Coretan Basayev: Juni 2011

Aku, Bunda!

akulah yang memaksamu memuntahkan seluruh makanan yang baru masuk ke lambungmu
membuatmu mual, merasakan morning sickness yang melelahkan
aku, bunda, yang barusan memenangkan piala kejuaraan berebut ovum
mengalahkan seribu satu spermatozoid, menumbangkan mimpi mereka, mengantarku kepada harapan indah menjadi family hoping di tengahmu dan ayah!
yang akan merebut kasihsayang, menyita finansial, meminta waktumu tanpa jeda
sembilan bulan, bahkan seumur hidupmu nantinya

tapi kulihat senyum itu
senyum bahagia bunda melihat hasil tes urine dengan strip test pack
saat human chorionic gonadotropin terdeteksi
mengindikasi keberadaanku
aku, bunda, yang belum-belum sudah menyusahkanmu

Tergerus Subuh

Aku kesetanan
di malam penuh dendam
saat gelap memekat dalam
menjadikanmu lebur dengan alam

Asal kau senang
asal kau menang
aku rela merentang
di jejaring nafsu iblis mengguncang

Asa punah
tak ada niat pun berbenah
ditelan bungkahan tanah
dan aku lelah!

Hingga senandung subuh
mulai merengkuh
aku melenguh
tergerus segala angkuh

Adakah pintu masih terbuka, tuhan ...

Sayangku Padamu

puteriku sayang,
cukuplah, biar sementara ini kau mengadu pada bantal-guling di kamarmu
tentang ayah yang otoriter
atau ayah yang suka melarangmu ini-itu
: harapku, kelak kau mengerti mengapa ayah begini

iya, ayah memang keterlaluan
ayah hanya ketakutan
ketakutan yang bagi ayah sangatlah beralasan
meski di matamu tak seharusnya begini ayah lakukan

Rezeki

Rezeki mutlak Allah-lah yang menentukan.

Siang panas dengan sinar matahari memanggang. Seperti biasa, terik di atas kepala itu tidak menghalangi langkahku membagikan brosur undangan kepada warga untuk menghadiri demo/ promosi (keur) kacamata. Kali ini di rumah Pak RT dukuh Gangin Lor, Karakan. Menembus panas siang, tentu dengan harapan doa agar pas jam demo banyak yang datang untuk cek ketajaman penglihatan mata (keur) dan tentu saja membeli kacamata.

Kemarin, panas mentari juga menemani, tidak satupun warga datang memenuhi undanganku. Artinya, semaksimal apapun usaha kita sebagai manusia, belum tentu Allah menghendaki rezeki menghampiri.

Sepi Merindu

karena hati terkukung sepi
keinginan yang tiada ditanggapi
harap demi harap kadang muncul lantas menepi
padahal waktu sudah kukemas sedemikian rapi

mengapa begitu tega kau tidak datang
buah cinta di kebun duka sudah terlanjur matang
akankah terbiar membusuk di pucuk batang
terlalu jauhkah engkau, lebih jauh dari gemintang?

kesalahanku adalah berharap
kepedihan yang menyergap
terlalu kerap
hingga mulut takdir makin gagap

haruskah cinta ini berubah menjadi benci
haruskah pujianku bergantikan caci
haruskah segala pemberian kuungkit rinci
musnah ikhlas diloker laci

teruslah dengan maumu
kejarlah mimpi-mimpi semu
kita tak perlu lagi bertemu
aku muak rayumu

turen brumbung, 07062011

Hingga Detak Jantungku Berhenti


Judul : Hingga Detak Jantungku Berhenti
Penulis : Nurul F Huda
Penerbit : Jendela, Dzikrul Hakim
Tebal : 272 halaman
Tahun : 2011

Bersyukurlah, sebagaimana Nurul F Huda menikmati kehidupannya. Tidak mudah menjadi pribadi seperti Nurul. Allah Swt yang paling berhak memilih hamba-Nya untuk berbicara pada ummat tentang bagaimana memaknai kehidupan dengan syukur. Dan kali ini, Dia memilih Nurul F Huda.

Nurul adalah bocah kelas 5 SD yang tomboy, tahan banting, selincah bola bekel, dan hampir tidak bisa dibedakan dengan anak laki-laki, karena keaktifannya, termasuk penampilan, dengan rambut pendek, celana, dan kaus. Ya, paling tidak sampai kelas 5 SD itulah, Nurul termasuk anak yang aktif, baik di sekolah maupun di rumah. Hingga saat ia mendadak menjadi sering sesak napas, mudah lelah, berkeringat dingin, dan memucat. Hingga saat diperiksakan ke dokter, Nurul didiagnosa memiliki kelainan jantung!


Dalam buku lakon hidupnya ini, Nurul bercerita banyak tentang keadaan dirinya dari sejak divonis memiliki kelainan jantung. Bagaimana ia harus meminum obat setiap hari dan cek setiap bulan ke dokter. Sangat manusiawi ketika Nurul mempertanyakan mengapa ini menimpa padanya. Tapi sungguh luarbiasa ketika akhirnya wanita perkasa ini menemukan dirinya sebagai hamba yang tabah menjalani takdir dari tuhannya. Bahkan ia tersenyum dalam dukalara. Derita yang membawanya pada cahaya. Jilbab, taklim, dan dakwah pena.

