√ Mia Chuz: Harus Ada yang Menuliskan Kebaikan - Coretan Basayev

Mia Chuz: Harus Ada yang Menuliskan Kebaikan


Awal bulan Mei tepatnya hari ketiga, dimulai sekira pukul 13:15 WIB, di channel Telegram INDONESIA MENULIS inisiasi KMO Indonesia, berlangsung sharing kepenulisan bersama Mia Chuz, penulis novel Wedding Agreement (2018). Berlimpah ilmu yang sayang untuk dibiarkan menguap. Makanya saya coba membuat resume di blog ini, biar bisa dibaca siapa saja yang berkenan mampir.

Penulis yang terlahir dengan nama Eria Chuzaimiah ini memulai dengan menyapa, “Assalamu’alaikum warrahmatullahi wabarakatuh. Saya ucapkan terima kasih kepada Indonesia Menulis yang memberikan kesempatan kepada saya untuk sharing dengan teman-teman semua. Terima kasih kepada teman-teman yang sudah meluangkan waktu untuk ikut sharing siang ini, insya Allah ada manfaat yang bisa diambil.”

Mia Chuz mengawali karir menulis dengan karya pertamanya Wedding Agreement, yang ternyata terbit secara Self Publishing. Yang mengagumkan, setahun setelah novel itu terbit, tepatnya 8 Agustus 2019, Starvision tertarik dan mengangkatnya ke layar lebar. Luar biasa, novel Self Publishing ternyata juga bisa dijadikan film!

Novel keduanya Rania (Lantunan Cinta di Sepertiga Malam), terbit di KMO Indonesia, kolaborasi bersama Ustaz Nasrullah, penulis sekaligus motivator Rahasia Magnet Rezeki. Lanjut novel ketiga Dearest Mai. “Sebenarnya, Dearest Mai ini adalah cerita yang pertama kali saya tulis di Wattpad,” kenangnya. “Gara-gara Dearest Mai, akhirnya saya ketagihan menulis.”

Penulis yang lahir di Jakarta dan besar di Palembang ini mengaku menulis di usia yang tidak muda lagi. Yakni saat sudah punya 3 anak, dan si sulung kelas 1 SMP.  Awalnya ia tidak merasa punya bakat menulis sama sekali. “Saya hobi baca sejak SD, tetapi tidak pernah menulis. Cerpen pun tidak,” ungkapnya.

Mia menyadari betul bahwa dukungan dari lingkungan itu berpengaruh besar. Banyak teman-teman yang men-support untuk menulis. Terutama sang suami. “Mereka membaca status-status di Facebook saya dan mengatakan tulisan saya enak dibaca. Padahal cuma status biasa, bukan cerpen yang saya post.”

Semula Mia mengabaikan itu semua. Ia tetap merasa tidak bisa menulis. Juga tidak pernah belajar kepenulisan. Sampai pada suatu waktu, perempuan berdarah Minang ini mempunyai alasan yang kuat untuk mencoba menulis. Ketika itu di Wattpad banyak cerita-cerita dewasa yang dengan leluasa bisa diakses oleh semua umur. Tanpa filter. Berawal dari kegelisahan itulah Mia akhirnya memutuskan untuk mencoba menulis.

“Berbekal nihil ilmu kepenulisan, saya menulis. Tujuannya cuma satu. Bisa memberikan alternatif bacaan yang baik untuk remaja. Karena anak saya juga sudah beranjak remaja. Minimal saya membuat tulisan untuk anak-anak saya. Itu saja niatnya. Nggak kepikiran ceritanya akan diterbitkan atau yang lain,” katanya.

Sejalan dengan waktu, tulisan Mia mulai banyak yang baca. Mulai ada yang kasih kritik dan saran, yang membuatnya bertekad untuk lebih belajar lagi agar bisa memberikan tulisan yang baik. Dari satu cerita pindah ke cerita lainnya. “Sampai akhirnya pada cerita saya yang ke-10, Wedding Agreement, ada penerbit yang tertarik untuk menerbitkan tulisan saya. Gimana rasanya? Unbelievable. Extraordinary. Ada yang mau beli novel yang saya tulis itu menurut saya ruarrr biasa!” kenangnya penuh rasa syukur.

Jujur, semula Mia mengaku malu untuk posting tulisan di Wattpad. Malu nanti tidak ada yang baca, atau dikomentari jelek. Sampai-sampai ia pakai akun di Wattpad bukan dengan nama asli agar tak ada yang tahu kalau itu akun miliknya. Mia merasa tidak percaya diri karena sama sekali tak paham bagaimana cara menulis yang baik dan benar.

