√ Ernest Hemingway Peraih Nobel Sastra 1954 - Coretan Basayev

Ernest Hemingway Peraih Nobel Sastra 1954


Ernest Miller Hemingway (1899-1961) adalah pengarang dari Amerika Serikat yang paling terkemuka di sepanjang zaman. Salah satu karyanya, novel The Old Man and The Sea (1952) telah mengantar penulis kelahiran Oak Park, Illinois, 21 Juli 1899 ini, meraih penghargaan Hadiah Nobel Sastra pada tahun 1954. Novel yang ia tulis di Kuba ini juga menang Hadiah Pulitzer 1953 dan Award of Merit Medal for Novel dari American Academy of Letters.

Sebelum sukses sebagai pengarang, Hemingway mengawali karir sebagai wartawan. Ia adalah sosok kontroversial sejak muda. Semasa SMA ia sudah menulis untuk koran sekolah. Meski termasuk berhasil dalam segala aktivitas sekolah, Hemingway sempat dua kali berhenti sekolah dan kabur dari rumah sebelum magang jadi reporter di sebuah koran lokal terbitan Kansas City pada usia 17.

Hemingway juga pernah jadi sopir ambulan pasukan Sekutu di Italia dalam Perang Dunia Pertama dan pulang dalam kondisi luka sebagai pahlawan perang. Lalu ia jadi wartawan muda di mingguan Star Weekly yang terbit di Toronto, Kanada. Di sana ia menulis feature secara berkala.

Hemingway menikah pertama kali saat usia 23, sebelum kemudian pergi keliling Eropa sebagai wartawan lepas. Hingga ia berkenalan dengan para penulis terkemuka kala itu, seperti Gertude Stein, F. Scott Fitzgerald, dan Ezra Pound, dan menerbitkan buku perdananya, Three Stories and Ten Poems pada 1923 di Paris.

Ernest Hemingway menikah empat kali dan menjalin banyak affair selama hidupnya. Tiga pernikahannya kandas dalam perceraian. Sebuah anekdot mengatakan, Hemingway butuh istri berbeda untuk menyelesaikan tiap novel hebatnya. Mary Welch, istri keempatnya yang mendampingi saat menulis The Old Man and The Sea.

Hemingway adalah pecandu alkohol yang akhirnya depresi saat usia 62 karena merasa kehilangan kemampuan menulis. Ia menembak kepalanya sendiri dengan senapan berburu, beberapa hari sebelum ulang tahunnya, tepatnya pada 2 Juli 1961. Peristiwa tragis sang pengarang flamboyan ini terjadi di Ketchum, Idaho. Beberapa anggota keluarganya juga mati bunuh diri, termasuk sang ayah, Clarence, dan dua saudaranya: Ursula dan Leicester. Bahkan belakangan, cucunya yang seorang aktris, Margaux Hemingway, juga ikut jejak akhir hidupnya.

Peninggalan 'abadi' Hemingway di antaranya: In Our Time (1925, kumpulan cerpen), The Sun Also Rises (1926, novel), Men without Woman (1927, kumpulan cerpen), A Farewell to Arms (1929, novel), Death in Afternoon (1932, novel), Winner Takes Nothing (1933, kumpulan cerpen), For Whom the Bell Tolls (1940, novel), A Moveable Feast (1964, memoar), By Line M Hemingway (1967, kumpulan laporan jurnalistik), The Dangerous Summer (1985, novel). dan The Garden of Eden (1986).

Gaya penulisan Hemingway yang khas dicirikan oleh minimalisme yang singkat dan dengan gaya mengecilkan dari keadaan sebenarnya (understatement) dan mempunyai pengaruh yang penting terhadap perkembangan fiksi abad ke-20. Tokoh-tokoh protagonis Hemingway biasanya stoik, seringkali dilihat sebagai proyeksi dari karakternya sendiri-orang-orang yang harus memperlihatkan "keanggunan di bawah tekanan." Banyak dari karyanya dianggap klasik di dalam kanon sastra Amerika.

Get notifications from this blog

10 komentar

  1. Sebegitu ngerinya yaa orang-orang luar itu. Ketika merasa dirinya gagal, mereka langsung ngejudge diri mereka sudah tidak berguna lagi. Padahal hidup bukan untuk itu. ��

    BalasHapus
  2. Balasan
    1. Menurut Stoicisme, penderitaan muncul dari reaksi terangsang pada manusia dengan empat kelas emosi: kesedihan, ketakutan, keinginan dan kesenangan. Cita-cita Stoic adalah untuk mencapai apatheia, yaitu penerimaan dari peristiwa alam, sikap pasif terhadap rasa sakit dan kesenangan, penghapusan reaksi emosional, kurangnya gairah apapun. (Googling, hehe)

      Hapus
  3. Sayang sekali ya mas, penulis dengan banyak karya hebat malah mengakhiri hidup dengan cara yang menyedihkan 😔. Apa ada faktor gen yang membawa penyakit mental semacam depresi di keluarga Hemingway?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Apa mungkin ya, faktor genetika? Entahlah Mbak. Yang pasti depresi kelas tinggi tanpa iman akan menimbulkan reaksi yg tidak baik, seperti itu misalnya.

      Hapus
  4. endingnya serem, Mas. su'ul khatimah..

    BalasHapus
  5. Sedih kalaubaca soal yg bunuh diri

    BalasHapus

Jangan lupa beri komentar, ya... Semoga jadi ajang silaturahim kita.