Coretan Basayev: April 2011

Tega

Pulang kerja sekaligus menjemput istri dan mampir puskesmas, jenguk ibunya Mas Sisri yang sakit. Istriku tadi juga menjenguk anaknya Mbak Erna, teman kerja yang menggantikan Mbak Peh, yang sakit demam.

Di sebelah ibunya Mas Sisri, ada anak kecil yang juga dirawat. Kata dokter si anak harus pindah ke rumah sakit lain yang lebih besar karena tidak bisa hanya dirawat di puskesmas. Aku tak begitu paham sakit apa. Aku hanya terusik cerita Ana, anak Mas Sisri tentang keluarga anak yang sakit itu.

"Kasihan sekali, itu ibunya mengurusi sendiri anak yang sakit. Suaminya tukang judi nggak mau peduli sama anaknya," cerita si Ana.

Saat jalan pulang, istriku juga berkisah, "Yah, tadi pas jenguk anaknya Mbak Erna, kasihan, masak yang jagain Mbak Erna sendiri sama adiknya. Katanya dari semalam nggak ada yang gantiin jaga."

Waduh!

Sudah lewat jam 10 saat aku meninggalkan kantor (hehe, sekarang pakai acara 'ngantor' segala nih!) menuju Dukuh Lemahbang, Candirejo, Semin, Gunungkidul. Hari ini mau promosi alias demo keur kacamata di RT 08 RW 09. Iyak, emang betul, ini sudah masuk DIY. Jadi bisa disebut promo antar provinsi, meski cuma di perbatasan.

Sesampainya di Lemahbang, aku ke rumah Pak RT 01 dulu buat booking tempat untuk demo berikutnya. Setelah itu, memulai membagikan brosur undangan ke warga RT 09, sudah jam setengah duabelas. Pas siang terik-teriknya! Dimulai dari rumah warga paling utara dekat perempatan.

"Bu, mau ngasih undangan promosi di rumah Pak RT jam dua nanti," kataku dalam bahasa Jawa sehalus mungkin.

"Iya, Mas, makasih," jawab si Ibu sambil menerima kertas undangan yang kuulurkan.

Sepucuk Surat untuk Rasulullah


Sepucuk Surat untuk Rasulullah
Harga : 39.900

Penulis : Ady Azzumar, dkk
Kata Pengantar : Sinta Yudisia
Editor : Emzy Azzam
Desain Sampul : Akhi Dirman Al-Amin
Pemeriksa Aksara : Dudy Art
Penerbit : Inzpirazone Publishing
Cetakan 1 : April 2011


Alhamdulillah, aku adalah salah satu penulis yang naskahnya dimuat dalam buku ini.

Endorsment:
"Setiap kali menelisik karya anak FLP, saya senantiasa menemukan semangat, cinta dan dakwah yang tinggi. Semuanya berawal dari ketulusan dan keikhlasan berkarya, mengabdi dan demi mencerahkan ummat. Maka, buku inipun telah mencakup semuanya itu. Salam Kreatif dalam Cinta dan Dakwah!" (Pipiet Senja, novelis asli Sumedang)

Senyuman Bidadari

Awalnya, saya menulis cerpen untuk saya baca sendiri. Lalu saya coba tawarkan teman-teman membacanya. Pertama kali saya membuat 6 judul cerpen, semua bernuansa Islami. Saya ketik, saya jadikan sebuah buku kumcer, di-fotocopy dan dijilid sendiri dengan sedikit sentuhan kreatifitas. Sampul saya buat sendiri dengan bantuan seorang teman, jadilah sebuah buku utuh pertama. Tentu dengan kwalitas seadanya. Sampul hasil print dengan kertas foto, isinya fotocopy HVS.

Kumcer berisi 6 judul cerpen itu saya pinjamkan ke teman-teman. Setiap peminjam wajib mengisi form lembar komentar yang berisi kritik dan saran setelah membaca keenam cerita tersebut, dan memilih satu cerpen favorit. Tak disangka banyak juga yang berkenan membaca. Jadilah buku digilir teman-teman. Bahkan buku beredar lama sekali, yang pulang ke saya adalah lembaran-lembaran komentar para peminjam.

