√ [Boleh Usul Judul] - Coretan Basayev

[Boleh Usul Judul]


"Anak-anak, hari ini saya lagi malas sekali mengajar," curhat Bu Wiwid di depan kelas.

"Kok malas, sih, Bu?" tanya Saki, murid paling bandel, "padahal saya sedang semangat-semangatnya buat menimba ilmu."

Bu Wiwid menatap mata Saki dengan tatapan tidak percaya akan perkataan muridnya itu, membuat Saki salah tingkah. Segera ia meralat, "Maaf, Bu, saya juga malas belajar hari ini."

"Itu, baru kamu," sahut Bu Wiwid sambil tersenyum.

"Maaf, Bu. Mengapa Bu Wiwid sebagai Guru Teladan 2017 versi majalah sekolah kita ini mendadak malas mengajar?" tanya Tian, murid paling cerdas di antara teman semejanya.

"Ibu sedang dilanda rindu dan benci yang menyatu."

Huuuu... Seisi kelas menyambut ucapan guru mereka dengan seruan gemuruh ke seantero ruangan.

"Tenang, teman-teman, tenang!" Dwi si ketua kelas segera menenangkan suasana. Seketika kelas pun tenang. Rupanya Dwi memang memiliki pengaruh yang tinggi di depan teman-temannya.

Dwi lalu memandang Bu Wiwid. "Maaf, Bu. Sebaiknya Ibu jangan membawa masalah pribadi seperti itu di depan murid-murid. Kasihani kami, Bu. Mumpung kami masih kecil, biarkan kami menikmati hidup tanpa beban rindu dan benci seperti itu."

Bu Wiwid mengangguk. Setuju dengan perkataan sang ketua kelas. "Bagus, Dwi. Kamu memang cerdas dan bijaksana. Kamu Ibu beri hadiah sepeda."

"Terima kasih, Bu."

Saki terlihat gusar. "Bu wiwid yang terhormat, jangan pilih kasih. Jangan hanya Dwi yang dikasih sepeda. Kita yang lain juga mau! Tidak hanya Dwi yang cerdas dan bijaksana. Saya bandel-bandel begini juga cerdas dan bijaksana dan layak diberi hadiah sepeda."

Bu Wiwid menatap mata Saki dengan tatapan tidak percaya akan perkataan muridnya itu, membuat Saki salah tingkah. Segera ia meralat, "Maaf, Bu,maksud saya... memang Dwi sebagai ketua kelas sangat cerdas dan bijaiksana. Saya mah enggak."

"Itu, baru kamu," sahut Bu Wiwid sambil tersenyum.

Bu Wiwid lalu memandangi seluruh penghuni ruangan. "Baiklah, hari ini jam Ibu akan Ibu isi dengan tebak-tebakan. Yang bisa jawab saya kasih hadiah sepeda."

Horee.... Seisi kelas menyambut ucapan guru mereka dengan seruan gemuruh ke seantero ruangan.

"Tenang, teman-teman, tenang!" Dwi si ketua kelas segera menenangkan suasana. Seketika kelas pun tenang. Rupanya Dwi memang memiliki pengaruh yang tinggi di depan teman-temannya.

Dwi lalu memandang Bu Wiwid. "Baiklah, Bu. Silakan mau memberi soal tebakan seperti apa."

"Baiklah, anak-anakku. Siap-siaplah kalian. Yang bisa jawab langsung acungkan jari. Nanti Ibu tunjuk dulu baru boleh jawab. Oke?"

Oke... Seisi kelas menyambut ucapan guru mereka dengan seruan gemuruh ke seantero ruangan.

Bu Wiwid lalu memandangi seluruh penghuni ruangan. "Soalnya adalah: Ada sebuah kata terdiri dari enam huruf. Lalu diambil huruf depannya satu, yakni huruf T. Maka kata itu tinggal empat. Ingat ya, kata terdiri enam huruf, diambil huruf depannya satu, tinggal empat. Nah, tebaklah kata apa itu?"

"Kalau enam huruf diambil satu huruf ya pasti tinggal lima huruf, Bu. Masak jadi empat. Ibu memang guru bahasa Indonesia, tapi masak ilmu dasar matematika saja tidak bisa? Enam kurangi satu jadinya lima dong!" protes Saki.

Bu Wiwid menatap mata Saki dengan tatapan tidak percaya akan perkataan muridnya itu, membuat Saki salah tingkah. Segera ia meralat, "Maaf, Bu,saya bercanda. Soalnya saya bingung jawabannya apa."

Bu Wiwid lalu memandangi seluruh penghuni ruangan. "Silakan yang mau nebak kata apakah itu, boleh acungkan jari."

Kelas hening.

"Sepeda menanti kalian."

Mendengar hadiah yang dijanjikan. Maka serentak seluruh penghuni kelas mengacungkan jari mereka nyaris bersamaan. Bu Wiwid jadi kelabakan, bingung mana yang ngacung duluan.

"Karena kalian ngacung bersamaan, maka Ibu tidak bisa menunjuk satu. Sekarang kalian tulis saja jawaban di kertas, lalu kumpulkan. Tenang saja, jawaban akan Ibu rahasiakan."

Mendengar itu, Saki segera bertanya, "Kalau semua benar, berarti semua dapat sepeda, Bu? Apa Ibu tidak keberatan?"

Bu Wiwid menatap mata Saki dengan tatapan tidak percaya akan perkataan muridnya itu, membuat Saki salah tingkah. Segera ia meralat, "Maaf, Bu,saya bercanda. Ibu kan punya toko sepeda, jadi pasti tidak akan terasa berat."

Seluruh murid menuliskan jawaban di kertas. Dan Bu Wiwid memenuhi janji untuk merahasiakan jawaban mereka. Merahasiakan jawaban mereka di Tempat yang aman.

SEKIAN

#30DWC Kata Kunci: GEMURUH dan EMPAT.






Get notifications from this blog

6 komentar

  1. cerdas euy, kereeennn ...!

    Jadi jawabannya apa? msh rahasia ya? :-?

    BalasHapus
  2. Ajarin nulis cerpen yang seru begini dong mas 😌
    Aku beneran bayangin geng fiksi di kelas itu 😂
    btw agak jleb sama:
    "Mumpung kami masih kecil, biarkan kami menikmati hidup tanpa beban rindu dan benci seperti itu"
    *berasa orang dewasa itu ribet aja :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. Coba deh bikin. Sambil bayangin aja geng fiksi dalam satu ruangan nyata. Ngalir sendiri kok nantinya. :>)

      Hapus

Jangan lupa beri komentar, ya... Semoga jadi ajang silaturahim kita.