√ Ketika Melirik Penerbit Indie - Coretan Basayev

Ketika Melirik Penerbit Indie


Ketika penerbit mayor belum bisa kita tembus, ada kalanya seorang penulis pemula mulai melirik penerbit indie atau penerbit minor atau self publishing. Meski kadang pilihan seperti ini bukan sesuatu yang dianjurkan karena ribetnya dan sulitnya pemasaran buku.

Penerbit indie di Indonesia pun mulai menjamur, banyak bermunculan untuk menjawab keinginan para penulis yang ingin menerbitkan karyanya pada jalur self publishing. Sebut saja Indie Book Corner, Hamasah, Omahsore, Nulisbuku, Halaman Moeka, Jejak Publisher, Penerbit Asrifa, Ae Publishing, Zukzez Express, Leutika Prio, dan masih banyak lagi yang belum tersebutkan.

Apa keunggulan menerbitkan secara indie? Yang jelas bebas antrian, tidak menolak naskah apapun, prosentase keuntungan lebih tinggi jika mampu terjual, dan buku terbit sesuai keinginan penulis.

Sementara kelemahan penerbit indie jika kita pilih, adalah kita harus siap modal, karena rata-rata tarif menerbitkan buku berkisar ratusan ribu bahkan jutaan. Memang ada yang menggratiskan penerbitan tapi dengan catatan, harus melakukan editing, layout, dan desain cover sendiri. Serba repot, ya?

Pada penerbitan indie memang minim kualitas kontrol, ini menjadikan keengganan sendiri bagi calon pembeli. Apalagi secara kualitas tulisan, tidak ada seleksi sama sekali dari pihak penerbit. Tentu butuh strategi tersendiri agar buku bisa terjual. Paling tidak harus punya komunitas yang di dalamnya ada potensi peminat karya si penulis.

Secara umum, penerbit indie hanya melakukan cetak ketika buku ada yang memesan, atau istilahnya POD (print on demand). Jadi meski hanya 1 atau 2 eksemplar saja, tetap bisa dilayani. Tentu hal ini sangat mempengaruhi harga jual buku jika dibanding dengan buku-buku terbitan penerbit mayor. Buku indie cenderung lebih mahal. Jika menghendaki buku bisa dijual lebih miring atau murah, penerbit indie biasanya memasang tarif khusus dengan jumlah eksemplar yang banyak. Semakin banyak cetak semakin murah. Dan semua kembali kepada penulis, modal harus besar, dan risiko tidak bisa terjual juga harus dipertimbangkan.

Barangkali jika penulis adalah seorang pembicara pada seminar-seminar atau acara-acara tertentu, bisa jadi pilihan penerbitan indie ini termasuk pilihan tepat karena bisa meraih calon pembeli yang banyak. Tidak perlu ribet urusan royalti dengan penerbit mayor, bahkan tidak perlu berlama-lama menunggu buku dalam antrian terbit.

Selain itu, beberapa penerbit indie juga aktif menggelar lomba menulis untuk menjaring para penulis pemula. Jika itu menyediakan hadiah maka memang itu adalah perlombaan. Tapi tidak jarang penerbit indie melakukannya sekedar untuk audisi antologi saja dan tidak menyediakan hadiah, maka itu hanya sebuah politik promosi agar setelah buku terbit maka penulis harus membeli buku hasil audisi jika ingin memiliki. Penulis pemula yang masuk dalam buku antologi juga merupakan sales promotor tersendiri, karena secara logika mereka akan turut promosi baik online maupun offline, tentu ini sangat menguntungkan. Maka, kita harus bijak dalam berindie ria.

Menerbitkan secara indie biasanya juga dipilih para penulis khususnya pemula sebagai ajang eksistensi diri di kancah kepenulisan. Ketika seseorang menerbitkan buku meski itu jalur indie, maka ia akan memiliki sebuah kebanggaan dan kepuasan tersendiri saat buku dengan namanya sebagai penulis sudah ada di tangan. Sudah bisa dibaca oleh siapa saja.

Terkadang, dengan menerbitkan buku sendiri, penulis pemula bisa menjadikannya pelecut, sumber semangat, agar kedepannya memiliki greget untuk meraih tahapan yang lebih tinggi, semisal menargetkan untuk bisa menembus mayor. Menerbitkan secara indie bisa sebagai sarana berproses agar tetap bisa konsisten dalam menulia.

Apapun pilihan kita, berminat berindie ria ataukah terus berusaha menembus penerbit mayor, adalah hak kita atas tulisan kita. Yang terpenting adalah kita tetap menjaga konsistensi kita dalam menulis, apalagi yang memang meniatkan menulis untuk berbagi manfaat dan inspirasi.

Insya Allah saya akan membahas beberapa penerbit indie yang pernah saya gunakan jasanya untuk penerbitan buku pada postingan yang akan datang. Sekadar berbagi pengalaman saja, barangkali juga sebagai bahan rujukan bagi yang mencoba jalur indie ini. Ada yang gratisan ada pula yang berbayar.

Get notifications from this blog

2 komentar

  1. Aku juga mau mencoba penerbit indie. Terima kasih sharingnya mas Wakhid

    BalasHapus

Jangan lupa beri komentar, ya... Semoga jadi ajang silaturahim kita.