“Ada saat-saat saya malas menulis. Bahkan sampai sekarang penyakit itu sering muncul. Percayalah, ini sebenarnya musuh utama penulis. Kalau sudah malas, kelar naskah yang belum selesai. Maksudnya kelar, nggak bakalan kelar-kelar,” candanya serius.

Bagi Mia, sebenarnya tak harus ada istilah writers block. Yang jelas itu ada karena kurang berusaha saja. Ketika berhadapan dengan laptop dan merasa blank, lalu meyerah dan menyalahkan writers block. Sebagai penulis ia mengaku sering mengalaminya juga. “Tips yang saya sering gunakan, dari Tere Liye, adalah … TULIS AJA DULU! Iyes. Ini tips yang ampuh buat saya. Nggak tahu mau nulis apa? Tulis aja dulu. Kalau jelek dan nggak berasa feel-nya gimana? Tulis aja dulu, percaya deh. Setelah selesai satu bab, kamu bisa baca ulang dan edit lagi. And it works for me all the time,” yakinnya.

Kendala dalam menulis selalu ada. Pilihan ada di tangan calon penulis, mau menyerah, atau lanjut? Kalau kata Pak Isa Alamsyah, NO EXCUSE! Kita sama-sama evaluasi, kenapa sampai saat ini belum juga menulis? Kenapa sampai saat ini belum menyelesaikan tulisan? Kenapa mencari alasan-alasan atas ketidakmampuan kita menyelesaikan tulisan? Kenapa menyalahkan hal-hal di luar diri kita ketika tidak menulis?

“Mau tahu gimana caranya bisa terus menulis sampai akhir hayat?” tanyanya beretorika. “Caranya: setting niat! Percaya, deh. Setting niat yang bisa mengalahkan semua rasa malas di dunia ini. Buat saya, itu satu-satunya jalan.”

Mia sangat mendukung siapa pun untuk menulis, kalau bisa semua orang menulis hal-hal baik. “Karena kalau kita tidak menulis hal-hal baik, maka akan ada orang lain menulis hal-hal tidak baik,” katanya. “Kalau bukan saya dan teman-teman yang menulis hal baik, siapa lagi? Tapi ingat, kalau bukan kita yang menulis, percayalah, akan terus ada orang-orang yang menulis untuk kebaikan. Bukankah sayang apabila kita tidak termasuk dalam barisan itu? Insya Allah ini menjadi penyemangat bagi saya sendiri untuk terus menulis dan menyelesaikan naskah yang belum selesai-selesai.”

Selanjutnya, Mia memberikan kiat untuk menarik pembaca agar mengunjungi tulisan kita. Meski awal menulis, ia sama sekali tidak memikirkan hal ini. “Yang aku pikirin cuma nulis aja, terus rajin update tulisan. Karena pembaca itu sukanya membaca tulisan yang penulisnya rajin update. Perbaiki kualitas tulisan, karena percaya deh, karya kita yang akan speak for it self. Kalau bagus, pasti akan dibaca orang. Jadi berikan yang terbaik untuk setiap tulisan yang kamu tulis. Sambil promo di media sosial. Pelan-pelan akan terbangun sendiri pembaca kita.”

Agar tulisan itu menarik dibaca dan tidak membosankan pembaca, biasanya Mia minta pendapat dari orang-orang terdekat. Menurutnya, sahabat pasti yang memberikan pendapat yang jujur. Kalau mereka bilang oke, berarti oke. Kalau mereka bilang belum oke, artinya harus memperbaiki tulisan.

Caranya, baca lagi novel-novel penulis favorit kita dan pelajari bagaimana mereka bisa menulis dengan bahasa yang enak dibaca. Amati Tiru Modifikasi. Intinya terus belajar dan jangan mudah menyerah. “A Fuadi saja nggak serta merta bisa menulis novel, lho. Dia perlu belajar selama satu tahun penuh untuk belajar menulis novel. Sampai akhirnya terbit karya yang fenomenal, Negeri 5 Menara. Jadi nggak ada yang instan di dunia ini,” simpulnya.

