Coretan Basayev: April 2021

Baju Lebaran


Jauh sebelum Ramadan, Genduk Nicole naksir sebuah gamis di marketplace langganannya. Harganya mahal sehingga ia sungkan meminta izin beli pada Jon Koplo, suaminya.

Sebagai langkah awal, menjelang Ramadan, Nicole membelikan mukena untuk mertuanya di kampung. Pikirnya, itu akan membuat suaminya senang dan membolehkannya order gamis incaran tersebut.

Sepekan kemudian, Mbok Lady Cempluk, sang mertua, mengabari telah menerima kiriman paket. “Terima kasih, ya, Nduk, mukenanya bisa dipakai besok tarawih. Mana bagus banget bahannya, adem dan nyaman dipakai,” begitu kata Mbok Cempluk saat video call. 

Koplo juga senang melihat keceriaan ibunya. Awal Ramadan, Nicole mencari waktu yang tepat untuk menyampaikan keinginannya. Saat itu, Koplo baru saja pulang dari Salat Tarawih di masjid.

“Yah, ini bagus enggak buat aku?” tanya Nicole sambil memperlihatkan layar HP Androidnya. Koplo melirik sepintas. “Buat Lebaran? Kan kita enggak mudik,” komentar Koplo.

“Lebaran di Jakarta juga wajar pakai baju baru, Yah. Aku boleh order ini, ya?” pinta Nicole.

“Terserah kamu saja,” jawab Koplo tanpa bertanya soal harga. “Alhamdulillah, makasih, Yah,” kata Nicole. Nicole lekas menyelesaikan pembelian melalui internet banking.

Sehari dua hari belum ada kurir mengantar pesanannya, Nicole masih bersabar. Tepat sepekan kemudian, Koplo membacakan pesan Whatsapp dari ibunya di kampung.

“Le, ini ada paket isinya gamis bagus banget buat Simbok, ya? Agak kekecilan sih, tapi tak apalah enggak terlalu ketat juga. Halus banget kainnya,” bunyi pesan itu.

Nicole terpana. Koplo bertanya, “Kamu order buat Simbok juga?”

Nicole menggeleng. Lekas ia buka gawainya, mengecek aplikasi marketplace. “Ya ampun, Yah. Di aplikasi ini untuk orderan barang otomatis pakai alamat terakhir yang dipakai. Aku lupa mengganti alamat ke rumah kita lagi!”

“Jadi gamismu dikirim ke kampung? Dan Simbok pikir itu kiriman buat beliau?” Koplo yang mulai paham akhirnya tertawa ngakak. “Ya sudah telanjur, masak mau kamu minta?”

“Terus gimana dong?” tanya Nicole.
Tinggal order lagi, kan?” jawab Koplo.

“Tapi, harganya mahal lho, Yah!” kata Nicole menyebut harga gamisnya. Koplo kaget bukan main dan enggan memberikan izin pembelian kedua. Lemaslah Nicole dibuatnya.

Pengirim: Wakhid Syamsudin Weru, Sukoharjo

Dimuat di koran Solopos edisi 28 April 2023

3 Tips Tarawih Nggak Ngantuk

3 Tips Tarawih Nggak Ngantuk

Pernahkah kalian mengikuti jamaah salat tarawih dalam keadaan ngantuk berat? Saya rasa semua orang pernah mengalaminya. Nah, kali ini akan saya bagikan tips agar tarawih nggak ngantuk dan ibadah bisa lebih khusyuk.


Sahkah Tarawih dalam Kondisi Ngantuk?

Salat tarawih adalah ibadah khas pada bulan suci Ramadan yang pelaksanaannya secara berjamaah di masjid. Waktunya setelah salat Isya dan biasa digabung seakan menjadi lanjutan dari Isya. Pelaksanaanya pada malam hari itulah mengakibatkan sebagian kita terserang kantuk saat mendirikannya.

Pertanyaan muncul terkait hal itu, sah atau tidak ketika kita tarawih dengan ngantuk berat melanda? Para ulama mengatakan bahwa salat dalam keadaan mengantuk hukumnya tetap sah, namun makruh. Makruh di sini berarti meskipun sah, namun sebaiknya dihindari. Sebaiknya tarawih memang dikerjakan dalam keadaan segar sehingga bisa konsentrasi mengikuti gerakan imam.

Lakukan 3 Hal Ini Agar Tarawih Nggak Ngantuk

Agar kita bisa melaksanakan tarawih dengan baik, setidaknya ada 3 hal yang harus kalian perhatikan. Hal-hal sepele yang bisa diterapkan untuk mengatasi rasa ngantuk saat tarawih agar tak menjadi kebiasaan.

1. Sempatkan Tidur Siang

Selain jam makan yang berubah, jam tidur kita juga berubah saat bulan Ramadan. Yang paling terlihat jelas adalah kita harus membuka mata ketika waktu sahur tiba. Maka wajar saja jam tidur kita berkurang.

Tidur siang hari membuat mata melek saat tarawih.

Tips pertama agar tarawih di malam hari kita terhindar dari rasa ngantuk adalah dengan menyempatkan tidur siang hari. Sebisa mungkin terapkan hal ini. Meski sepele, tapi saya yakin sangat berpengaruh pada kondisi tubuh kita. Mengistirahatkan sejenak anggota badan pada siang hari sebagai ganti jam-jam tidur yang hilang kala sahur.

2. Hindari Berbuka Kekenyangan

Siapa yang senang melampiaskan lapar seharian dengan berbuka puasa sampai kekenyangan? Hati-hati ya, karena kebiasaan inilah yang memicu kalian ngantuk saat tarawih. Berbuka memang wajib bagi kita yang berpuasa, tapi tidak harus dengan mengenyangkan perut secara berlebihan.

Berbuka puasa berlebihan menimbulkan rasa malas saat tarawih.
Perut yang penuh makanan membuat kita tidak leluasa bergerak. Saat itulah rasa ngantuk pun turut hadir. Kekenyangan akan menimbulkan rasa malas yang luar biasa. Maka sebaiknya hindari makan berlebihan saat berbuka puasa agar tarawih nggak ngantuk.

3. Ulangi Wudu

Jika sudah dalam posisi bersiap salat di belakang imam dan rasa kantuk menyerang, kita bisa mengusirnya dengan mengambil wudu lagi. Basuhan air menyegarkan bisa membuat sedikit demi sedikit rasa kantuk menghilang.

Ulangi wudu agar ngantuk hilang.
Manfaatkan jeda antar bagian salat tarawih usai salam dengan takbiratul ikhram untuk mengambil wudu. Tentu kita harus sesegera mungkin agar tak tertinggal gerakan imam. Wudu menjadi satu penolong bagi kita yang ingin mengusir rasa kantuk itu.

Itulah 3 tips agar bisa tarawih dengan khusyuk. Rasa kantuk memang manusiawi, tapi bisa mengganggu ibadah kita. Jangan menyerah pada kondisi seperti ini. Rasa kantuk seringkali membuat kita lengah pada gerakan salat kita. Tentu banyak cerita memalukan kalau diingat terkait ngantuk saat jamaah tarawih. Semoga kita bisa mengatasinya pada tarawih-tarawih mendatang.