang sesuatu kepadanya, atau supaya memberi utang maupun menghapuskan piutang, diancam karena penipuan dengan pidana penjara paling lama empat tahun.

Pasal 28 ayat (1) UU ITE menyatakan setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan berita bohong dan menyesatkan yang mengakibatkan kerugian konsumen dalam transaksi elektronik. Terhadap pelanggaran Pasal 28 ayat (1) UU ITE ini diancam pidana sebagaimana diatur dalam Pasal 45A ayat (1) UU No.19/2016.

Pasal tersebut menyatakan setiap orang yang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan berita bohong dan menyesatkan yang mengakibatkan kerugian konsumen dalam transaksi elektronik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama enam tahun dan/atau denda paling banyak Rp1 miliar (hukumonline.com).

Marilah bersama kita sambut era berbelanja daring dengan semangat edukasi, menjunjung tinggi kejujuran dan keberkahan transaksi. Pelaku bisnis jujur dan konsumen cerdas akan menunjukkan betapa nyamannya berbelanja di dunia digital. Harbolnas bukan Hari Bohong Online Nasional melainkan Hari Belanja Online Nasional yang selalu dinanti kehadirannya setiap tahun.

Wakhid Syamsudin ([email protected])
Pelaku bisnis online, tinggal di Sukoharjo.

Dimuat di koran Solopos edisi Selasa Kliwon, 11 Desember 2018 halaman 4 pada rubrik Gagasan.

Selamat Jalan Nh. Dini


Sebuah kabar duka dari dunia sastra Indonesia, Nh. Dini meninggal dunia. Pesan demi pesan di grup-grup kepenulisan WhatsApp yang mengabarkan kepergian penulis novel bernama asli Nurhayati Sri Hardini Siti Nukatin itu.  Penulis novel Pada Sebuah Kapal itu meninggal dunia setelah mobil taksi yang ditumpanginya kecelakaan di Tol Tembalang KM 10, Kota Semarang, Jawa Tengah, Selasa, 4 Desember 2018 pukul 16.30. Mengalami luka di bagian kepala dan kaki kanan, sempat mendapat perawatan medis di RS Elisabeth Semarang sebelum takdir menentukan, nyawanya tidak tertolong.

Nh. Dini berpulang dalam usia 82 tahun, semasa hidup sangat produktif dalam menulis. Penulis kelahiran Semarang, 29 Februari 1936 ini meninggalkan dua orang anak Marie-Claire Lintang Coffin dan Pierre Louis Padang Coffin, seorang kreator Minions, hasil pernikahan dengan Yves Coffin, yang berakhir dengan perceraian pada 1984.

Nh. Dini pernah mendapat penghargaan SEA Write Award di bidang sastra dari Pemerintah Thailand. Beberapa karya terkenal Nh. Dini di antaranya Pada Sebuah Kapal (1972), La Barka (1975), Namaku Hiroko (1977), Orang-orang Tran (1983), Pertemuan Dua Hati (1986), dan Hati yang Damai (1998). Lebih dari 20 buku telah ditulisnya.

Sebuah kehilangan besar bagi dunia sastra kita. Tapi karya Nh. Dini tetap abadi di hati para pecinta tulisannya. Selamat jalan, Nh. Dini. Telah sampai engkau pada sebuah kapal terakhir dalam perjalananmu.

Gosip Heboh Olga



Judul: Olga, Gosip Heboh
Penulis: Hilman
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
ISBN: 979-605-950-9
Cetakan: Kedua, Mei 2000
Tebal: 108 halaman

Selain serial Lupus, barangkali yang tidak terlupakan dari karya ngocol Hilman adalah serial Olga yang identik dengan sepatu rodanya. Gosip Heboh yang saya baca kali ini adalah judul kesepuluh dari seri Olga. Buku lawas yang pernah saya beli dan cuma ikut jadi tumpukan di rak. Kebiasaan buruk, suka beli tapi lupa baca. Tapi akhirnya, kesempatan Olga kali ini hadir di ruang baca saya, tiba juga. Hiburan ringan ala Hilman.

Cerita Olga dimulai dengan zaman krisis moneter, apa-apa mahal, membuat Papi harus cari tambahan pemasukan dengan membuka les tari twist. Olga juga kudu rela tambah jam siaran di Radio Ga Ga, meski jam malam dan bikin Mami jengkel nunggu kepulangannya.

