√ Cukup Ridhamu, Ibu - Coretan Basayev

Cukup Ridhamu, Ibu


Serial Lembar Ibrah
Dalam kisah Uwais Al Qarni Cukup Ridhamu, Ibu
Dikisahkan oleh Suden Basayev

"Uwais," panggil perempuan tua yang lumpuh itu kepada anak laki-lakinya.

Anak muda itu berpenyakit sopak, yang membuat tubuhnya menjadi belang-belang. Cacat yang membuatnya tak dihiraukan orang. Ia mendekati sang ibu yang memanggilnya. "Iya, Ibu. Apa yang bisa kulakukan untukmu?"

"Anakku, aku tidak tahu berapa lama lagi hidup di dunia ini. Tapi ada satu hal yang sangat kuinginkan," katanya lemah sambil menatap wajah Uwais.

"Apa, Ibu? Katakan, aku pasti melaksanakan perintahmu," kata Uwais tanpa keraguan.

"Ibu ingin berhaji, Nak."

Uwais tertegun. Berhaji? Ke Mekah? Dari Yaman, tempatnya tinggal bersama sang ibu, harus melewati padang tandus yang panas untuk sampai ke Mekah. Biasanya orang berhaji menaiki unta dan membawa banyak bekal. Tapi Uwais dan ibunya tidak punya apapun. Kemiskinannya membuat hal itu sangat sulit dilaksanakan. Tapi Uwais tak pernah sekalipun mengecewakan sang ibu perihal permintaannya.

Uwais kebingungan. Ia membawa uang tak seberapa ke pasar hewan. Di sana ia bertanya-tanya harga seekor unta. Tak cukup uangnya. Hanya sekor anak lembu kecil yang berhasil ia beli.

Uwais membuatkan kandang di puncak bukit. Setiap hari ia membawa lembu kecilnya naik-turun bukit. Tapi tidak dengan menuntunnya, melainkan dengan menggendongnya. Dan itu dilakukan setiap hari.

"Uwais, kau gila? Untuk apa anak lembu kau gendong setiap hari? Kurang kerjaan kau ini!" begitu para tetangga mengomentari kelakuannya. Hanya senyuman untuk menjawabnya. Uwais tidak peduli kata-kata mereka.

Delapan bulan berlalu dan lembu itu jadi cukup besar dan berat, tapi Uwais tak pernah berhenti menggendongnya setiap pagi dan sore.

"Ibu, musim haji sudah hampir tiba," kata Uwais di dekat ibunya yang terbaring lemah.

"Untuk apa kau mengingatkan hal itu, Uwais. Kau mau membuatku sedih?"

"Tidak, Ibu. Mana mungkin aku berani begitu."

"Lalu apa maksudmu?"

Uwais menghela napas sejenak. "Aku akan menggendongmu ke Mekah, Ibu. Ke Baitullah untuk berhaji."

Sang ibu memandang anak laki-lakinya itu. "Tidak mungkin, Uwais. Mekah jauh dan jalan kesana melewati gurun tandus..."

"Yakinlah, Ibu. Aku kuat. Kau lihat lembuku yang sebesar itu, tiap hari aku menggendongnya. Aku tidak merasa berat, Bu. Allah memberikanku kekuatan. Mari, Ibu. Uwais akan mewujudkan mimpi Ibu berhaji."

Sang ibu masih terperangah tidak percaya. Tapi Uwais sudah menyiapkan bekal seperlunya. Dan ia sudah siap membawa sang ibu ke Mekah dengan menggendongnya.

Atas kehendak Allah, Uwais berhasil membawa ibunya ke Mekah. Seluruh tata cara dan rukun haji dilakukan dalam gendongan sang anak. Bercucuran tangis sang ibu sepanjang berhaji.

"Ya, Allah... ampunilah dosa Ibu," doa Uwais tiada henti.

"Uwais, kau hanya memintakan ampun dosaku? Bagaimana denganmu?" tegur sang ibu.

"Ketika Allah mengampuni dosamu, maka surga untukmu, Ibu," jawab Uwais.

"Dan kau?"

"Cukup ridhamu, Ibu. Itu yang akan membawaku ke surga...," jawab Uwais tulus.

Sang ibu kembali bercucuran air mata. Erat dipeluknya sang anak. "Ibu ridha... Ibu ridha padamu, anakku...."

# Semoga bisa konsisten nulis serial ini, kelak kalau sudah banyak siapa tahu bisa dibukukan. Hehe...

Get notifications from this blog

4 komentar

  1. Masya Allah, terima kasih banyak ceritanya, sgt mengharukan.. :')

    sdg diriku? apa yg tlh kukorbankan buat ibu?? :'((

    BalasHapus
  2. Kisah yang sangat menginspirasi. Ditunggu kisah selanjutnya, semoga jadi buku. Aamiin :)

    BalasHapus

Jangan lupa beri komentar, ya... Semoga jadi ajang silaturahim kita.