Dari kritik dan saran teman-teman, saya melakukan banyak perbaikan dalam menulis. Sampai saya buat 6 cerpen lagi. Saya perlakukan sama dengan keenam cerpen pertama. Para peminjam pun memenuhi lembaran-lembaran komentar dengan kritik dan saran mereka. Beberapa cerpen jadi favorit mereka.

Begitulah, sampai saya buat kumcer sebanyak 4 kali, jadi total 24 judul cerpen. Beberapa pembaca menyarankan agar saya menerbitkan cerpen saya, sebagian mereka mengatakan, bahwa cerpen saya tak kalah bagus dengan karya anak-anak FLP. Saya tak tahu dunia penerbitan buku. Buta sama sekali. Yang saya tahu cuma membaca karya orang lain, kemudian tergerak untuk ikut berkarya.

Sampai saat mengenal Facebook dan dari jejaring sosial inilah, saya berteman dengan Penerbit Leutika. Saya sempat menawarkan cerpen-cerpen saya ke Leutika, tetapi ditolak karena Leutika tidak menerbitkan kumpulan cerpen. Hingga saat Leutika menghadirkan Leutika Prio sebagai sarana penerbitan indie bagi para penulis pemula. Saya langsung tertarik dengan paket-paket self publishing yang ditawarkan Leutika Prio. Dengan penuh semangat, saya memilah dan memilih cerpen-cerpen saya untuk saya coba terbitkan melalui Leutika Prio. Duapuluh cerpen saya kumpulkan, dan terbitlah kumpulan cerpen pertama saya via Leutika Prio, dengan judul Senyuman Bidadari. Judul yang saya ambil dari salah satu cerpen yang dimuat di dalamnya.

Mungkin saya hanya bernafsu untuk menebitkan karya saya tanpa memikirkan pemasarannya. Namanya saja self publishing, jadi harusnya sayalah yang musti aktif mempromosikan buku saya ini. Tapi saya tidak berpikir sampai sejauh itu. Yang saya pikirkan hanya bagaimana saya bisa menerbitkan buku.

Barulah saya berpikir, buku saya cukup tebal, sekitar 263 halaman 20 judul cerpen. Tentu harganya pun cukup tinggi, Rp. 45.000; Pastinya orang juga mikir untuk mengeluarkan uang sebanyak itu hanya untuk membeli buku indie seorang penulis yang belum terkenal, bahkan namanya saja mungkin baru pertama kali dengar.

Baiklah, mungkin dengan sedikit mengintip komentar-komentar teman-teman yang pernah baca kumcer saya, barangkali ada yang berminat membelinya. Sebenarnya, hal yang paling membahagiakan saya adalah apabila karya saya ada yang berkenan membaca, apalagi bisa ada manfaat dari membacanya.

Di bawah ini, saya lampirkan beberapa komentar teman-teman, per-judul cerpen yang dibaca. Semoga ada yang berminat untuk memiliki koleksi cerpen saya tersebut.

Cerpen Senyuman Bidadari. Berkisah tentang cinta Haris kepada Ifani, bagaimana seorang Ifani dengan keunikannya mampu meluluhkan Haris hingga akhirnya melamar si gadis.

"Tokoh Ifani yang menakjubkan!" Desi Eka Wati, Mojosari Alasombo Weru.

"Cerpen yang telah berhasil meninggalkan kesan yang kuat di benakku, begitu aku selesai membacanya." Budiyono Dion, Budirejo Pakisan Cawas.

"Menyentuh." Mbak Peh, Kalimider Tegalsari Weru.

"Gak nyangka aja, penuh kejutan!" Inka Adelina, Candi Ngreco Weru.

"Wah, kalo mbayangin ceritanya bisa jadi beneran, mengharukan banget tuh!" Roni Hermanto, Sidowayah Ngreco Weru.