Somad, perjaka jadul yang jadi pendengar setia, penggemar fanatik, dan pecinta tak kenal lelah, selalu mencari kesempatan dekat dengan penyiar sukaannya, si Olga, selalu tampil menyemarakkan suasana dengan keluguannya. Somad benar-benar total dalam menunjukkan perhatiannya pada Olga. Sampai saat ia harus kecewa setelah diberi tahu kalau Olga lesbi!

Iya, gosip heboh berhembus gara-gara Wina yang selalu setia menemani Olga siaran sampai larut malam, disangka sebagai kekasih hatinya. Bagaimana cara Olga membersihkan nama baiknya gara-gara gosip murahan yang kadung tersebar itu?

Kisah ngocol Hilman kali ini ditutup dengan lomba sepatu roda yang bikin Somad rela mecah celengan ayam, Jo rela izin tidak siaran demi ikut les sepatu roda. Tapi apa yang terjadi akhirnya? Mereka semua kecewa.

Oya, selain kisah utama Olga dan gosip heboh yang nenimpanya, Hilman menyisipkan kisah Lusi yang kehilangan kepercayaan pada diri sendiri akibat perceraian orangtuanya. Saat Radio Ga Ga membuka lowongan penyiar baru, Lusi terpilih oleh Mbak Vera, meski para penyiar lain tidak setuju. Terlebih Ucup yang terlanjur janji pada salah satu pendaftar yang berpenampilan seksi. Hanya Olga yang akhirnya memahami pilihan Mbak Vera meski akibatnya terjadi protes besar-besaran pecinta Radio Ga Ga paska siaran perdana Lusi.

Seru deh, apalagi sih yang mau dikomentari kalau jago ngocol Indonesia ini bikin cerita? Hilman selalu punya cara bikin pembacanya mesam-mesem. Sayangnya, buku ini terlalu tipis dan cepat habis. Ah, sudahlah ....

Lejitkan Potensi dengan Change! From Now



Judul: Change! From Now
Penulis: E. Raharjo
Penerbit: JB (Jogja Bangkit) Publisher, Yogyakarta
Cetakan: Pertama, 2010
ISBN: 978-602-95394-4-8
Tebal: 208 halaman

Impian sekecil apapun akan mampu menjadi karya besar, jika Anda melakukan dengan cara terbaik, memberikan potensi terbaik, dan doa yang paling hikmat untuk menjadikannya berkualitas. Tidak berlama-lama terbiasa dengan kemiskinan, menjadi orang kecil, memiliki pendapat yang terbatas, dan hidup dalam ketidaknyamanan. Saatnya untuk lebih mampu menikmati hidup yang lebih menyenangkan, menyikapi hidup dengan senyuman.

Eko Raharjo mengajak kita merenungkan seluruh proses pencapaian impian dengan melejitkan potensi diri. Trainer dan direktur Institusi Jasa Pelatihan dan Pengembangan SDM Forum Pembelajar Consulting ini mengajak kita mengenali siapa diri kita, apa saja potensi yang bisa dilejitkan. Bagaimana mengelola permasalahan hidup, menjadikannya sahabat yang mengajarkan cara membuat lompatan besar dalam kehidupan. Tugas kita adalah mengubah persepsi, yang tidak mungkin, menjadi mungkin. Laut tenang tidak pernah menghasilkan pelaut yang handal.

Dalam buku setebal 208 halaman ini, E. Raharjo memberikan banyak motifasi, tiap bab diawali dengan kisah-kisah inspiratif. Dari sana kita memulai memperbaiki sikap-sikap yang salah dalam keseharian atau pekerjaan, mengambil keputusan terbaik demi masa depan. Yakin pada potensi diri, namun tidak menafikan keberadaan tangan tidak terlihat dalam setiap hasil dari apa yang diusahakan.

Pada saat Anda berpikir mampu ataupun tidak mampu, Anda selalu benar tentang apa yang Anda pikirkan. (Hal 116)

Buku keren ini, adalah hasil rangkuman aktivitas diskusi E. Raharjo di radio Karavan FM dan jaringannya, dalam program Lensa Bisnis. Begitu juga dari berbagai materi seminar, inhouse training, dan program public training/lokakarya di berbagai lembaga pendidikan dan perusahaan. Bertaburan hikmah pada tiap lembarnya, sangat memotivasi bagi pribadi-pribadi yang ingin maju dalam segala hal.

#TantanganRCO4level2
#OneDayOnePosting

Terima kasih, Pakde Wali, buku ini adalah hadiah dari beliau saat kopdar akbar pertama ODOP di Jogja dulu.