√ Musim Layangan - Coretan Basayev

Musim Layangan


Di kampung Jon Koplo, daerah Weru, Sukoharjo, sedang musim layang-layang. Para petani menghalau burung yang menyerbu padi sambil menerbangkan layang-layang di sawah.

Anak-anak dan remaja turut meramaikan dengan aneka model layangan. Alkisah, Genduk Nicole, bocah yang masih duduk di pendidikan anak usia dini (PAUD), ingin mengikuti kakaknya, Tom Gembus, bermain layangan.

Tapi Gembus tidak mau mengajaknya karena merasa terganggu. Mau tak mau, Jon Koplo, bapak kedua bocah itu, menemani Nicole ke sawah membawa layang-layang yang baru dibeli.

Jon Koplo membawa si kecil Nicole ke dekat Gembus dan kawan-kawannya menerbangkan mainan tradisional itu.

Bocah-bocah usia SD itu kesulitan menerbangkan layang-layang. Ada yang sempat meninggi saat ada angin, tapi tak lama kemudian meluncur turun. Sebagian tersangkut pohon pisang.

Gembus berusaha menerbangkan layangan meski jatuh terus. Jon Koplo menawarkan bantuan, tetapi ditolak.

Ya wis, Bapak mau menerbangkan layangan Nicole saja,” kata Koplo.

Koplo segera membantu Nicole menerbangkan laying-layang. Layang-layang Nicole ternyata langsung terbang tinggi. Sayangnya, benangnya hanya pendek.

Melihat layangan adiknya terbang, Gembus mendekat. “Keren, layangan Genduk langsung bisa terbang,” komentarnya.

Melihat Gembus mendekat dengan layangan tergulung, Koplo berkata, “Le, mbok benang kamu disambungkan ke benang Genduk saja biar bisa tinggi. Masak ini terbang cuma segini saja.”

“Iya, Pak, ini pakai saja.”


Koplo memutus layangan Gembus dan menyambungkan benang itu ke benang layangan si adik. Layangan Nicole kian terbang tinggi. “Keren, kan,” kata Koplo senang.

Tapi tiba-tiba terdengar Nicole menangis keras. Koplo lekas bertanya, “Ana apa, Nduk? Kok malah nangis?”

“Layangan Genduk turunin, Pak. Genduk enggak mau layangannya tinggi-tinggi,” rengek Nicole.

Lho, layangan ya bagusnya bisa tinggi, Nduk,” jawab Koplo. “Emoh, turunkan,” Nicole terus menangis.

Woalah, Nduk, layangan sudah bagus bisa terbang tinggi kok malah suruh nurunin.”

“Genduk enggak mau layangannya tinggi. Nanti malah hilang. Turunin, Pak, turunin,” Nicole terus merengek.

Koplo mengalah. Segera ia gulung benang layangan Nicole. Begitu layang-layang turun, Nicole berhenti menangis dan tertawa senang. “Dasar bocah enggak mudeng layangan,” begitu Koplo membatin.

Pengirim: Wakhid Syamsudin
Weru, Sukoharjo

Dimuat di koran Solopos edisi Sabtu, 10 Oktober 2020

Get notifications from this blog

2 komentar

Jangan lupa beri komentar, ya... Semoga jadi ajang silaturahim kita.