"Subhanallah... kejutannya di bagian akhir ternyata. Ifani Sang Bidadari dan Haris berhati malaikat. Very like this!" Anosuke Sagara (FB)

"Great!! Litha banyak belajar dari sini." 'Talitha Bio Huriyah' (FB)

Cerpen Andai Pengantin Itu Kita. Berkisah tentang dua insan yang sudah terikat khitbah menuju pernikahan.

"Menyentuh perasaan." Yuni, Candi Ngreco Weru.

"Enak dinikmati, jadi ikut terharu membayangkan perasaan tokohnya." Mas Wib, Sidowayah Ngreco Weru.

Cerpen Tanda Cinta. Tentang Tom, remaja yang hidup penuh kesenangan. Bagaimana ketika Allah menyentilnya dengan sebuah tanda cinta.

"Temanya lain. Realitas kehidupan yang kadang terlupakan." Nurda, Tegalsari Weru.

"Bagus dijadikan perenungan." Desi Eka Wati, Mojosari Alasombo Weru.

"Cerpen ini menyadarkan aku, betapa sekarang aku begitu jauh dariNya." Aris, Sidowayah Ngreco Weru.

Cerpen Gadis yang Menyembunyikan Cintanya. Tentang Firda dan perasaan cintanya pada seorang pemuda.

"Menegangkan, membuat penasaran. Ditambah endingnya sama sekali tak terduga." Winda Yuliana, Ponpes Al Hikmah.

"Sweet banget!" Fitri, Sidowayah Ngreco Weru.

"Sangat menyentuh hati." Nuraini I Elyana, Sidowayah Ngreco Weru.

"Mengharukan." Yuni Susilowati.

"Saya nangis waktu ngebacanya. Harus tanggung jawab nih!" Shifwa, Ponpes Al Hikmah.

"Mungkin emang cinta lebih baik untuk tidak diungkapkan daripada kecewa dan merusak hati." Fikriyah Mujahidah, Ponpes Al Hikmah.

"Endingnya itu lho ... keren bangetz!" Dhiemas, Ponpes Al Hikmah.

"Bagus, mendidik, manambah pengetahuan." Melinda Eka Putri, Sidowayah Ngreco Weru.

"Aku suka pada tokoh utama yang berjiwa kuat, tabah dan sabar." Anita, Candi Ngreco Weru.

"Tidak berbelit-belit." Isna Nur H, Krebet Tawang Weru.

"Cukup menegangkan." Susi M, Ponpes Al Hikmah.

Cerpen Awasi Cintamu!. Tentang sebuah ujian cinta, lebih cinta pada Allah ataukah ciptannya yang fana.

"Entah kenapa saat kubaca cerpen ini, airmataku bisa keluar." Eva HH, Sidowayah Ngreco Weru.

"Bisa buat koreksi diri sendiri." Adzkiya, Kedungkluwih Tegalsari Weru.

"Ceritanya bikin terharu." Roni H, Sidowayah Ngreco Weru.

"Memukau." Evi Ambarwati.

Cerpen Menantu Ibuku. Seorang lelaki yang harus menerima pasangan hidup pilihan ibunya.

"Menarik. Pengorbanan dan keikhlasan. Alur yang membuat penasaran." Mbak Peh, Kalimider Tegalsari Weru.

"Asyik bacanya, kayak cerita di film-film." Iid, Krebet Tawang Weru.

"Aku suka sama alur cerpen ini, seolah bisa membawaku ikut merasa sebagai tokoh 'aku' dalam cerita ini." Irwan, Sidowayah Ngreco Weru.

Cerpen Hati Pualam Intan. Tentang persahabatan Intan dan Yanti dan kehadiran seorang lelaki di antara keduanya.

"Alur ceritanya sudah sesuai dengan apa yang diinginkan penulis." Abu Zahra, Pekalongan.

"Sempat berandai-andai punya istri seperti Intan." Tri Hartono, Kauman Weru.

"Mendalam dan menyentuh hati." Nur Handayani.

"Sebuah persahabatan yang saling pengertian dan rela mengorbankan perasaan demi persahabatan." Nurri F.

