Coretan Basayev: Juni 2012

Alhamdulillah, Dapat Rezeki dari Mbak Irhayati Harun

Sebuah lomba menulis lagi, nih. Kali ini yang mengadakan Mbak Irhayati Harun. Lombanya bertajuk Ketika Aku Terpuruk. Peserta dipersilakan mengisahkan cerita nyata alias true story tentang kondisi saat terpuruk.

Segera kukirimkan kisahku berjudul Terpuruk di Kegetiran Cinta. Siapa tahu bisa menang, meski tidak dicantumkan hadiah bagi pemenangnya nanti.

Update peserta dirilis di notes FB penyelenggara dan namaku sudah masuk daftar. Tiga puluhan lebih peserta. Tidak masalah. Menang dan kalah kan hal yang lumrah.

Dan... pengumuman pemenang pun diposting Mbak Irhati Harun! Alhamdulillah, aku termasuk yang beruntung mendapat hadiah uang tunai 100 ribu rupiah! Terima kasih, Mbak...

Jumat di Sumurkluwih

Pulang dari tempat kerjaan ketika mentari sudah nyaris di atas kepala. Hmm..., harus lekas mampir ke masjid terdekat nih, agar tidak terlambat Shalat Jumat.

Melewati depan Ponpes Darul Fithrah Pomahan aku belum membelokkan motor ke masjid di kawasan ponpes itu. Aku ingat di depan nanti masih ada satu lagi masjid terdekat. Ya, kubelokkan ke sebuah masjid di pinggir jalan seberang saluran irigasi. Masjid di Dukuh Ngadipiro, sekitar Sumurkluwih.

Begitu kuparkir motor, kulihat baru ada satu motor di parkiran. Dari dalam terdengar suara seorang bapak yang sedang membaca Alquran. Beliau di dalam pun sendirian saja.

Aku ke kamar kecil. Kebelet pipis juga nih, ceritanya. Memastikan pembaca tidak mengintip, segera aku buang air kecil. Kelar itu, aku berwudhu di padasan. Iya, setelah buang air tentu disentor dong!

Masuk masjid. Aku tidak asing dengan suasana dalam masjid, soalnya beberapa waktu dulu ketika masih di Setia Optik, aku pernah beberapa kali singgah di masjid ini untuk shalat dan istirahat menunggu waktu promosi kacamata di kampung-kampung sekitar. Hanya saja seingatku, ini adalah kali pertama hendak Shalat Jumat di sini.

Usai shalat sunnah, kulirik jam dinding sudah menunjukkan pukul 12:00 WIB. Tapi belum muncul jamaah yang lain. Beberapa saat kemudian datang seorang bapak lagi. Di luar ada seorang anak berkalung sarung, pasti juga mau Jumatan di sini.

Si bapak yang datang paling awal tadi mengakhiri bacaan Qurannya. Lantas berjalan mendekatiku.

“Mas, tolong jenengan azan, nggih. Sini rata-rata mualaf, kalau sudah azan baru pada datang,” kata si bapak berbisik dekatku.

Aku mengannguk dan lekas berdiri mendekat mimbar. Beliau naik mimbar, mengucap salam tanpa mikropon. Aku menyusul dengan suara azanku yang merdu nian, juga tanpa mikropon.

Benar saja, tak lama kemudian, berdatangan jamaah yang mengikuti Shalat Jumat di masjid ini. Dua khotbah terlaksana. Dan dilanjut shalat dua rakaat Shalat Jumat. Hadir tak genap 40 orang yang ikut berjamaah.

Seusai Shalat Jumat, aku pulang tentu saja, karena tak mungkin menginap. Hehe. Nggak lucu, ya. Sambil jalan pulang itulah aku mulai berpikir. Bukankah masjid tadi dekat dengan Ponpes Darul Fithrah? Dan tak begitu jauh, juga dekat Dukuh Nuricik, salah satu kampung basis PKS. Apa yang salah? Tidak ada yang salah. Hanya aku berpikir, kemana mereka? Apa dakwah dan kepedulian mereka tidak sampai ke masjid tersebut? Entahlah. Aku hanya menulis karena merasa terusik untuk menuliskan ini. Dan, kebetulan di tempat kerja lagi tidak banyak yang harus diselesaikan.

Semoga ada yang bisa mengambil manfaat dari coretan ini.