Mia berkomentar tentang penulis yang menjadikan ekonomi sebagai motivasi dalam menulis. Tidak ada masalah, katanya. Banyak juga yang menjadikan menulis sebagai penghasilan utama untuk keluarga. “Dulu, ketika kuliah di Mesir, Kang Abik menjadikan faktor ekonomi sebagai alasan menulis. Kenapa? Karena dengan beasiswa yang ada, tidak mencukupi kebutuhannya. Beliau perlu uang untuk sewa flat, untuk beli kitab, untuk biaya transportasi, untuk kebutuhan sehari-hari. Kalau tidak menulis, maka fatal akibatnya.”

Niat itu bisa berkembang dan berubah-ubah seiring dengan perjalanan waktu. Apakah ada yang salah dengan motivasi secara ekonomi? Sama sekali tidak, kata Mia. Mencari nafkah untuk keluarga itu kan kewajiban. Dengan adanya uang masuk, banyak kebaikan yang bisa kita lakukan untuk membantu sesama.

Mia juga memberikan kiat membuat pembaca mendapat feel ketika baca tulisan kita. “Ketika menulis, kita harus masuk ke karakter yang kita reka. Ketika dia kesal, kita ikutan kesal. Ketika dia menangis, kita ikutan menangis. Ketika dia malu-malu, kita juga malu-malu. Ketika dia marah, kita juga marah. Ketika kita bisa merasakan apa yang karakter rasakan, maka pembaca juga akan merasakannya. Makanya jangan heran kalau melihat penulis sedang mengetik sambil nangis, itu biasa. He he. Artinya dia ikutan sedih ketika menuliskan karakternya sedang sedih,” begitu katanya.

Selanjutnya, agar cerita tidak bertele-tele, Mia menyarankan membuat plot yang tidak bertele-tele. Gunakan kalimat efektif saat menulis. Fokus, jangan keluar dari plot yang sudah ditetapkan. Bikin outline yang jelas. Ikuti kerangka yang sudah dibuat. “Awal menulis saya nggak pakai outline. Makanya cerita ngelantur ke mana-mana sampai 100 bab. He he, khilaf,” kenangnya. “Kalau sekarang, karena sudah belajar, saya menulis selalu menentukan karakter dulu, terus bikin plot, lalu outline. Setelahnya riset. Awal menulis saya ngambil cerita yang dekat dengan kehidupan saya, jadi risetnya nggak terlalu sulit. Buat saya, penting untuk persiapan yang matang, nggak apa-apa lama awalnya, tapi ketika menuliskan bab per bab, lancar.”

Ketika membuat plot di awal,  Mia sudah tahu ending-nya akan seperti apa. Jadi ia akan mengikut ending yang sudah dibuat itu. “Boleh nggak berubah? Boleh kok. Penulis mah bebas, he he. Tergantung kita mau ending seperti apa,” katanya pula. “Tapi saya sarankan, jangan terlalu sering berubah-ubah. Tetapkan di awal akan seperti apa. Matangkan perencanaan.”

Mia mengingatkan, menulis itu keterampilan. Semakin banyak menulis, maka akan semakin terasah. Jadi, berhentilah membuat alasan dan mulai menulis. Jangan sampai menulis saja belum tapi sudah banyak mengeluh tentang betapa susahnya menulis. “Saya sih berharap teman-teman belum puas dan terus belajar. Dan paling penting dipraktikkan.”

Semoga resume ini bisa menyemangati kita dalam menulis. Kalau mau follow Instagram Mia Chuz bisa di @mia_chuzaimiah, untuk akun Wattpad viveramia. “Kalau berminat membeli novel saya bisa langsung ke gramedia.com dan belanja online di sana. Sebagai bacaan selama di rumah saja,” tutupnya dengan promo.

Bagi teman-teman yang mau gabung di channel kepenulisan di Telegram, klik saja di sini. Dan untuk yang ingin bergabung di grup diskusi silakan klik tautan ini.

Selamat belajar menulis!

Get notifications from this blog

4 komentar

  1. Wah seperti biasa mbak Mia kalau mengisi kulwapp selalu memberikan tips sederhana yang bisa melecut semangat menulis. Makasih mas sudah sharing.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama2 mbak, semoga kita bisa ikuti jejak beliau utk lebih fokus menulis.

      Hapus
  2. Wah, aku baca novelnya + nonton filmnya mba mia ini. Makanya pas lihat postingan ttg beliau langsung tertarik. Thx atas resumenya Kak. Paket komplit kalau kata restoran mah. Infonya dapet, semangat buat nulisnya dapet ��

    Salam,
    Putri #odop9 ��

    BalasHapus

Jangan lupa beri komentar, ya... Semoga jadi ajang silaturahim kita.