"Sepertinya cerpen ini ditulis dari hati sang penulis." Wahyu Hidayat, Sidowayah Ngreco Weru.

"Saya kagum dengan sosok Intan." Yeni Nurmalitasari.

Itu beberapa komentar dalam cerpen saya. Semoga ada yang tertarik untuk memiliki kumcer perdana saya.

Oh, ya, untuk yang ingin mengintip salah satu cerpen yang masuk dalam kumcer Senyuman Bidadari, silakan baca cerpen Cempluk di notes fb saya.

Pemesanan buku kumpulan cerita pendek Islami Senyuman Bidadari bisa langsung inbox fb Leutika Prio, harga Rp. 45.000; ongkos kirim Jawa Rp.10.000; luar Jawa Rp.15.000; atau bisa langsung ke fb saya, Suden Basayev.

Terima kasih.

Rumah Sakit

Menjenguk Bowo, temanku yang habis operasi di rumah sakit karena kecelakaan lalulintas. Berangkat bareng Mas Yuli yang membawa mobil berpenumpang Mbak Fitri, Endang, Abdu, Fira, Gempur dan Aqib. Di belakangnya, aku sama istri diikuti Saiful boncengkan Mamak.

Mas Yuli dasar preman jalanan, ngebut bat-bit-but! Dengan pertimbangan kehamilan istri, aku kehilangan jejak mobil Mas Yuli karena kalah kecepatan.

Dua motor aku-istri dan Saiful-Mamak, akhirnya sampai juga di RS Ortopedi Solo. Setelah parkir, mencoba mencari lihat mobil Mas Yuli siapa tahu parkir dekat kami, tapi nihil.

USG

Demi memuaskan rasa penasaran dan keingintahuan akan keadaan dan posisi janin di kandungan istri, kami meminta USG ke Dokter Sundari di Cawas. Berbekal surat pengantar dari Bu Bidan Mul.

"Ini kepalanya," kata Bu Dokter sambil menunjuk ke layar monokrom yang memperlihatkan hasil USG. "Ini kaki, ini tangan, ini ... bla-bla-bla ...."

Aku ikut tersenyum melihatnya. Senang saat Bu Ndari juga bilang, "Kondisi baik, denyut jantung normal, posisi sudah pada tempatnya."

"Posisi tidur, Bu?" tanya istriku.

VCD Bajakan

Ada pembukaan toko Mitra Siswa baru di Tawang. Sepulang kerja, bersama istri aku mampir kesana. Disambut badut karakter Donal Bebek di halaman parkir.

Masuk ke dalam, melihat-lihat. Lantas membeli beberapa keperluan rumah.

"Sudah, Bun?" tanyaku. Istriku mengangguk. Kami ke kasir.

Usai membayar belanjaan, kami beranjak hendak pulang. Saat itulah, tukang VCD bajakan di serambi toko Mitra menyetel VCD Briptu Norman Kamaru yang sedang menyanyi lip-sync Chaiyya-Chaiyya-nya Mas Shahrukh Khan.

Cerpen

Sore jelang maghrib saat aku ke rumah kulon. Istriku yang menunggu kedatanganku sedari tadi melempar senyum saat aku tiba. Menyalamiku.

Aku duduk di sebelahnya yang tengan memegang henpon.

"Nulis apa, panjang amat?" tanyaku menjumpai deretan huruf di kolom tulis pesan di henponnya.

"Balesin SMS-nya Mbak Ratna," jawabnya.

"Kirain nulis cerpen," kataku, "Nulis SMS panjang begitu bisa kok suruh bikin cerpen nggak pernah mau."

Penampakan 2

Padahal awalnya berniat tidak bilang ke Pak Tanto soal kejadian heboh tempo hari. Tapi tadi Mbak Peh malah kelepasan ngomong, "Kemarin ada kehebohan di ruang les, lho, Pak."

"Ada apa?" tanya Pak Tanto.

"Anak-anak les pada lihat penampakan, sekelebat bayangan putih!"

Pak Tanto bukannya kaget malah cerita, "Oo ..., ada yang lihat juga to? Kirain cuma aku yang lihat ..."