Bacalah buku luarbiasa ini, Anda akan menemukan Nurul F Huda, yang barangkali hanya Anda kenal lewat karya-karyanya yang banyak bertebaran. Di dalamnya, akan Anda temukan sosok pilihan Allah, yang mampu menjadikan derita sebagai kebahagiaan.

Nurul dengan fasihnya berkisah, bagaimana akhirnya dokter menyatakan ia harus dioperasi. Dibedah kulitnya, digergaji tulang dadanya untuk mempermudah mengangkat jantung. Lalu jantungnya diangkat, dibelah, dan mengganti katubnya dengan katub jantung buatan. Setelah selesai, jantung ditutup lukanya, tulang dadanya dikaitkan dengan kawat, barulah kulit dijahit. Betapa luarbiasa juga Abah dan Ibu menunggu proses operasinya yang semula diperkirakan 4 jam ternyata berlangsung 10 jam!

Tidak hanya itu, Nurul akan banyak bercerita juga, tentang mengerikannya saat pencabutan benang pasca kering luka operasi, penyedotan air yang merendam jantungnya, saat operasi mengeluarkan jarum yang menancap di telapak kakinya, juga operasi lutut ketika kecelakaan.

Belum cukup mengerikan ceritanya? Nurul akan membuat Anda turut merasakan deritanya saat ia mengandung. Bagaimana seorang pengguna katub jantung buatan harus menjalani kehamilan, ketika ia harus menjalani terapi menggunakan komarin yang harus disuntikkannya sendiri di lengan setiap hari, demi perkembangan janin dalam rahimnya. Jujur, saya sering berhenti membaca, menunda melanjutkan, karena tidak tahan membayangkan betapa mengerikan apa yang Nurul jalani.

Dari semua lakon hidup itu, banyak pelajaran yang Nurul bagikan. Bagaimana kita harus bersyukur dengan apa yang Allah tentukan. Memaknai setiap kisah hidup dengan senyuman. Seperti Nurul memotivasi diri dengan menyatakan, bahwa Rasulullah pun pernah dibelah dadanya.

Membaca buku ini, Anda tidak semata diajak menikmati kengerian perawatan medis yang dijalani Nurul hampir sepanjang usianya, tapi lebih luarbiasa dari itu semua adalah, bagaimana kita 'diajari' Nurul lebih bersyukur. Kalau Nurul dengan kondisinya seperti itu tidak lepas dari bersyukur, bagaimana dengan kita yang Allah beri kesehatan secara cuma-cuma?

Dalam buku ini, Nurul selain mengungkap profesionalisme dunia kedokteran dengan segala layanan dan kontribusi dalam kesehatan, juga membuktikan betapa semua ilmu manusia itu sangat remeh dibandingkan dengan kuasa Allah. Nurul telah membuktikannya. Bacalah!

Nurul menuntaskan lakon hidupnya ini sampai saat ia jadi single parent untuk kedua anaknya pasca berpisah dengan suami. Begitu buku ini diterbitkan dan publish di Facebook, saya langsung kepengin membelinya. Saya belum bisa pesan secepat mungkin karena budget belum ada.

Tanggal 11 Mei saya kirim inbox ke akun Nurul F Huda Full, "Mbak, mau pesan Hingga Detak Jantungku Berhenti. Harga+ongkir berapa? Rek BCA ya kalo ada. (alamat Sukoharjo, Jateng, kalo udah transfer nanti saya kirimkan alamat lengkape)."

Lama saya menunggu konfirmasi balasan dari penulis luarbiasa itu. Belum ada balasan, sampai di Facebook heboh sebuah berita duka: "....Innalillahi wa inna ilaihi roji'un.... Telah meninggal dunia Nurul F Huda, seorang penulis sekaligus pendiri FLP Jogja, hari Rabu 18 Mei 2011 pukul 03.15 WIB di RS Sardjito Yogyakarta."

Entah mengapa, seperti ada yang menyentak dada saya. Saya tidak mengenal siapa Nurul F Huda, tapi berita duka itu telah membuat saya bergetar hebat.

Akhirnya, saya berhasil mendapatkan buku luarbiasa almarhumah Nurul F Huda melalui Bunda Pipiet Senja. Buku luarbiasa yang sangat recommended! Selamat jalan, Nurul F Huda. Jadilah bidadari, sebagaimana doamu di halaman Persembahan buku terakhirmu ini. Teriring doa kami untukmu.

Sungguh, tak rugi Anda membaca buku hebat ini. Dan jangan hanya membaca, melainkan BELILAH! Karena keuntungan royalti almarhumah sangat dibutuhkan, untuk kedua anak yatim piatu yang ditinggalkannya. Demikian, semoga bermanfaat!

02062011 00:27