Mbak Peh dan istriku saling pandang. "Pak Tanto pernah lihat?"

"Iya. Dulu waktu awal-awal kerja di sini, di lantai atas seperti melihat bayangan putih duduk di depan pintu!"

Blaik!

Kabur

Oi ... apa ini masuk kategori kabur ya?! Habis mau gimana lagi!

"Yah, dapat SMS dari Mbak Mia," istriku berkata, "kata bapak suruh ke rumah kulon*, mau tandur** di sawah."

Waduh! Ke sawah?! Jujur, aku kan paling nggak bisa ngerjain kerjaan sawah, ndaut***, mbanjari****, menanam pun aku tak terampil. Meski anak petani tapi dari kecil, aku (juga adik-adikku) tak ada yang mau ke sawah, jadi sama sekali nggak bisa kerjaan sawah. Paling kalau ke sawah dulu cuma jaga saat banyak burung pipit yang menyerbu tanaman padi, atau waktu harus mengusung hasil panen pulang. Tapi jangan tanya kerjaan tandur dan memanen, sama sekali nggak bisa! Kacau kan?!

Oiya ... "Di sini kan masih usung-usung lemah*****," kataku. Memang sih, beberapa hari ini, kami sedang asyik mengusung tanah dari tetangga depan rumah yang mengurangi tanah pekarangan yang terlalu tinggi dan dibawa menimbun kebun samping rumahku yang terlalu rendah dari jalan.

Penampakan


Sore saat menjemput istri. Eh, tumben nunggu di luar, biasanya masih duduk manis di dalam. Tumben juga dua temannya masih di situ, Mbak Peh sama Wiyanti.
"Assalamu'alaikum," salamku.

"Wa'alaikumsalam," jawab mereka.

"Nanti kemana-mana harus siap mengantar Mbak Tya lho," kata Mbak Peh ditujukan padaku.

Aku belum menanggapi saat Wiyanti menyahut, "Soalnya habis takut ada penampakan ..."

Aku hanya senyum. Mereka biasa bercanda. Istriku yang terlihat capek cuma memanyunkan bibir sambil berjalan dan duduk di jok motor bututku.

"Emang ada apa?" tanyaku.

"Tadi, anak-anak les yang di lantai atas dilihatin penampakan."

"Masa sih?" aku tidak percaya.

Lucu

"Yah, lucu deh," istriku berkisah, "Bos kan mulai nyari karyawan baru karena sebentar lagi aku sama Mbak Peh sudah mau keluar."

Istriku yang sudah mulai masuk tujuh bulan kandungannya, memang sudah berencana keluar dari Prima, diikuti Mbak Peh yang mau pindah ke Bayat ikut suaminya.

"Iya, apa yang lucu?" tanyaku.

"Bu Ning kan pesan sama FO Tawangsari buat nyariin karyawan baru. Akhirnya ada seorang yang mau, dia tadinya ngajar di TK, tapi mau alih profesi karena di TK tempatnya mengajar kan gajinya tak seberapa, sementara dia punya tanggungan anak tapi suaminya tidak bertanggung jawab."

Aku dengarkan saja si ceriwis ini berkisah. Hehe.

Hapalan

Setiap malam senin, aku dan istri mengikuti kajian tahsin dan tahfidz Quran di masjid As Sajadah Kalimider. Yang mengajar Mas To, kakak iparku, kakak kandung istri. Memang baru tahap awal. Menghapal dan memperbaiki bacaan surat-surat juz 'amma.

"Hapalan itu tidak berada di dalam kepala," Mas To menjelaskan, "tapi di luar kepala. Ketika ia diperlukan maka kita memanggilnya. Jadi kadang hapalan itu hilang, karena memang letaknya di luar kepala. Muraja'ah, mengulang-ulang hapalan adalah satu-satunya cara agar hapalan itu tidak cepat hilang."

Yang mengikuti memang tak banyak, paling lima orang. Kadang berkurang kalau ada yang berhalangan hadir. Namanya juga kajian menunggu isya' dan tanpa ada undangan.